Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Eureka Amadea
"Phyllidiella pustulosa merupakan Nudibranch yang minim pertahanan fisik dan menggunakan senyawa kimiawi sebagai bentuk pertahanan diri. Pengujian antifeedant ekstrak kasar Phyllidiella pustulosa telah dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta untuk mengetahui respons ikan karang secara spesifik terhadap uji tersebut. Sampel Phyllidiella pustulosa diambil sebanyak 81 individu dengan volume 153,5 mL dan diekstrak dengan metanol. Ekstrak kasar yang diperoleh yaitu sebanyak 9,04 g dengan konsentrasi fisiologis 60 mg/mL. Hasil analisis Chi-Square ? = 0,01 menunjukkan adanya aktivitas antifeedant terhadap ikan karang. Spesies ikan Chromis verator, Acanthochromis polychantus, dan Amblyglyphidodon aureus mampu mentolerir dan memakan pakan uji walau dalam jumlah sangat sedikit.
Phyllidiella pustulosa is a Nudibranch which has limited physical defense, thus it uses chemical metabolites to defend itself. Experimental study to assess the antifeedant effect of crude extract of Phyllidiella pustulosa was carried out at Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta to observe specific reef fish response. Phyllidiella pustulosa were collected as much as 81 individuals with volume of 153.5 mL and extracted using methanol. Crude extract yielded was 9.04 g with physiological concentration of 60 mg mL. Chi square analysis 0,01 result showed antifeedant activities toward reef fish. The Species Chromis verator, Acanthochromis polychantus, and Amblyglyphidodon aureus, were able to tolerate and eat some treatment assays although it was very few in numbers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67225
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Anis Savirania
"Telah dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat pada 2 spesies Phyllidiella di beberapa pulau Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pencemaran logam berat di Teluk Jakarta saat ini sangat memprihatinkan yang bersumber dari aktivitas daratan utama Jakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisa perbedaan kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada Phyllidiella pustulosa dan Phyllidiella nigra di Pulau Pramuka, Pulau Damar Besar dan Pulau Rambut, kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Januari—Februari 2021. Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma Mass Spectometry (ICP-MS). Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan Cd tertinggi pada Phyllidiella pustulosa terdapat di Pulau Pramuka (681,93±190,38 g/kg) dan Pb tertinggi terdapat di Pulau Damar Besar (4220,82±784,90 g/kg); sementara itu kandungan Cd tertinggi pada Phyllidiella nigra yang hidup di perairan Pulau Pramuka (369,38±156,07 g/kg) dan nilai Pb tertinggi di perairan Pulau Rambut (5553,34±1781,81 g/kg). Berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi, kandungan Cd dan Pb pada Phyllidiella pustulosa dan Phyllidiella nigra tidak memiliki perbedaan yang nyata dan memiliki pola yang sama.
Research about heavy metal content in 2 Phyllidiella species in several islands Seribu Islands, DKI Jakarta has been conducted. Heavy metal pollution in Jakarta Bay is currently very concerning that sourced from the activities of mainland Jakarta. The aim of this study was to analyze the heavy metal content of Cd and Pb in Phyllidiella pustulosa and Phyllidiella nigra in Pramuka Island, Damar Besar Island and Rambut Island, Seribu Islands, DKI Jakarta. The study was conducted in January until February 2021. Heavy metal analysis was performed using Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). The analysis results showed that the highest Cd heavy metal content in Phyllidiella pustulosa was in Pramuka Island (681,93±190,38 g/kg) and the highest Pb was in Damar Besar Island Besar (4220,82±784,90 g/kg); meanwhile, the highest Cd heavy metal content in Phyllidiella nigra that lived in Pramuka Island (369,38±156,07 g/kg) and the highest Pb value was in Rambut Island (5553,34±1781,81 g/kg). Based on the average and standard deviation value, the heavy metal content of Cd and Pb in Phyllidiella pustulosa and Phyllidiella nigra did not have a significant difference and have the same pattern."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rafif Abdul Aziz
"Nudibranchia merupakan biota laut yang memiliki mekanisme pertahanan diri berupa metabolit sekunder. Metabolit sekunder pada Nudibranchia dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Adanya perbedaan kondisi lingkungan antara Pulau Pramuka dan Pulau Damar Besar menimbulkan dugaan adanya perbedaan komposisi dan kuantitas metabolit sekunder yang dimiliki oleh Nudibranchia dari spesies Phyllidiella pustulosa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metabolit sekunder yang dimiliki Phyllidiella pustulosa di Pulau Pramuka dan Pulau Damar. Sampel diambil dengan metode jelajah bebas pada wilayah perairan kedua pulau. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan metanol 96%. Analisis senyawa menggunakan instrumen Gas chromatography–mass spectrometry (GC-MS) untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel, kemudian dianalisis dengan Principal component analysis (PCA) dan Hierarchical component analysis (HCA) untuk mengetahui pengelompokan sampel antar pulau. Terdapat 6 senyawa yang dianalisis yaitu senyawa methyl ester of 3-(3,5-di-tert-butyl-4-hydroxyphenyl)-propionic acid, 9-Octadecenamide, (Z)-, tributyl aconitate, 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester, 13-Docosenamode, (Z)-, Phenol, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl). Terdapat 4 senyawa yang berpengaruh pada PC1 dan 2 senyawa pada PC2 terhadap pengelompokan sampel. Hasil analisis menunjukkan terdapat 2 kelompok yang terbentuk satu sama lain dan menujukkan tidak ada perbedaan metabolit sekunder Phyllidiella pustulosa dari Pulau Pramuka dan Pulau Damar Besar.
Nudibranch is a marine organism that has secondary metabolites used as defense mechanism. Secondary metabolites in living things are influenced by environmental conditions. The differences in environmental conditions between Pramuka Island and Damar Besar Island might result in differences of the secondary metabolite of Phyllidiella pustulosa from both islands, not only in its chemical compositions but also in quantity. This study aims to analyze the secondary metabolites of Phyllidiella pustulosa in Pramuka Island and Damar Besar Island. Samples were taken using the free-roaming method in the waters of the two islands. The secondary metabolites were extracted by methanol 96% and detected using Gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) Data was then analyzed by Principal component analysis (PCA) and Hierarchical component analysis (HCA) to determine the grouping of samples from the both islands.methyl ester of 3-(3,5-di-tert-butyl-4-hydroxyphenyl)-propionic acid, 9-Octadecenamide, (Z)-, tributyl aconitate, 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester, 13-Docosenamode, (Z)-, Phenol, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl). Of all these six compounds, 4 compounds are considered to have the most influence from PC1 and 2 compounds have the most influence from PC2 on the grouping of samples. The results showed that the secondary metabolite compounds of Phyllidiella pustulosa were mixed in cluster regardless of their location, namely Pramuka Island and Damar Besar Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library