Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Talita Rahma Camila
"Kota Balikpapan adalah kota yang berada di sepanjang pantai timur Pulau Kalimantan. Kota dari Balikpapan berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Masalah yang dihadapi Balikpapan Kota adalah fungsi tanah, yaitu reklamasi pembangunan belanja pusat-pusat yang menghasilkan perubahan bentuk pantai sehingga berpotensi mengalami abrasi. Di kota Balikpapan selama 6 tahun terakhir telah ada abrasi 40 meter yang menghasilkan penurunan Pendapatan Asli Daerah (BANTALAN). Penelitian tentang kerentanan pantai timur Kota Balikpapan terhadap perubahan dalam garis pantai pada tahun 2005 dan 2018 difokuskan pada perhitungan kerentanan sosial dan perubahan garis pantai dianalisis menggunakan tab silang. Penelitian ini membagi area berdasarkan bentuk pantai, yaitu pantai pasir halus, pantai pasir kasar, dan pantai tebal. Berdasarkan hasil analisis ada tiga tingkat kerentanan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Daerah dengan tingkat kerentanan tinggi ditemukan di pasir kasar segmen. Tingkat kerentanan di sepanjang segmen pantai pasir halus dan tingkat rendah kerentanan di sepanjang segmen pantai.

Balikpapan City is a city located along the east coast of Kalimantan Island. The city of Balikpapan is directly adjacent to the Makassar Strait. The problem that occurs in the City of Balikpapan is the function of the land, namely the construction of shopping centers that produce changes in the shape of the beach that is supported by abrasion improvements. In the city of Balikpapan for the past 6 years there have been 40 meters abrasion which results in a decrease in Regional Original Income (PADS). Research on respecting the east coast of Balikpapan for changes in coastlines in 2005 and 2018 was agreed on the calculation of social agreement and shoreline changes were analyzed using cross tabs. This study divides the area based on the shape of the beach, namely fine sand beaches, coarse sand beaches, and thick beaches. Based on the results of the analysis, there are three levels of achievement, namely low, medium and high. Areas with high discovery rates are found in the coarse sand segment. Response rates along the fine beach segment and low levels are considered along the beach segment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.

Dynamics of coastal areas can be observed by observing the parameters in the form of shoreline changes both due to abrasion and accretion. Karawang Regency, which is located in West Java Province, is a regency that borders the Java Sea directly, so that along the northern coast of Karawang Regency it becomes vulnerable to the phenomenon of coastline changes. Abrasion that occurred has resulted in the loss of land area such as settlements and resident pond which harm local residents. Just like abrasion, accretion can also be detrimental to the surrounding community because of the consequence that it causes siltation of river estuaries which hampers ship and boat traffic. Three important oceanographic factors that influence changes in shoreline are currents, waves, and tides. In addition, coastal topography and land use factors are also considered. An analysis of the presence or absence of coastal topographical effects on abrasion and accretion is carried out, as well as how the influence of land use on shoreline changes. By modeling predictions of shoreline changes that will occur in the future, preventive steps can be taken to prevent negative impacts that can harm local residents of this phenomenon. The prediction model for shoreline change is obtained from information on the rate of change in each line of transects that are scattered along the coastline of Karawang Regency. The rate of change was obtained from the shoreline change data processed by extracting Landsat 8 OLI/TIRS satellite images year 2018, Landsat 7 ETM + year 2008, and Landsat 5 TM year 1998. The shoreline change analysis was assessed in a per segment approach. In perceiving the relationship between coastal topography and abrasion and accretion, simple linear regression analysis was used. The results show that the sloping topography of the beach tends to accretion. Conversely, abrasion is occur easier in regions with steeper coastal topography. For land use, the conversion of land into settlements and ponds will accelerate the abrasion process. While the mangrove ecosystem supports the occurrence of accretion phenomena. The abrasion model is predicted to occur most in the central part of Karawang Regency. While for accretion, the easternmost part of Karawang Regency is predicted to be the region with the largest accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"ABSTRAK
Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Libriyono
"ABSTRAK
Analisis perubahan garis pantai merupakan hal yang fundamental dalam melakukan investigasi di daerah pesisir baik oleh peneliti, perekayasa, maupun pengambil kebijakan. Strategi yang efektif dalam pengelolaan daerah pantai bergantung adanya tingkat ketelitian dalam pola dan rata-rata perubahan dalam jangka waktu yang lama atas perubahan garis pantai. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi dan kuantifikasi berdasarkan kronologi perubahan garis pantai yang telah terjadi dan prediksi posisi garis pantai berkaitan dengan adanya rencana reklamasi dan pembangunan tanggul laut di kawasan Teluk Jakarta.
Hasil pemodelan untuk merepresentasikan kurun waktu 1972 ? 2015 menunjukkan rata-rata laju perubahan -2,24 meter/tahun. Secara umum menunjukkan sebagian besar garis pantai mengalami pergeseran atau perubahan ke arah daratan (erosi) untuk bagian barat dan selatan, sedangkan kejadian akresi/penambahan terjadi sebagian besar di bagian timur Teluk Jakarta. Prediksi posisi garis pantai di tahun 2035 dengan kondisi area rencana RTRW di Teluk Jakarta direalisasikan, maka beberapa pulau reklamasi akan mengalami deposisi sedimen dan terjadi penggabungan pulau-pulau tersebut, baik antar pulau reklamasi maupun dengan daratan utama (Pulau Jawa). Rata-rata pergeseran adalah -79.08 meter/tahun (Zona 1), -56.46 meter/tahun (Zona 2), dan 16.70 meter/tahun (Zona 3).

