Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septi Dhanik Prastiwi
Yogyakarta: Diva Press, 2018
622.342 2 SEP p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Soprima
Abstrak :
Indonesia memiliki pertambangan emas rakyat yang tersebar di seluruh nusantara, salah satunya berlokasi di Kabupaten Lebak, Banten. Pertambangan emas rakyat dilakukan dengan menggunakan merkuri melalui proses amalgamasi. Masih didapati pembuangan limbah merkuri dari pertambangan emas rakyat ke media lingkungan seperti tanah dan badan sungai, padahal limbah merkuri termasuk ke dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang tidak boleh dibuang langsung ke media lingkungan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi besar konsentrasi merkuri pada lingkungan di Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten dan pengaruh pada kesehatan masyarakat yang kontak dengan merkuri. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan metode analisis risiko kesehatan dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Keberadaan merkuri di lokasi penelitian pada air, ikan, sayuran, dan tanah telah melebihi baku mutu, yaitu berturut-turut memiliki rata-rata sebesar 0,04695 mg/l, 0,5175 mg/kg, 0,173 mg/kg dan 0,165 mg/kg. Analisis perhitungan risiko kesehatan menunjukkan masyarakat sekitar pertambangan emas rakyat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan karena nilai RQ > 1 (RQ = 18,5756).
Indonesia has artisanal gold mining spreading throughout the archipelago, one of which is located in Lebak District of Banten Province. The artisanal gold mining usually use mercury in the amalgamation process. The latest fact showed that mercury used in artisanal gold minings has been directly discharged to the surrounding environment, polluting soil and rivers, whereas mercury is considered as one of the hazardous and toxic waste (B3) that cannot be directly discharged to the environment as it can cause several health problems. The purpose of this research is to identify mercury concentrations in the environment of Cibeber and Bayah Sub Districts, Lebak District, Banten Province and its effect to the health of community who is in contact with the disposed mercury. This is an analytic descriptive research that uses a health risk assessment method and quantitative approach. This research reveals that mercury concentrations in samples of water, fish, vegetables, and soil taken from the surrounding environment in the research location have exceeded the quality standard which respectively average 0.04695 mg/l, 0.5175 mg/kg, 0.173 mg/kg, and 0.165 mg/kg,. The health risk assessment shows that community lives surrounding the gold mining has potency to suffer related health problems as the RQ rate is higher than 1 (RQ = 18.5756).
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqiyah
Abstrak :
Merkuri merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun dalam bentuk logam berat yang persisten dan bersifat bioakumulatif dalam ekosistem sehingga menyebabkan ancaman khusus bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu biomarker jangka panjang untuk mengukur merkuri dalam tubuh adalah rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan keracunan merkuri di wilayah pertambangan emas skala kecil (PESK) Desa Mangkualam dan Kramatjaya Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dengan variabel utama status pekerjaan responden dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat dan variabel lain yaitu umur, jarak tempat tinggal, frekuensi konsumsi ikan, buah, dan sayur. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling dengan responden sebanyak 43 orang di masing-masing desa. Data penelitian ini merupakan data sekunder dari institusi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta melalui wawancara terpimpin dan pemeriksaan kadar merkuri dalam rambut di laboratorium. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square serta uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara status pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,001 OR=4,825). Hasil analisis uji korelasi Spearman menyatakan tidak terdapat hubungan antara variabel umur dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,715), frekuensi konsumsi buah dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,201), frekuensi konsumsi sayur kadar merkuri dalam rambut (p=2,07), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,000 R=0,720). Hasil analisis uji chi-square menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang bertempat tinggal dengan jarak ≤ 261 meter maupun jarak >261 meter dari pengolahan emas dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,472).
