Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari limbah buangan industri tekstil telah mendorong pabrik tekstil terutama pabrik batik untuk menggunakan zat wama alami. Penggunaan pewama alami menguntungkan bagi produsen wama alami I-:arena biayanya murah sedangkan untuk konsumen ada rasa kebanggaan tersendiri memakai kain ( pakaian ) yang diberi wama alami.

Hasil pewamaan alami perlu memiliki kualitas dalam hal wama, tidak lunmr, dan sifat iisik yang memenuhi syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga.

Pada kondisi operasi suhu 82 "C dan tekanan 1 atm, kain katun dengan ukuran 4x40 cm dipanaskan dalam larutan pewama kunyit ( Curcuma Ionga ) dengan variasi kandungan berat kunyit ( 10, 20, 30, 40, 50 g dalam 600 mL air ), variasi walml perendaman ( 30 menjt dan 60 menit ] Serta variasi dengan clan tanpa penggunaan alumunium sulfat ( alum atau A12(SO4)3 ) sebanyak 0.28 g sebagaj bahan pengawet wama ( mordan ). Setelah diberi wama dengan variasi diatas, lcain diuji sifat Hasilnya yaitu kuat tarik dan kemampuan kain menahan tarikan tersebut ( elongasi ) dan kemuclian dianalisis perubahan sifat fisika dan kimia dari kain tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penarnbahan kandungan berat kunyit dalam larutan pewarna serta semakin lamanya percndaman menurunkan kuat tank kain katun dan juga menaikkan elongasi ( perpanjangan ) kain_ Hasil Iainnya adalah kuat tarik kain katun berwama tanpa mordan lebih tinggi daripada kain yang menggunakan mordan Dengan demjkian elongasi kain wama tanpa mordan menjadi lebih pendek dibandingkan elongasi kain wama dengan mordan. Pewarnaan optimum diperoleh pada variasi kandmagan kunyit 30 g dengan waktu perendaman 30 dan 60 menit.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Wicaksono
Abstrak :
ABSTRAK
Limbah grafit ex-elektrolisis hanya digunakan secara ulang maupun fuller pada industri baja dan sangat melimpah keberadaan. Grafit memiliki sifat yang berongga, sehingga dalam penelitian limbah grafit ex-elektrolisis akan dimanfaatkan sebagai adsorben untuk pewarna tekstil. Adsoben digunakan untuk penghilang zat warna untuk tekstil karena pewarna tekstil memberikan dampak buruk bagi ekosistem. Hal ini dikarenakan pewarna tekstil merupakan senyawa organik yang dapat terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup. Adsorben ini dibuat dari grafit yang dipanaskan dengan suhu 80 °C untuk menghilangkan pengotor. Adsorben ini dimodifikasi dengan menggunakan kitosan dan lantanum. Kitosan berfungsi untuk mengikat logam dengan gugus amina dan lantanum mampu mengikat pewarna tekstil dalam bentuk ion negative. Adsorben diuji karakteristiknya dengan FESEM-EDX, FTIR, dan BET. Adsoben ini dimodifikasi dengan kitosan dan lantanum sehingga adsorbansi pewarna tekstil akan semkin tinggi. Hasil yang didapatkan bahwa penambahan lantanum dan kitosan tidak memberikan dampak positif. Model adsorbsi isotermal yang sesuai untuk adsorben adalah model Freundlich dan model kinetika yang sesuai adalah pseudo kinetika orde pertama
ABSTRAK
Ex-electrolysis graphite waste is only used by regenerate graphite to process or as fuller in steel and iron industry and has abundant stock in nature now days. Graphite is a porous material so in this experiment, we utilize the graphite waste as dye adsorbent. Adsorbent is used for dye removal because dye gives bad effect in ecosystem. Adsorbent was made using graphite activation with heating over 200 oC. Adsorbent is modified using chitosan and lanthanum to enhance dye adsorption. Chitosan used to bond with dye by amine chain and lanthanum could bind dye by free orbital. Characteristic test that will be used is FESEM-EDX, FTIR and BET. Lanthanum and chitosan modificatied graphite doesn?t give positive result. Isothermal adsorbtion model that compatible with the adsorbent is Freundlic model and kinetic model is first order pseudo kinetic.