ABSTRACT
Analysis of shoreline change is fundamental in conducting investigations in the coastal area both by researchers, engineers, and policy makers. An effective strategy in the management of coastal areas depend the level of accuracy in the pattern and the average change in the long term on shoreline change.This study was conducted to obtain the form of spatial models of shoreline change through the identification and quantification based on the chronology of shoreline change has occured and the prediction of shoreline position with regard to the planned reclamation and construction of sea dikes in the Jakarta Bay.
Modeling results coastline changes in the period 1972 - 2015 shows the dominance of erosion in most parts of the study area with an average rate of change of -2.24 meters/year. Most of the coastline experienced a shift or change in inland (erosion), whereas the incidence of accretion occurs mostly in the eastern part of Jakarta Bay. Prediction shoreline position in 2035 with condition of the plan area in Jakarta Bay realized, the reclaimed island will experience some sediment deposition and merger of these island, both inter-island reclamation and to the mainland (Java island). The average shift is equal to -79.08 meters/year (Zone 1), -56.46 meters/year (Zone 2), and 16.70 meters/year (Zone 3)."
2016
T46191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Basofi
"Kenaikan muka air laut sebagai dampak fenomena pemanasan global telah mengakibatkan terjadinya perubahan garis pantai di seluruh dunia, didalamnya termasuk pesisir Madura yang merupakan sentra produksi garam nasional. Penelitian ini mengkaji perubahan garis pantai dan wilayah yang berpotensi sebagai tambak garam di pesisir selatan Kabupaten Pamekasan. Variabel pengunaan lahan, kemerengan lereng, ketinggian tempat, kenaikan muka air laut dan letak garis pantai secara time series kedua masalah yang diteliti. Informasi spasial ketinggian dengan interval 1 meter diperoleh dengan menggunakan metode ANUDEM berbasis citra Quicbird. Analisisi overlay citra Iqonos 2006 dengan citra Quikbird 2014 menemukan bahwa wilayah pantai yang berubah terletak di Kecamatan Pademawu. Analisis peta yang didasarkan pada scenario kenaikan muka air laut yang di keluarkan IPCC diperoleh wilayah yang berpotensi sebagai area tambak garam baru terletak di Kecamatan Pademawu.

Sea level rise as an impact of global warming phenomenon has changed shoreline around the world, including Madura shoreline that happen to be central of national salt production. This research tries to examine the changes in coastline environment and to find a potential area for salt pond in south Pamekasan Regency. Land use, slope, altitude, sea level rise and shoreline in time series used as variables to examine that problems. Spatial information for coastal altitude in interval 1 meter range was obtained bay using AMUDEM method based of Quickbird imagery of 1 meter intervals obtained using the method based ANUDEM QuickBird imagery. Overlay analysis from Iqonos imagery in 2006 and Quickbird imagery in 2014 found that from over south coastal area in Pamekasan, Pademawu shoreline is the only one that changes. Analysis based on topographic map and scenario from IPCC found that the most potential area in Pamekasan to be salt pond located in Pademawu District.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Putera Indrawan
"Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Banjar, danKecamatan Buleleng berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah pesisir di ke-empat kecamatan tersebut rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi danakresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusiamenyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasidan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan tanah di wilayah pesisir.
Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan kurun waktu 3 periode, yaitu periode 1990 dan 1997, periode 1997 dan 2007, dan periode 2007 dan 2017. Metode penelitian dengan menghitung perubahan panjang, perubahan lebar pantai, dan luas abrasi dan akresi. Selanjutnya hasilnya dihubungkan dengan perubahan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan garis pantai terjadi di sepanjang wilayah penelitian. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu abrasi yang menghancurkan bangunan di Desa Gerokgak.

