Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko P. Dharmawan.
Yogyakarta: Resist Book, 2005
215 EKO a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Clack, Brian R.
Cambridge, UK: Polity Press, 2008
210 CLA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This book presents a series of original and sustained engagements with Habermas's writing on religion in the public sphere, featuring new work and critical reflections from leading philosophers, social and political theorists, and anthropologists. Contributors to the volume respond both to Habermas's ambitious and well-developed philosophical project and to his most recent work on religion. The book closes with an extended response from Habermas - itself a major statement from one of today's most important thinkers.
"
Cambridge, UK : Polity Press, 2013
210 HAB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul: Hollym, 2003-2004
R KOR 181.119 KOR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Radhakrishnan, Sarvepalli, 1888-1975
London : George Allen and Unwin, 1930
181.4 RAD i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dampier, William Cecil
Cambirdge: Cambridge University Press, 1989
509 DAM h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Savi, Julio
New Delhi: Royal Falcon Books, 2012
201.6 SAV f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"Teks Bhasa Kakawin Hanan Nirartha (disebut KHN) merupakan sebuah sub-genre sastra kakawin yang berasal dari tradisi sastra Jawa Kuno di Bali. Teks bhasa KHN tersebut diperkirakan ditulis oleh rakawi yang bernama Mpu Nirartha yang relatif produktif berkarya pada zaman pemerintahan raja Dalem Waturengon di Gelgel (1460-1550). Dan ciri-ciri tekstual yang diperlihatkan, teks bhasa KHN ini dapat dikelompokan ke dalam jenis kakawin minor. Naskah-naskah teks Maya KHN yang dikenal hingga kini ada yang berupa naskah lontar dan naskah kertas.
Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini meliputi kritik teks (textual criticism) dan analisis sastra (literary analysis). Kajian dari segi kritik teks atas teks bhasa KHN sangat penting dilakukan, karena dimaksudkan untuk: (a) mendapatkan teks yang paling baik dan paling lengkap isinya dari semua naskah yang digunakan, yang dipilih sebagai teks dasar untuk suntingan teks, dan (b) melakukan kerja kritik teks dan menyajikan hasilnya berupa edisi teks bhasa KHN sebagai bahan bacaan yang baik untuk kepentingan analisis selanjutnya. Pada tahap berikutnya, kajian dari segi kritik sastra bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur puitik dan estetik yang membangun bentuk dan makna yang dikandungnya.
Telaah dan perbandingan atas empat (4) naskah lontar teks bhasa KHN yang digunakan berhasil mengungkapkan, bahwa naskah A (Kirtya No. IVb 284/4) ternyata memiliki bacaan yang paling baik dan lengkap dari segi isinya, serta kolofonnya cukup lengkap. Di samping itu tata penulisannya sangat khas, yang berupa teks interlinier ("semut sedulur'), karena disertai dengan grantang basa(teks terjemahan) dalam bahasa Bali. Oleh karena itu, teks bhasa KHN yang terdapat dalam naskah A sangat menarik dipilih sebagai teks landasan untuk suntingan teks dan hasilnya diterbitkan dalam penelitian ini. Berdasarkan edisi inilah kemudian dilakukan kajian sastra, terutama dari segi unsur-unsur puitik dan estetik yang membentuk struktur karya tersebut sebagai satu kesatuan makna.
Analisis struktur (formal) teks bhasa KHN dilakukan dan aspek sintaksis (mencakup: unsur bunyi/sabdalankara, diksi dan pengimajian, "spasial"/prosodi dan metrum), aspek semantik (mencakup: tema, ruang dan waktu), dan aspek semantik (mencakup: unsur pengujaran, gaya bahasa, dan interpretasi simbolik). Dari analisis tersebut dapat diratik suatu pemahaman dan pemaknaan, bahwa teks bhasa KHN pada dasarnya "menyimpang" dari tradisi kakawin yang dikenal secara umum. Teks bhasa KHN yang terdiri atas: (1) bhasa Nirartha Sanu Sekar, (2) Bhasa Hanan Nirartha, (3) lamban Puspasancaya, (4) bhasa Hanja Hanja Turida, dan (5) bhasa Hanja Hanja Sunsan telah membentuk karya tersebut sebagai sebuah sastra kakawin-lirik ("puisi lirik" Jawa Kuno), yang relatif berbeda dengan kanon sastra kakawin yang umumnya berupa kakawin-naratif karena berporos pada cerita epik (kepahlawanan) dari kavya Sanskerta.
