Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ichsan Nursahid
"Permasalahan yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia termasuk BRI, antara lain terletak pada struktur pendapatannya yang sangat tergantung pada pendapatan bunga (interest income). Kenaikan tingkat suku bunga simpanan sebagai salah stum akibat dari terjadinya krisis ekonomi, tidak dapat segera diatasi dengan cara menaikkan suku bunga pinjaman. Hal ini terjadi selain karena adanya ketentuan review suku bunga secara periodik, juga dampak kenaikan tersebut sangat memberatkan nasabah. Jumlah kredit bermasalah yang semakin meningkat menyebabkan tidak seimbangnya antara pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus ditanggung oleh bank. Dengan net interest margin yang negatif di satu sisi, dan di sisi lain pendapatan lainnya di luar bunga tidak dapat menutupi selisih tersebut, maka bank mengalami negative spread.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka bank perlu melakukan terobosan baru dengan cara merubah struktur pendapatannya secara bertahap melalui penggalian potensi untuk meraih pendapatan di luar bunga (fee based income). Fee tersebut diperoleh atas dasar pelayanan (service) yang diterima oleh nasabah. Bank yang mampu memberikan kepuasan kepada nasabahnyalah yang akan dapat mengumpulkan semakin banyak pendapatan dari berbagai macam fee. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kancah persaingan dalam industri perbankan Indonesia di masa mendatang akan dipimpin oleh bank yang mampu melepaskan diri dan ketergantungannya terhadap pendapatan bunga. Dan bank tersebut adalah bank yang senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan kondisi Iingkungannya, termasuk daiam merespon setiap tuntutan nasabahnya.
BRI sebagal bank dengan jaringan yang sangat luas dan jumlah nasabahnya yang mencapai puluhan juta orang, memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat mengembangkan beberapa jenis produk/jasa perbankan yang berbasiskan pelayanan. Dengan memungut fee per transaksi sebagai pendapatan, maka jumlah nasabah yang banyak tersebut akan menjadi modal utama untuk dapat meningkatkan kinerja profitabililas BRI di luar pendapatan bunga. Selain itu, budaya baru BRI yang secara tegas mencantumkan "kepuasan nasabah" (customer satisfaction) sebagai salah satu unsur budaya kerja, merupakan landasan yang kuat dalam usaha meraih sukses dalam bisnis jasa/pelayanan ini. Dengan meningkatnya fee based income sebagai sumber pendapatan yang iebih ?sustainable? maka secara pasti akan mengurangi ketergantungan BEl kepada pendapatan bunga, sehingga akan meningkatkan pula kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dari beberapa jenis jasa yang dapat dijadikan sumber fee based income, maka international payment merupakan salah satu produk yang memiliki potensi sangat tinggi untuk segera dikembangkan menjadi produk yang unggul. Pemanfaatan jaringan kerja yang luas dan tersebar, jumlah nasabah yang mencapai puluhan juta, disertai usaha dan pembenahan atas segala kekurangan yang masih ada, terutama di bidang teknologi akan menempatkan BRI pada posisi unggul dalain persaingan. Keberhasilan dalam mengernbangkan bisnis ini tidak hanya akan menghasilkan income bagi BRI, tetapi sekaligus memberikan dampak berantai (multiplier effect) yang disebabkan oleh meningkatnya citra perusahaan, dan berpotensi untuk menghasiikan other income dan proses "cross-selling" terhadap produk BRI lainnya maupun kegiatan promosi gratis oleh nasabah.
Peranan bank koresponden, khususnya bank depositori koresponden sangat besar sekali dalam kegiatan bisnis international payment. Selain bertindak sebagai distributor, supplier, sekaligus kasir dalam transaksi, bank depositori koresponden berperan aktif dalam usaha memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah. Untuk meraih kesuksesan seperti yang diharapkan di atas, tidak ada cara lain selain terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan melalui pemanfaatan secara maksimal atas seluruh sumber daya perusahaan, termasuk jaringan bank koresponden yang dimiliki demi mencapai kepuasan nasabah.