2016
S63606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiputra Muhammad Zairin
Abstrak :
Limbah pewarna adalah salah satu jenis limbah cair yang sebagian besar dihasilkan dari industri tekstil dan dapat memberikan efek berbahaya bagi lingkungan. Elektrolisis plasma adalah metode yang dapat menghasilkan radikal bull OH dalam jumlah besar untuk mendegradasi limbah pewarna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan ion Fe2 dan konsentrasi awal limbah dalam mendegradasi salah satu jenis pewarna tekstil, Remazol Brilliant Blue, dengan menggunakan NaCl sebagai elektrolit dan injeksi udara pada metode elektrolisis plasma. Produksi radikal bull;OH mencapai 4,31 mmol selama 30 menit dengan tegangan 750 V dan konsentrasi NaCl 0,03 M. Degradasi Remazol Brilliant Blue mencapai 96,15 dalam waktu 30 menit di mana konsentrasi awal Remazol Brilliant Blue yang digunakan adalah 150 ppm, tegangan 750 V, kedalaman anoda 2 cm, konsentrasi NaCl 0,03 M, dengan penambahan 40 ppm ion Fe2, dan injeksi udara. Dalam keadaan yang sama, metode ini dapat menurunkan nilai COD sebesar 93,06. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa elektrolisis plasma dengan NaCl sebagai elektrolit dan penambahan Fe2 memiliki potensi yang baik dalam mengolah limbah pewarna di lingkungan. ...... Dye waste is a liquid waste that mostly generated from the textile industry and can be very dangerous to the environment. Plasma electrolysis is a method that can produce bull OH radicals in large quantities in order to degrade the dye compounds. This study aims to determine the effect of Fe2 addition and wastes initial concentration in degrading one of dye type, Remazol Brilliant Blue, using NaCl as electrolyte and air injection on plasma electrolysis method. The production of bull OH radicals reached 4,31 mmol in 30 minutes with 750 V of voltage and NaCl concentration of 0,03 M. Remazol Brilliant Blue degradation reached 96.15 in 30 minutes where the initial concentration of Remazol Brilliant Blue is 150 ppm, voltage of 750 V, 2 cm anode depth, NaCl concentration 0.03 M, with the addition of 40 ppm Fe2 ion and air injection. The COD value decreased 93,06. The results show that plasma electrolysis with NaCl as electrolyte and Fe2 addition has a good potential in degrading dye wastewater in the environment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Nabila Nevilda
Abstrak :
Produksi tekstil menghasilkan limbah pewarna dalam jumlah besar yang menyebabkan timbulnya permasalahan bagi lingkungan dengan adanya pewarna azo yang bersifat toksik, mutagenik, dan karsinogenik. Oleh karena itu, biodegradasi pewarna menggunakan sel mikroba atau enzim penting untuk dikembangkan sebagai metode biologis dalam pengolahan limbah pewarna tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh enzim lignolitik untuk mendegradasi limbah pewarna tekstil yang memiliki struktur serupa dengan senyawa lignin. Peremajaan isolat jamur dilakukan pada media PDA dan serbuk daun nanas untuk menginduksi aktivitas lignolitiknya. Aktivitas enzim LiP ditentukan setelah mengukur absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan mengukur laju oksidasi veratril alkohol menjadi veratril aldehid dengan adanya penambahan H2O2 pada panjang gelombang 310 nm. Larutan fraksi enzim LiP didapatkan dari fraksinasi dengan ammonium sulfat saturasi 80% dan dialisis dengan membrane dialisis MW cut-off 10000 Da. Optimasi pengaruh waktu inkubasi, pH, temperatur, dan rasio konsentrasi enzim-substrat dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum aktivitas fraksi enzim LiP dalam mendekolorisasi pewarna azo Amido hitam 10B. Aktivitas enzim LiP didapatkan sebesar 0,5806 U/ml. Kondisi optimum yang diperoleh dari hasil uji optimasi, yakni temperatur 50°C, pH 5, rasio enzim-substrat sebesar 1:1, dan waktu inkubasi selama 72 jam. Hasil optimasi tersebut digunakan pada proses aplikasi dekolorisasi sampel limbah cair industri tekstil. Nilai efisiensi dekolorisasi pada limbah cair industri tekstil dan pewarna sintetis Amido hitam 10B dengan nilai masing-masing sebesar 16,79% dan 46,27%. ......Textile production produces large amounts of dye waste which