Mercury is one of the hazardous and toxic element in the form of persistent and bioaccumulative heavy silvery-white metal in the ecosystem, which causes particular threat to human and environmental health. One of the long term biomarkers to assess mercury inside the body is hair. This study aimed at determining relation between employment status and mercury intoxication of the population by artisanal small-scale gold mining (ASGM) in Mangkualam and Kramatjaya Villages, Cimanggu, Pandeglang in the year of 2018. This study was an analytic observational study employing cross-sectional design with the main variable of residents employment status with hair mercury levels. Other variables measured were age, residence distance, frequent consumption of fish, fruits, and vegetables. The sampling technique was carried out by quota sampling with total of 43 respondents in each village. This study used secondary data obtained from the Jakarta Institute of Environmental Health and Disease Control (BBTKLPP). The data was collected by guided interviews and examinations of mercury levels in hair in the laboratory. The data analysis was conducted by univariate and bivariate with chi-square test and Spearman correlation test. The chi-square test found that there was statistically significant correlation between employment status and mercury levels in hair (p=0,001 OR=4,825). From the Spearman correlation test, it was found that no correlation was obtained between age as a variable and mercury levels in hair (p=0,715), frequency of fruits consumption and mercury levels in hair (p=0,201), frequency of vegetables consumption and mercury levels in hair (p=2,07). However, there was a statistically significant correlation between frequency of fish consumption and mercury levels in hair (p=0,000 R=0,720). The chi-square analysis test found that no significant difference was obtained between respondents whose residence ≤ 261 meter and >261 meter from the artisanal small scale gold mining with mercury levels in hair (p=0,472).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hikmah Okvianti
Abstrak :
Pada pertambangan emas rakyat, akan terjadi pencemaran air raksa akibat proses pengolahan emas secara amalgamasi yang akan mempengaruhi kesehatan, disamping kerusakan alam lain seperti kerusakan bentang alam, erosi dan pendangkalan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko kesehatan akibat pajanan merkuri pada air yang dikonsumsi oleh penduduk di wilayah pertambangan emas skala kecil, Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong , Kabupaten Lebak. Untuk menghitung besarnya risiko dilakukan sampling sebanyak 7 titik yang tersebar di 3 dusun dan dilakukan survey antropometri serta wawancara terhadap 72 penduduk yang tinggal di lokasi penelitian. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai konsentrasi yang sama pada setiap sampel yaitu 0,0004 mg/L. Nilai RQ tertinggi jatuh pada responden dengan nilai 5.6522 dan nilai RQ terendah ada pada responden di Lebakpari dengan nilai RQ 0.2483. ......In gold mining, mercury pollution will occur due to the processing of gold amalgamation that will affect the health, in addition to other environmental damage such as damage to the landscape, erosion and silting of the river. This study aims to determine the amount of the health risks from exposure to mercury in water consumed by residents in the area of ??small-scale gold mining, the village Lebaksitu, Lebakgedong subdistrict, Lebak. To calculate the amount of risk sampling as much as 7 point spread in 3 hamlets and performed anthropometric survey and interviews with 72 people living at the sites. From the measurement results obtained concentration values ??were the same in each sample was 0.0004 mg / L. The highest RQ score is 5.6522 and the lowest RQ values ??exist among respondents in Lebakpari with RQ value 0.2483.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karta Sadana
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Lingkup dan Cara penelitian : Benturan berulang akibat getaran yang ditimbulkan alat bor 'rack drill' , dapat merupakan jejas pada eritrosit dalam pembuluh darah telapak tangan para pengebor yang menggunakannya, sehingga dapat menimbulkan hemolisis intravaskuler dan hemoglobinuria. Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan penelitian terhadap 31 orang pengebor yang menggunakan 'rock drill' di suatu Pertambangan Emas. Kepada para pengebor tersebut dilakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Sebelum dan sesudah menggunakan 'rock drill', para pengebar diperiksa kadar Hb, nilai Ht, kadar Hb plasma, hemoglobinurin dan hemosiderinurinnya. Hasil dan Kesimpulan : Sesudah menggunakan 'rock drill', kadar Hb plasma para pengebor meningkat (p < 0,002); ini menunjukkan adanya hemolisis intravaskuler. Jumlah hemolisis yang terjadi dipengaruhi oleh lamanya pemajanan getaran (is = 0,422 ; p < 0,002), dan cara memegang handel 'rack drill' (p = 0,04), tetapi tidak dipengaruhi oleh umur pengebor (p > 0,10), masa kerja sebagai pengebor (p > 0,105, dan kekuatan getaran 'rock drill' yang digunakan (p > 0,05). Hemolisis yang terjadi akibat pemajanan getaran 'rock drill' selama 1 jam 15 menit sampai dengan 3 jam 20 menit, tidak menimbulkan penurunan kadar Hb (p > 0,10), maupun nilai Ht (p > 0,05). Hemoglobinuria dijumpai pada 6 (19,35 pengebor (p > 0,10), sedangkan hemosiderinuria ditemukan pada semua pengebor yang menunjukkan bahwa proses hemolisis intravaskuler tersebut telah berlangsung kronis dan berulang.