Dalam usaha mengembangkan konsep bisnis international payment sebagai pendorong keuntungan (profit boosters) bagi BRI khususnya fee based income, maka selain kompetensi di bidang relationship management yang telah dimiliki, barus ditunjang pula dengan kompetensi lainnya seperti transaCtion processing dan risk management. Kompetensi tersebut hanya bisa diperoleh dengan dukungan teknologi yang memadai. Salah satu alternatif untuk menguasai teknologi tersebut adalah melalui outsourcing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hazara Nasya Arvillia
"Berakhirnya hubungan hukum antara pekerja dengan perusahaan sewaktu-waktu dapat terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). PHK merupakan pengakhiran hubungan kerja yang disebabkan oleh suatu hal tertentu dan berdampak pada berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan. Namun, PHK sendiri banyak menimbulkan ketidakadilan, khususnya bagi pekerja outsourcing (alih daya) yang memiliki ketidakjelasan hubungan kerja. Terlebih lagi dengan berlakunya UU No. 6 Tahun 2023 tentang Perpu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undangundang Jo. PP No. 35 Tahun 2021 yang mengandung banyak perubahan dan kontroversi terkait alih daya dan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Skripsi ini menganalisis tentang pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan outsourcing pada Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 264/Pdt.Sus-PHI/2021/PN.Jkt.Pst. yang berfokus pada permasalahan bagaimana hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan outsourcing serta penerapan pemutusan hubungan kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis-normatif dengan pendekatan undang-undang dan kasus, kemudian alat pengumpulan data menggunakan studi dokumen. Bahwa hasil dari penelitian ini adalah karena terjadi penyimpangan
dalam PKWT, sehingga menyebabkan hubungan kerja berubah menjadi PKWTT serta penerapan PHK yang dilakukan oleh perusahaan outsourcing terhadap pekerja dalam analisis putusan ini terjadi sejak tanggal 31 Juli 2020. Dengan demikian Untuk menghindari kesalahan dan ketidakpastian hukum maka diperlukan diperlukan kegiatan sosialisasi terhadap implementasi peraturan perundang-undangan terkait PKWT, PHK, dan hubungan kerja kepada berbagai perusahaan outsourcing dan pekerja atau buruh outsourcing.

Termination of the legal relationship between workers and companies can occur at any time due to termination of employment (PHK). Termination of employment is the termination of an employment relationship caused by a particular matter. It impacts the end of the rights and obligations between workers and companies. However, layoffs
cause many injustices, especially for outsourced workers with unclear work relations. Moreover, the enactment of UU No. 6 of 2023 concerning Perpu No. 2 of 2022 concerning Job Creation to become Law and PP No. 35 of 2021 contains many changes and controversies related to outsourcing and specific time work agreements (PKWT). This thesis analyzes the termination of employment by an outsourcing company in the Decision of the Industrial Relations Court of the Central Jakarta District Court No.
264/Pdt.Sus-PHI/2021/PN.Jkt.Pst. Which focuses on the problem of working relations between workers and outsourcing companies and the application of termination of employment. The research method used is juridical-normative research with a law and
case approach, then the data collection tool uses a document study. Whereas the results of this study are due to irregularities in the PKWT, causing the employment relationship to change to PKWTT, and the application of layoffs carried out by outsourcing
companies against workers in the analysis of this decision has occurred since July 31, 2020. Thus, to avoid mistakes and legal uncertainty, socialization activities are necessary regarding implementing laws and regulations related to PKWT, layoffs, and employment relations to various outsourcing companies and outsourced workers or workers.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Dewi Kusuma
"Skripsi ini bertujuan untuk merancang kerangka pemilihan perusahaan outsourcing dengan menggunakan metode Grey Based TOPSIS Concept. Pemilihan perusahaan outsourcing adalah bentuk aplikasi pengambilan keputusan multi kriteria yang kompleks dan melibatkan evaluasi berbagai kriteria dan kondisi. Seringkali input informasi pada tahap awal tidak diketahui secara tepat, sehingga menambah kompleksitas pemilihan perusahaan outsourcing. Untuk mengatasi hal tersebut, metode penelitian merupakan kombinasi dari teori Grey dan konsep TOPSIS.
Teori Grey adalah suatu metode matematis yang digunakan untuk menganalisis sistem dengan informasi yang tidak pasti dan tidak lengkap. TOPSIS adalah suatu metode pengambilan keputusan yang berdasarkan pada solusi ideal negatif dan solusi ideal positif. Studi kasus dilakukan di salah satu perusahaan nasional terbesar di Indonesia berupa pemilihan perusahaan outsourcing untuk produk minuman isotonik dengan tiga alternatif perusahaan.

The aim of this study is to design a framework of outsourcing selection by using Grey Based TOPSIS Concept. Outsourcing selection is an application of complex multi criteria decision making which involves evaluation of various criterias and condition. Meanwhile, initial gathered information can't be known precisely. To overcome these problems, method used is a combination of Grey theory and TOPSIS concept.
Grey theory is a mathematical method used to analyze systems with uncertain and incomplete information. TOPSIS is a decision making method based on negative ideal solution and positive ideal solution. Case study was done in one of the biggest national company in Indonesia in outsourcing selection of isotonic drink with three alternatives.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library