Gerokgak, Seririt, Banjar, and Buleleng coastal areas are located in the west of Buleleng Regency, Bali. These area are prone to abrasion and accretion. Abrasion and accresion is a natural phenomenon thats occur balanced. Human behavior is a factor that may cause harm to humans if it disrupts the balance. The purpose of theresearch were to analyze influece of coastline change that caused by abrasion andaccretion toward land use wide at coastal area.
The research used Landsat 5, 7, and 8 images with 3 periods which were 1990 and 1997, 1997 and 2007, and the last period was 2007 and 2017. The data were processed by calculating the change ofthe coastlines length and width, and measuring the abrasion and accretion. The result then was combined with the land use change at coastal area. The result showed that coastline change happened along the coastal areas in research area. It evidence with one of abrasion area destroyed a building at Gerokgak Village.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niantiara Ajeng Saraswati
"Hutan mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peran dalam memperkaya kondisi perairan dan melindungi garis pantai dari abrasi dan akresi. Teluk Lembar di Kabupaten Lombok Barat yang terus berkembang menjadi pusat pelabuhan di Pulau Lombok menyebabkan perubahan garis pantai dan penggunaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial temporal hutan mangrove dan menganalisis hubungan penggunaan tanah dan garis pantai terhadap distribusi spasial temporal hutan mangrove di Teluk Lembar pada tahun 1995-2019. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan dibagi menjadi tiga periode yaitu periode 1995 dan 2005, periode 2005 dan 2015, dan periode 2015 dan 2019. Metode penelitian dengan menghitung luas dan perubahan pada hutan mangrove, garis pantai, dan penggunaan tanah. Kemudian dihubungkan luas perubahan hutan mangrove dengan luas abrasi dan akresi pada perubahan garis pantai di wilayah penelitian. Luas hutan mangrove mengalami penambahan luas dari tiap tahun pengamatan. Perubahan garis pantai yang dominan terjadi pada tahun 1995-2019 adalah akresi. Perubahan penggunaan tanah mangrove yang mengalami perubahan pada tahun 1995-2019 didominasi oleh perubahan badan air menjadi mangrove dan mangrove menjadi badan air. Berdasarkan perhitungan analisis hubungan perubahan luas mangrove terhadap luas abrasi dan akresi di wilayah penelitian, peningkatan luas mangrove memiliki hubungan terhadap luas akresi sebesar 98,81%, sedangkan penurunan luas mangrove terhadap luas abrasi sebesar 21,60%. Secara spasial penurunan dan penambahan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

Mangrove forest is ecosystems that have a role in enriching aquatic conditions and protecting coastlines from abrasion and accretion. Teluk Lembar in West Lombok Regency which continues to develop into a port center on Lombok Island has caused changes in coastline and landuse. This study deals with the relations of extensive mangrove forest changes to coastline changes and landuse changes in Teluk Lembar for a period of 1995 to 2019. The purpose of this study was to determine the temporal spatial distribution of mangrove forest and analyze the relations between land use and coastline to spatial distribution temporarily mangrove forest in Teluk Lembar in the period 1995-2019. The research used Landsat 5, 7, dan 8 images which were 1995 and 2005, 2005 and 2015, and the last period was 2015 and 2019. The data were processed by calculating the area and changes in mangrove forest, coastline, and landuse. Then the extensive changes in mangrove forest are associated with extensive abrasion and accretion on coastline changes in the study area. The area of mangrove forest has increased from each year of observation. The dominant change in coastline that occurred in 1995-2019 was accretion. Changes in the use of mangrove land that underwent changes in 1995-2019 were dominated by changes in water bodies into mangroves and mangroves to become water bodies. Based on the calculation of the analysis of the relations of mangrove changes to the extent of abrasion and accretion, the increase in mangroves has a relation to accretion of 98,81%, while the decrease in mangroves to abrasion is 21,60%. Spatially, the decrease and addition of mangrove are directly proportional to the broad changes in abrasion and accretion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niantiara Ajeng Saraswati
"Hutan mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peran dalam memperkaya kondisi perairan dan melindungi garis pantai dari abrasi dan akresi. Teluk Lembar di Kabupaten Lombok Barat yang terus berkembang menjadi pusat pelabuhan di Pulau Lombok menyebabkan perubahan garis pantai dan penggunaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial temporal hutan mangrove dan menganalisis hubungan penggunaan tanah dan garis pantai terhadap distribusi spasial temporal hutan mangrove di Teluk Lembar pada tahun 1995-2019. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan dibagi menjadi tiga periode yaitu periode 1995 dan 2005, periode 2005 dan 2015, dan periode 2015 dan 2019. Metode penelitian dengan menghitung luas dan perubahan pada hutan mangrove, garis pantai, dan penggunaan tanah. Kemudian dihubungkan luas perubahan hutan mangrove dengan luas abrasi dan akresi pada perubahan garis pantai di wilayah penelitian. Luas hutan mangrove mengalami penambahan luas dari tiap tahun pengamatan. Perubahan garis pantai yang dominan terjadi pada tahun 1995-2019 adalah akresi. Perubahan penggunaan tanah mangrove yang mengalami perubahan pada tahun 1995-2019 didominasi oleh perubahan badan air menjadi mangrove dan mangrove menjadi badan air. Berdasarkan perhitungan analisis hubungan perubahan luas mangrove terhadap luas abrasi dan akresi di wilayah penelitian, peningkatan luas mangrove memiliki hubungan terhadap luas akresi sebesar 98,81%, sedangkan penurunan luas mangrove terhadap luas abrasi sebesar 21,60%. Secara spasial penurunan dan penambahan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