ABSTRACT Scope and Method of Study: Repeated trauma due to rock drill vibration can cause intravascular Hemolysis and traumatic hemoglobinuria to the rock drillers. This study was carried out on 31 rock drillers in a gold mine to prove the occurrence of intravascular hemolysis and hemoglobinuria on the rock drillers. The study consists of interview, physical examination, and determination of hemoglobin level, hematocrite value, plasma hemoglobin level, hemoglobinurine, and hemosiderinurine before and after rock drill vibration exposure. Findings and Conclusions: After rock drill vibration exposure, the plasma hemoglobin level of the rock drillers increased ( p < 0,002). This finding indicates that there was an intravascular hemolysis. The degree of the hemolysis depended on the duration of the exposure (rs = 0,422; p < 0,002), and the manner of holding the rock drill handle- (p = 0,04), but it wasn't influenced by age (p > 0,10), work duration (p > 0,10), and the vibration intensity (p > 0,05). After one exposure ranging between 1 hour 15 minutes and 3 change the hemoglobin level (p > 0,10) nor the hematocrite value (p > 0,05). Hemoglobinuria was detected in 6 (19,35 7.) of the rock drillers (p > 0,10), and hemosiderinuria were found in all study subjects. The latter showed that the intravascular hemolysis was a chronic recurrent process.
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zani Suhananto
Abstrak :
Kromium (VI) adalah elemen alami yang ditemukan di dalam bebatuan, tanah, tumbuhan, hewan, abu dan gas gunung berapi, serta bersifat karsinogen. Penelitian sebelumnya menunjukkan tingginya konsentrasi kromium pada air minum (rata-rata 0,29 mg/L) penduduk di area Ring-1 pertambangan emas tradisional Gunung Pongkor-Bogor dan nilai tingkat risiko 3,371. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kontaminasi kromium (VI) pada area Ring-1 telah menyebar keluar Ring-1 dan dan bagaimana tingkat risiko pajanan kromium (VI) dari air minum dan makanan terpilih beserta gangguan ? gangguan kesehatan penduduknya. Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Bogor terpilih sebagai wilayah penelitian yang letaknya di luar Ring-1. Metode Public Health Assessment digunakan dalam penelitian ini dengan menggabungkan metode analisis risiko kesehatan lingkungan (evaluasi pemajanan) dan Type-1 Health Study (evaluasi efek kesehatan). Konsentrasi kromium (VI) pada air minum diambil dari 35 sampel rumah tangga, sedangkan untuk makanan diambil dari sampel makanan terpilih berdasarkan hasil food frequency penduduk Curug Bitung. Data antropometri, pola konsumsi, dan pola aktivitas penduduk dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui laju asupan (intake) pajanan kromium (VI) penduduk Curug Bitung. Evaluasi efek kesehatan dilakukan dengan melihat proporsi gangguan gastrointestinal dan gangguan kulit yang merupakan efek kritis dari pajanan kromium (VI) secara ingesti. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi kromium (VI) pada air minum sebesar 0,0089 mg/L, masih di bawah baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,05 mg/L dalam kromium total. Konsentrasi kromium (VI) tidak terdeteksi pada makanan terpilih yang berupa nasi (karbohidrat), daun singkong (sayur), ikan (lauk) , dan pisang (buah) (batas deteksi alat / LOD sebesar 0,0322 mg/L). Tingkat risiko pajanan kromium (VI) bernilai kurang dari 1 yang berarti tidak berisiko. Proporsi kejadian diare (mewakili gastrointestinal) dan gangguan kulit masing-masing sebesar 8,9% dan 25%. Kesimpulan yang didapatkan bahwa konsentrasi kromium (VI) belum menyebar keluar Ring-1 area pertambangan emas tradisional Gunung pongkor. ......Chromium (VI) is natural element found in rocks, soil, plants, animals, ash and volcanic gases, and is a carcinogen. Previous study showed a high concentration of chromium in drinking water (0,29 mg/L) of the