causes problems for the environment with the presence of toxic, mutagenic, and carcinogenic azo dye. Therefore, dye biodegradation uses microbial cells or enzymes is being developed as a biological treatment of textile dye waste. The study aims to obtain lignolytic enzymes to degrade textile dye waste that have a similar structure to lignin compounds. Rejuvenation of fungal isolates is carried out on PDA media and pineapple leaf powder to induce its lignolytic activity. LiP enzyme activity was determined after measuring absorption using UV-Vis spectrophotometry by measuring the rate of oxidation of veratryl alcohol into veratril aldehyde with the addition of H2O2 at a wavelength of 310 nm. LiP enzyme fraction solution is obtained from fractioning with 80% ammonium sulfate saturation and dialysis with a membrane dialysis MW cut-off of 10000 Da. The effect of incubation time, pH, temperature, and enzyme-substrate concentration ratio was optimized to determine the optimal conditions for LiP activity in the decolorization synthetic dye Amido Black 10B. LiP enzyme activity value is 0.5806 U/ml. The optimum conditions from the optimization test results are temperature 50°C, pH 5, enzyme-substrat ratio of 1:1, and incubation time of 72 hours. The results of the optimization are used in the application process of decolorization of textile industry wastewater fluid waste samples of the textile industry. Decolorization efficiency values on wastewater from textile industry and synthetic dye Amido black 10B are 16.79% and 46.27% respectively.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhillah Ansyari
Abstrak :
Metode Air Plasma Electrolysis sudah banyak dibuktikan efektif mendegradasi limbah pewarna tekstil karena kemampuannya menghasilkan radikal hidroksil dalam jumlah yang besar dan menghasilkan pupuk nitrat dengan memanfaatkan gas nitrogen dan oksigen yang diinjeksikan dari udara. Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan metode elektrolisis plasma dalam mendegradasi limbah salah satu pewarna tekstil, yaitu Remazol Brilliant Blue dan sintesis pupuk nitrat secara simultan. Penelitian dilakukan dengan membangkitkan plasma dengan katoda stainless steel dan anoda tungsten di larutan K2SO4 dan K2HPO4 serta pewarna remazol brilliant blue dalam reaktor sirkulasi internal dengan volume 1,2 L. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan variasi konsentrasi limbah 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, kombinasi elektrolit K2HPO4 dan K2SO4 dengan variasi konsentrasi 0,01 M; 0,02 M, daya 400 W, 500 W, 600 W, laju alir udara 0,2 lpm, 0,4 lpm, 0,6 lpm, 0,7 lpm, 0,8 lpm, 0,9 lpm, 1 lpm, serta variasi penambahan ion Fe2+ 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm. Hasil optimum pada sisi degradasi didapatkan pada 0,2 M K2SO4, daya 500 W, laju alir udara 0,7 L/min, ion Fe2+ 20 ppm, serta konsentrasi awal limbah 50 ppm dan dari sisi produksi nitrat adalah 0,01 M K2SO4 dan 0,01 M K2HPO4, daya 600 W, laju alir udara 0,9 L/min, ion Fe2+ 20 ppm, serta konsentrasi awal limbah 50 ppm. Uji COD menunjukkan nilai sebesar 16,65 mg/L dan senyawa intermediet berupa nitrogen organik. Pemberian pupuk cair nitrat dengan metode APE ini terhadap 5 tanaman yaitu cabai, tomat, kacang panjang, timun, serta sawi hijau menunjukkan hasil yang lebih baik dari sisi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan berat basah tanaman dibandingkan tanpa pupuk maupun dengan pupuk komersial ......Air Plasma Electrolysis Method has been widely proven effective in degrading textile dye waste because of its ability to produce large amounts of hydroxyl radicals and produce nitrate fertilizer by utilizing nitrogen and oxygen gases injected from the air. This study aims to test the ability of the plasma electrolysis method in degrading the waste of one of the textile dyes, namely Remazol Brilliant Blue, and the simultaneous synthesis of nitrate fertilizer. The study was conducted by generating plasma with a stainless-steel cathode and tungsten anode in a solution of K2SO4 and K2HPO4 as well as Remazol Brilliant Blue dye in an internal circulation reactor with a volume of 1.2 L. This