Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Salsabilla Said
"Oksigen di dalam air merupakan komponen penting untuk kehidupan biota air. Air permukaan yang keruh akan menghambat sinar matahari masuk sebagai sumber utama fitoplankton melakukan proses fotosistesis guna meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Bila hal tersebut terus terjadi maka akan terbentuk proses dekomposisi. Proses dekomposisi ini menyebabkan munculnya amonia dan hidrogen sulfida yang dapat membuat air menjadi beracun dan berbahaya. Salah satu solusi dalam pencegahan terjadinya penurunan oksigen adalah dengan proses aerasi. Salah satu sistem yang banyak dilakukan adalah aerasi tipe kincir air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh aerasi kincir air terhadap perubahan parameter seperti oksigen terlarut, kebutuhan oksigen kimiawi, sulfat, nitrat, dan amonia. Penelitian ini juga ingin Memetakan distribusi perubahan kualitas parameter yang terjadi sehingga dapat diketahui sejauh mana jangkaun aerator berpengaruh. Penelitian dilakukan pada 4 titik berbeda dan dilakukan sebanyak 11 waktu berbeda dengan studi kasus Danau Mahoni Kampus UI Depok dengan pengambilan sampel selama 24 jam dengan periode waktu yang ditentukan. Analisis korelasi dilakukan dengan uji anova, analisis persentase efisiensi, pemetaan, dan korelasi antara penurunan amonia dengan peningkatan oksigen terlarut. Pengoperasi aerator berpengaruh dalam perubahan parameter oksigen terlarut sebesar hingga 111% pada pengoperasian selama 4 jam dengan kemampuan jangkauan aerator 4,725 m2. Hubungan antara peningkatan oksigen terlarut dengan penurunan amonia berbanding terbalik. Akibat adanya aerasi dan peningkatan oksigen terlarut menyebabkan penurunan konsentrasi amonia hingga 52,96% pada pengoperasian selama 4 jam.
Dissolved oxygen is an important component for the life of aquatic biota. Turbid surface water will inhibit incoming sunlight as the main source of phytoplanktons carrying out the process of photosistesis to increase the level of dissolved oxygen in the water. If this continues, a decomposition process will be formed. This decomposition process causes the appearance of ammonia and hydrogen sulfide which can make water toxic and dangerous. One solution in preventing the occurrence of oxygen reduction is by the aeration process. One of the most common systems is aeration type paddle wheel. This study aims to analyze the effect of aeration of paddle wheel on changing parameters such as dissolved oxygen, chemical oxygen demand, sulfate, nitrate, and ammonia. This study also wants to map the distribution of changes in the quality of parameters that occur so that it can be seen the extent to which an aerator's term affects. The study was conducted at 4 different points and conducted 11 different times with a case study of the Lake Mahoni Campus UI Depok by sampling for 24 hours with a specified time period. Correlation analysis is carried out with ANOVA test, percentage efficiency analysis, mapping, and correlation between decreasing ammonia and increasing dissolved oxygen. Aerator operation influences the change in dissolved oxygen parameters by up to 111% in operation for 4 hours with an aerator range of 4,725 m2. The relationship between an increase in dissolved oxygen and a decrease in ammonia is inversely related. As a result of aeration and an increase in dissolved oxygen causes a decrease in ammonia concentration up to 52.96% in operation for 4 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Doni Bakar
"Peninjauan kinerja dari peralatan processing udara (termasuk evaporative cooler) selalu didasarkan pada kualitas dan kuantitas dari udara yang dihasilkan. Kualitas udara blsa dilihat dari kebarsihan sehingga tidak merusak kesehatan. Sedangkan kuantitas udara ditlnjau dari besaran parameter udara basah seperti temperatur dry bulb, temperatur wet bulb, rasio kelembaban, derajat kejenuhan udara, kelembaban relatff, dan temperatur pengembunannya. Dengan menggunakan besaran-besaran tersebut dapat dibuat formulasi untuk menentukan efektivitas dari peralatan yang digunakan.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap direct evaporative cooler jenis crossflow buatan Muntars. Pengambilan data temperatur dilakukan secara komputerisasi menggunakan Data Acquisition Control System HP 3497A secara kompensasi soflware menggunakan bahasa HTBasic. Pengujian dilakukan pada dua jenis variasi yaitu variasi perlakuan terhadap udara dan air. Pada valiasi udara dilakukan pada tiga tingkat kecepatan udara dan mefakukan pemanasan awalterhadap udara.
Dari hasil pangujian diparoleh udara yang dialirkan pada media evaporatif menghasilkan penurunan temperatur bola kering dan penambahan kandungan uap air. Pada pengujian ini evaporative cooler berhasil menurunkan temperatur bola kering udara hingga 5°C dan penambahan kandungan uap air sebesar 2,22 gr uap air/kg udara kering apabila tidak dilakukan pamanasan awal lerhadap udara masuk. Dengan melakukan pemanasan awal terhadap udara diperoleh penurunan temperature bola kering yang lebih besar lagi yaitu 8°C dengan penambahan kandungan uap air 2,61 gr uap air/kg udara kering. Sedangkan temperature bola basah udara pada saat sebelum dan setelah melewati evaporative cooler cenderung konstan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37188
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library