Teks Bhasa KHN pada dasarnya merupakan ungkapan pengembaraan estetis religius dari sang rakawi yang tersublimasi melalui pengujaran "Si Aku Lirik" (Subyek Lirik) yang sedang menahan derita rindu-asmara akibat berpisah dengan Sang Kekasih (vipralambha-srengara). Bentuk-bentuk permainan bunyi (sabdalankara) dan permainan makna (arthalankara) berfungsi melahirkan ungkapan-ungkapan yang bersifat sangat liris-erotis sehingga mendukung tema utama tersebut. Akan tetapi, ungkapan erotisme dalam teks bhasa ini, baik berupa vipralambha-Srengara (`derita cinta-asmara dalam perpisahan') maupun sambhoga-Srengara (`nikmat cinta-asmara dalam penyatuan') pada prinsipnya tidak bersifat genital, melainkan suatu "cinta-asmara" simbolik. Ungkapan liris-erotisme tersebut pada hakikatnya dimaksudkan sebagai suatu cara pemujaan terhadap Dewa Kama sebagai Dewa Keindahan.
Dengan demikian, ajaran filsafat keagamaan yang melandasi dibalik ungkapan erotisme itu (in absentia) adalah pandangan Siwais-Tantris (S'iwa Siddhanta dan Tantra) yang menjadikan penciptaan kakawin sebagai media untuk mencapai penyatuan (silunlun) dengan istadewata. Melalui penikmatan keindahan cinta-asmara dan penikmatan keindahan alam (pasir-wukir) "Si Aku Lirik" melebur di dalamnya, sehingga kakawin itu berfungsi sebagai yantra (yoga estetis), yakni pemujaan kepada Kama (yang menurut Siwa Purana) adalah salah satu "nama" lain dari Dewa Siwa itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Ghoni
"Perseteruan antara agama dan filsafat adalah perseteruan klasik yang tidak ada habisnya. Banyak upaya yang telah dilakukan namun masih saja belum dapat hasil yang maksimal. Di penghujung cakrawala pemikiran untuk memadukan keduanya, muncul seorang tokoh filosof Muslim Spanyol bernama Ibn Tufail. la mencoba menawarkan solusi alternatif untuk mencairkan kebekuan hubungan antara filsafat dan agama.
Ibn Tufail memulai dari pandangannya tentang akal. Manusia dapat menjalani perkembangan hingga mencapai puncaknya dengan potensi akal yang ia miliki. Walaupun ia berangkat dari titik yang paling rendah sekalipun. Berangkat dari ketiadaan pengetahuan, budaya atau tradisi tertentu. Perkembangan itu diniscayakan dari hasil persentuhan dengan alam di sekelilingnya yang terdiri dari; hewan, tumbuhan dan benda-benda. Manusia dapat belajar dari seisi alam semesta, meniru dan melakukan harmonisasi. Manusia cukup mengikuti alur harmoni yang sudah ada pada alam dan mengambil bagian di dalam harmoni itu.
Ibn Tufail juga mengemukakan bahwa akal manusia berkembang secara hierarkis seiring pertambahan usianya. Pada tahap awal adalah tahap akal praktis, ketika manusia bersentuhan dengan alam. dan melihatnya sebagai partikular-partikular yang berbeda satu sama lain. Tahap selanjutnya adalah tahap akal metafisis, ketika manusia mulai melihat alam secara universal. Manusia melihat ada kesamaan di balik perbedaanperbedaan yang nampak. Bahkan manusia sudah berpikir tentang sesuatu di balik materi. Ketika melihat pergerakan dan perubahan pada alam, maka ia berpikir ada zat yang melakukan pergerakan dan perubahan itu. Tidak mungkin gerakan dan perubahan harmonis di alam terjadi dengan sendirinya. Hingga akhirnya akal manusia sampai pada peniscayaan adanya Tuhan sebagai zat yang menggerakkan dan perubahan.
Tahap akal mistis merupakan puncak atau akhir perkembangan akal setelah manusia menjalani penghayatan kesempurnaan Tuhan. Mengingat begitu sempurnanya wujud alam ini, muncul dalam jiwa manusia kecintaan dan kerinduan kepada Yang Maha Sempurna itu. Kemudian manusia terdorong untuk berinteraksi secara intensif dengan-Nya melalui berbagai cara yang ia lakukan. Ibn Tufail mencontohkan pemenuhan hasrat kerinduan itu dengan gerakan berputar-putar, meniru gerakan benda-benda angkasa di langit.
Dengan demikian, akal menurut Ibn Tufail membawa manusia mengenal dan meniru alam, kemudian akal meniscayakan adanya Tuhan sebagai Zat di balik alam. dan akhirnya akal membawa manusia pada kerinduan kepada Tuhan. Dengan tahapan-tahapan ini, sesungguhnya manusia dengan akalnya dapat sampai pada apa yang diajarkan agama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanuddin Salam
"Buku ini merupakan buku pegangan dalam mata kuliah filsafat. Membahas tentang perkembangan pengetahuan zaman batu dan logam, serta perkembangan filsafat ilmu dan teknologi pada abad 16 sampai 20."
Jakarta: Rineka Cipta , 2000
121 BUR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library