method was carried out on batch reactors using a variety of waste concentrations of 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, a combination of electrolytes K2HPO4 and K2SO4 with a concentration variation of 0.01 M; 0.02 M, power 400 W, 500 W, 6 00 W, air flow rate of 0.2 lpm, 0.4 lpm, 0.6 lpm, 0.7 lpm, 0.8 lpm, 0.9 lpm, 1 lpm, as well as variations in the addition of Fe ions2 + 10 ppm, 20 ppm, and 30 ppm. The optimum results on the degradation side were obtained at 0.2 M K2SO4, power 500 W, air flow rate 0.7 L / min, Fe2+ ions 20 ppm, as well as the initial concentration of waste 50 ppm, and from the nitrate production side is 0.01 M K2SO4 and 0.01 M K2HPO4, power 600 W, air flow rate 0.9 L / min, Fe2+ ions 20 ppm, as well as the initial concentration of waste 50 ppm. The COD test showed a value of 16.65 mg / L and intermediate compounds in the form of organic nitrogen. The application of liquid nitrate fertilizer with the APE method to 5 plants, namely chili, tomatoes, long beans, cucumber, and mustard greens, showed better results in terms of plant height, number of leaves, leaf length, and wet weight of plants compared to without fertilizer or commercial fertilizers
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Pasca
Abstrak :
Limbah grafit ex-elektrolisis dapat dimanfaatkan sebagai adsorben melalui Pre-Treatment, aktivasi, dan modifikasi dengan nanopartikel magnetit (Fe3O4). Pre-Treatment dilakukan dengan pemanasan pada suhu 60,75, dan 90ºC selama 30,60,dan 90 menit. kemudian grafit hasil Pre-Treatment diaktifkan dengan asam HCl 0,1M dan 2M. Untuk meningkatkan luas permukaan, dimodifikasi dengan Fe3O4 pada rasio komposisi 1:0,5, 1:1, dan 1:2. Uji Adsorpsi dilakukan pada 4 pewarna tekstil (Methylene Blue, Methyl Orange, Methyl Violet, dan Rhodamine B) dalam kondisi batch pada adsorben dosis 0,1g, waktu adsorpsi 5 menit, dan konsentrasi zat warna 10ppm. Pre-Treatment optimum pada suhu 60ºC selama 30 menit dengan efisiensi 96,3% (MB), 89,2% (MO), 100% (MV), dan 75,3% (RB). Modifikasi terbaik didapat setelah aktivasi asam HCl 2M, dan rasio komposisi 1:1 dengan efisiensi 81,6% (MB), 40,9% (MO), 76,0% (MV), 20,9% (RB) dan luas permukaan 64,6 m2/g. ......Graphite ex-electrolysis could be process into adsorbent through pre-treatment, activation, and modification with magnetite nanoparticle (Fe3O4). Pre-Treatment was heating process at 60,75, and 90ºC for 30,60,and 90 minutes. Then, graphite from Pre-Treatment was activating with acid HCl 0,1M and 2M. Increasing the surface area, graphite modified by Fe3O4 at composition ratio 1:0,5, 1:1, dan 1:2. The adsorption experiment has used for adsorp four textile dyes (Methylene Blue, Methyl Orange, Methyl Violet, dan Rhodamine B) in batch reactor with dosage 0,1g, adsorption time 5 minute, and dye concentration 10ppm. The result show optimum Pre-Treatment at 60ºC for 30 minute with eficiency 96,3% (MB), 89,2% (MO), 100% (MV), and 75,3% (RB). The best modification (Graphite- Fe3O4) reached after acid activation (HCl 2M), and composition ratio 1:1 with efficiency 81,6% (MB), 40,9% (MO), 76,0% (MV), 20,9% (RB) and surface area 64,6 m2/g.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Averous
Abstrak :
Limbah pewarna Remazol Brilliant Blue merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dari industri tekstil dan berbahaya bagi lingkungan. Metode Contact Glow Discharge Electrolysis CGDE merupakan metode yang efektif untuk mendegradasi limbah pewarna dengan memproduksi radikal bull-OH yang akan digunakan dalam proses degradasi limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman anoda, suhu, dan laju alir injeksi udara terhadap produksi radikal hidroksil dan degradasi pewarna Remazol Brilliant Blue. Penelitian ini dilakukan dalam reaktor batch dengan elektrolit NaCl 0,03 M. Variasi yang dilakukan berupa kedalaman anoda yaitu 0,5 cm; 2 cm; 4 cm, suhu sebesar 40oC; 50oC; 60oC, serta laju alir injeksi udara sebesar 0 lpm dan 2,5 lpm. Penelitian dilakukan dengan uji karakteristik arus tegangan, uji produksi radikal hidroksil, dan uji degradasi pewarna. Degradasi Remazol Brilliant Blue mencapai 96,15 dalam waktu 30 menit