Mangrove forest is ecosystems that have a role in enriching aquatic conditions and protecting coastlines from abrasion and accretion. Teluk Lembar in West Lombok Regency which continues to develop into a port center on Lombok Island has caused changes in coastline and landuse. This study deals with the relations of extensive mangrove forest changes to coastline changes and landuse changes in Teluk Lembar for a period of 1995 to 2019. The purpose of this study was to determine the temporal spatial distribution of mangrove forest and analyze the relations between land use and coastline to spatial distribution temporarily mangrove forest in Teluk Lembar in the period 1995-2019. The research used Landsat 5, 7, dan 8 images which were 1995 and 2005, 2005 and 2015, and the last period was 2015 and 2019. The data were processed by calculating the area and changes in mangrove forest, coastline, and landuse. Then the extensive changes in mangrove forest are associated with extensive abrasion and accretion on coastline changes in the study area. The area of mangrove forest has increased from each year of observation. The dominant change in coastline that occurred in 1995-2019 was accretion. Changes in the use of mangrove land that underwent changes in 1995-2019 were dominated by changes in water bodies into mangroves and mangroves to become water bodies. Based on the calculation of the analysis of the relations of mangrove changes to the extent of abrasion and accretion, the increase in mangroves has a relation to accretion of 98,81%, while the decrease in mangroves to abrasion is 21,60%. Spatially, the decrease and addition of mangrove are directly proportional to the broad changes in abrasion and accretion"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Cista Sevarathi
"Wilayah Pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusia menyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi dan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan lahan di wilayah pesisir. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7, dan 9. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan perubahan garis pantai tahun 2002-2012 dan 2012-2022 dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk menganalisis citra data untuk menentukan perubahan garis pantai. Hasil analisis tersebut akan mendapatkan perubahan garis pantai, perubahan jarak garis pantai, serta lokasi wilayah abrasi dan akresi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hampir di seluruh wilayah pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali mengalami perubahan garis pantai, perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia, pada periode tahun 2002-2012 luas abrasi sebesar 29,1 ha dan luas wilayah akresi sebesar 0,28 ha, dan pada periode tahun 2012- 2022 luas abrasi sebesar 9,13 ha dan akresi sebesar 24,21 ha. Perubahan garis pantai memiliki hubungan terhadap perubahan penggunaan lahan, pemukiman dan perkebunan campuran merupakan penggunaan lahan yang mengalami abrasi dan akresi paling luas selama periode 2002-2012 dan 2012-2022.