population in the area of Ring-1 artisanal gold mining site in Gunung Pongkor, Bogor with value risk quotient (RQ) 3,371. Present study aims to determine whether the contamination of chromium (VI) in the area of Ring-1 has spread beyond the Ring-1 and how the risk quotient of chromium (VI) exposure from water and selected food and the health effects on population. Curug Bitung village, Bogor was selected as the study area that is located outside the Ring-1. Public Health Assessment methods used in this study with combining encironmental health risk assessment and Type- 1 Health Study. Concentration of chromium (VI) in drinking water taken from 35 housholds sample, while in food samples taken from selected foods based on food frequency of Curug Bitung population. Anthropometric data, consumption patterns, and the patterns of activity of the populationwas taken by interviewed using questionnaire. Evaluation of health effects conducted by looking at the proportion of gastrointestinal and skin disorder which is a critical effect of oral chromium (VI) exposure. The results showed an average concentration of chromium (VI) in drinking water of 0,0089 mg/L, still below the standards Regulation of the Minister of Health 492/2010 (0,05 mg/L,total Chromium). Concentration of chromium (VI) was not detected in selected foods such as rice, cassava leaves, fish, and banana the level of risk exposure of chromium (VI) is less than 1 that means no risk. The proportion of diarrhea and skin disorders respectively by 8,9 % and 25 %. The conclusion was found that the concentration of chromium (VI) has not spread beyond the Ring-1 traditional gold mining area of Gunung Pongkor.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miladil Fitra
Abstrak :
Kegiatan penambangan emas skala kecil yang tidak dikelola dengan baik dapat berpotensi meningkatkan mineral logam berat termasuk mineral mangan dan keberadaannya dapat menyebar kewilayah sekitar pertambangan serta berpotensi menimbulkan risiko dan gangguan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk Mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan mangan (Mn) dari air minum dan makanan terpilih pada populasi penduduk dan bukti-bukti gangguan kesehatannya di Kampung Curug Bitung, Kecamatan Nanggung. Penelitian ini merupakan studi Deskriptif Analitik dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Masyarakat. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan test konsentrasi mangan pada air minum dan makanan. Tingkat Risiko pajanan mangan dari air minum dan makanan di desa curug bitung tidak berisiko (RQ<1) ini berarti pajanan mangan wilayah Ring-1 area pertambangan emas tradisional Gunung Pongkor belum menyebar ke sekitar atau keluar Ring-1(Curug Bitung). Bagi penduduk yang memiliki aktivitas pengoperasian gelundung dihimbau untuk tidak membuang sisa tanah hasil olahannya didekat rumah, aliran air maupun di dekat lahan pertanian, karena dimungkinkan tanah buangan tersebut masih mengandung cemaran beberapa mineral lainnya yang berbahaya. Tanah sisa olahan bisa dikumpulkan di suatu area yang jauh dari sumber air dan lahan pertanian. Area tersebut bisa ditanami dengan tanaman lokal yang mampu menyerap kandungan logam dalam tanah seperti tanaman genjer. ......Small scale gold mining activity that improperly managed can potentially increase the heavy metal minerals including manganese and its existence can spread to the area around the mining site and potentially pose a problem and public health risk. The study aimed to estimate the level of health risk due to the manganese (Mn) exposure from particular food and drinking and its evidences of health problems on the population in Curug Bitung village, Nanggung district. This was an analytical descriptive study and the method used analysis of Public Health Risk. The data were collected by observation, interview and