dimana tegangan 750 V, konsentrasi larutan NaCl 0,03 M, penambahan ion Fe2 40 ppm, kedalaman anoda 2 cm, suhu 50oC, dan laju alir injeksi udara 2,5 lpm. Dengan kondisi yang sama, metode ini dapat menurunkan nilai COD sebesar 93,06. ......Remazol Brilliant Blue dye waste is one of the liquid waste produced from the textile industry and harmful to the environment. Contact Glow Discharge Electrolysis CGDE method is an effective method to degrade dye waste by producing OH radicals which will be used in liquid waste degradation process. This study aims to determine the effect of anode depth, temperature, and flow rate of air injection on the production of hydroxyl radicals and dye degradation of Remazol Brilliant Blue. This research was conducted in batch reactor with electrolyte NaCl 0,03 M. Variation which done is anode depth which is 0,5 cm 2 cm 4 cm, temperature of 40oC 50oC 60oC, and air injection flow rate of 0 lpm and 2.5 lpm. The research was conducted by voltage ndash current characteristic test, hydroxyl radical production test, and dye degradation test. Remazol Brilliant Blue degradation reached 96.15 within 30 minutes where the tension was 750 V, 0.03 M NaCl solution concentration, Fe2 40 ppm, 2 cm anode depth, 50oC temperature, and 2.5 lpm air injection flow rate. Under the same conditions, this method can reduce the COD value by 93.06.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Hayudo
Abstrak :
Teknologi elektrolisis plasma sudah banyak dibuktikan efektif mendegradasi limbah pewarna tekstil karena kemampuannya menghasilkan radikal hidroksil dalam jumlah yang besar dan menghasilkan pupuk nitrat cair dengan memanfaatkan gas nitrogen dan oksigen yang diinjeksikan dari udara. Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan metode elektrolisis plasma dalam mendegradasi limbah salah satu pewarna tekstil, yaitu Remazol Brilliant Blue sekaligus secara simultan mensintesis pupuk nitrat cair pada tegangan tinggi. Penelitian dilakukan dengan membangkitkan plasma dengan katoda stainless steel dan anoda tungsten yang tercelup sedalam 2 cm di larutan K2SO4 serta pewarna remazol brilliant blue dalam reaktor sirkulasi internal dengan volume 1,2 L. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan variasi konsentrasi limbah 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, tegangan 800 V, 900 V, 1000 V, 1100 V, suhu 50 oC, 60 oC, 70 oC, serta diameter elektroda 1 mm; 1,6 mm; dan 2,4 mm. Hasil optimum baik dari segi degradasi maupun konsentrasi nitrat terbentuk didapatkan pada tegangan 1100 V, suhu 60 oC, diameter elektroda 2,4 mm dan konsentrasi limbah 100 ppm. Uji COD menunjukkan nilai sebesar 16,65 mg/L dan dampak persentase ketergerusan tertinggi disebabkan oleh penurunan diameter elektroda. ......Plasma Electrolysis Technology has been proven to be effective on textile dye waste degradation due to its ability to produce large amounts of hydroxyl radicals. and producing liquid nitrate fertilizer by utilizing nitrogen gas and oxygen injected from the air. This research aims to test the ability of plasma electrolysis methods to degrade the waste of one textile dye, namely Remazol Brilliant Blue, and the simultaneous synthesis of nitrate liquid fertilizer at a high voltage. The study was conducted by generating plasma with stainless steel cathodes and tungsten anodes dyed as deep as 2 cm in electrolyte solutions of K2SO4 and remazol brilliant blue dye in internal circulation reactors with a 1,2 L volume. This method is carried out on batch reactors using variations in waste concentrations of 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, voltage of 800 V, 900 V, 1000 V, and 1100 V, temperature of 50 oC, 60 oC, and 70 oC, and also electrode diameter variations of 1 mm; 1.6 mm; and 2.4 mm. The optimum results on the degradation and nitrate production side are 1100 V of voltage, 60 oC of temperature, 2.4 mm of electrode diameter and 100 ppm of waste concentrations. The COD test showed a value of 16.65 mg/L and the highest effect of electrode’s erosion percentages is caused by electrode diameter reduction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library