The East Coast region of Buleleng Regency, Bali, is prone to abrasion and accretion. Abrasion and accretion are natural phenomena that work in balance. Humans are a factor causing this phenomenon to change its balance so that it can cause harm to humans themselves. This study aimed to analyze the effect of shoreline changes caused by abrasion and accretion on changes in land use areas in coastal areas. This study uses Landsat 7 and 9 imageries. This analysis compared shoreline changes in 2002-2012 and 2012-2022 with the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method to analyze image data to determine shoreline changes. The results of this analysis will get shoreline changes, changes in shoreline distance, and the location of abrasion and accretion areas. This study concluded that almost the entire coastal area of East Buleleng Regency, Bali experienced changes in the coastline. Natural factors and human factors influenced these changes. In 2002-2012, the area of abrasion was 29.1 ha, and the size of accretion was 0. 28 ha, and in the 2012-2022 period, the scope of abrasion was 9.13 ha, and accretion was 24.21 ha. Changes in the coastline relate to changes in land use. Settlements and mixed plantations are land uses that experienced the most extensive abrasion and accretion during the 2002-2012 and 2012-2022 periods."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Pratamasari
"Monitoring perubahan iklim terutama potensi kenaikan Tinggi Muka Laut (TML) di daerah pesisir yang mempengaruhi perubahan garis pantai penting dilakukan untuk perlindungan lingkungan dan pembangunan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi data garis pantai historis multitemporal tahun 1990-2021 berbasis citra Landsat (TM, ETM, dan OLI) menggunakan metode DSAS. Pemodelan spasial dibangun dengan mempertimbangkan faktor geodinamik eksternal (erosi dan akresi), faktor hidrometeorologi (kenaikan TML), faktor proses biologi (NDVI), dan faktor aktivitas antropogenik (penutup lahan), memprediksi posisi garis pantai di masa depan, berkaitan dengan rencana penataan ruang. Hasil pemodelan spasial yang merepresentasikan periode waktu tahun 1990-2021 menunjukkan rata-rata secara umum pesisir Pandeglang mengalami erosi dan akresi yang hampir seimbang, dengan dominasi persentase total erosi 53% dan akresi 47%. Lebih lanjut penelitian ini menemukan bahwa faktor aktivitas antropogenik memiliki peran penting, dimana semakin meningkatnya luasan permukiman di wilayah pesisir berpengaruh pada terjadinya akresi, dan faktor kenaikan TML tidak berpengaruh signifikan pada perubahan garis pantai, sementara faktor kerapatan vegetasi berbanding terbalik dengan perubahan garis pantai. Pemodelan prediksi perubahan garis pantai menggunakan perhitungan statistik variabel LRR dengan metode Kalman Filter pada tahun 2041 akan bervariasi di sepanjang pesisir barat Pandeglang mulai dari -261,4 meter hingga 1368,6 meter, dengan rata-rata pergeseran 6 meter. Pola ruang RTRW Kab.Pandeglang Tahun 2011-2031 berdasarkan prediksi garis pantai tahun 2031 dan 2041 secara umum mengalami dampak terutama pada kawasan pariwisata dengan dinamika pantai mengalami erosi tinggi hingga 43 meter pada tahun 2031 dan 70 meter pada tahun 2041, sementara akresi tinggi hingga 89 meter pada tahun 2031 dan 206 meter pada tahun 2041. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemangku kebijakan agar terwujud tujuan penataan ruang sebagai pusat pariwisata di Provinsi Banten yang berkelanjutan.

Monitoring climate change, especially the potential for sea level rise (SLR) in coastal areas that affect shoreline changes, is important for environmental protection and national development. This study aims to build a spatial model of shoreline change through the results of knowing multitemporal historical coastline data for 1990-2021 based on Landsat (TM, ETM, and OLI) images using DSAS variables : NSM, SCE, EPR, and LRR. Then spatial modeling is built by considering external geodynamic factors (erosion and accretion), hydrometeorological factors (Sea Level Rise), biological process factors (vegetation), and anthropogenic activity factors (land cover), predicting the position of the coastline in the future, related to the plan. spatial planning. The results of spatial modeling representing the time period 1990-2021 show that the general average of the coast of Pandeglang experiences almost equal erosion and accretion, with the dominance of the total proportion of erosion 53% and accretion 47%. The average rate of change of the LRR value is 0.15 meters/year, the EPR value is 0.07 meters/year, and the NSM value is 2.23 meters. Anthropogenic by increasing the factors that can be seen in coastal areas have an effect on the occurrence of erosion. Meanwhile, hydrometeorological factors (Sea Level Rise) in this study have no significant effect on shoreline changes, but biological process has inversely relationship. Predictive modeling of shoreline changes using statistical calculations of LRR variables using the Kalman Filter method in 2041 will vary along the west coast of Pandeglang starting from -261, 4 meters up to 1368.6 meters, with an average shift of 6 meters. The spatial pattern of the RTRW of Pandeglang Regency in 2011-2031 based on coastline predictions in 2031 and 2041 generally has an impact, especially on the area and coastal dynamics, experiencing high erosion of up to 43 meters in 2031 and 70 meters in 2041, while high accretion up to 89 meters in 2031 and 206 meters in 2041. This needs attention from policy makers in order to realize the goal of spatial planning as a sustainable center for tourism in Banten Province."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library