manganese concentration test on drinking water and food. The risk level of manganese exposure from the drinking water and food in curug bitung village was found not to be a risk (RQ<1) which means that the manganese exposure in Ring-1 area of the traditional gold mining in Mount Pongkor has not spread yet in around the area or outside Ring-1(Curug Bitung). It is recommended for people who have a rod mill operating activity to avoid removing the residual soil from the process near their houses, water flow, and agricultural land because it is possible for the residual soil to still be containing some dangerous minerals contaminants. The residual soil can be gathered in the area that is far from the water resources and agricultural land. The area can be planted with local plants that are capable in absorbing the metal contents from the soil such as Genjer.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Elvi Sahara
Abstrak :
Latar Belakang: Merkuri banyak ditemukan di sekitar PESK yang biasa digunakan dalam proses amalgamasi. Adanya pajanan merkuri kronis dapat dilihat dari kadar merkuri pada rambut masyarakat yang tinggal di sekitar PESK. Pajanan merkuri secara terus-menerus dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat salah satunya peningkatan tekanan darah. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri pada rambut terhadap tekanan darah masyarakat yang tinggal di sekitar Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder mulai dari observasi, wawancara, pengukuran, serta pengambilan sampel rambut dengan jumlah sampel 94 responden. Adapun data yang diambil meliputi kadar merkuri pada rambut, tekanan darah, umur, jenis kelamin, IMT, status merokok, dan frekuensi konsumsi ikan. Hasil: Sebanyak 55.3% responden memiliki kadar merkuri di atas kadar normal (> 2 ppm) dan tekanan darah dominan tidak normal (≥120/80 mmHg) yaitu sebesar 72.3% orang. Namun hasil hubungan didapatkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kadar merkuri rambut di atas kadar normal terhadap tekanan darah (Pvalue = 1). Saran: dilakukan penelitian yang sama dengan sampel yang lebih banyak dan pajanan terhadap faktor risiko yang lebih lama serta dilakukan edukasi mengenai bahaya merkuri terhadap kesehatan.
Background: Mercury is found around ASGM commonly used in the amalgamation process. The exposure of chronic mercury can be seen from hair mercury levels in people who live around ASGM. Exposure continuously to mercury can have a negative impact on public health, one of an increasing blood pressure. Objective: To determine the effect of hair mercury levels on the blood pressure respondent Around Artisanal and Small Scale Gold Mining (ASGM). Method: This study used a cross sectional study design and used secondary data ranging from observation, interviews, measurements, and hair sampling with total sampling 94 respondents. The data taken includes hair mercury, blood pressure, age, sex, BMI, smoking status, and frequency of fish consumption. Result: 55.3% of respondents had abnormally mercury levels (> 2 ppm) and 72.3% of respondent had abnormal blood pressure (20120/80 mmHg). But the results of the relationship found that there was no significant effect between abnormally levels of hair mercury on blood pressure (Value = 1). Suggestion: Needed similar research with more samples and higher exposure and do health promotion about the effect of mercury to human health.
Depok: Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizhkal
Abstrak :
Pertambangan emas di kabupaten Mandailing Natal sudah ada sejak 2008. Tetapi semakin marak pada tahun 2010 di kecamatan Hutabargot dan di kecamatan Nagajuang pada November 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kadar merkuri pada rambut pada pekerja tambang terpajan merkuri dan karakteristik individu pekerja(usia, lama tinggal, status gizi dan konsumsi ikan) dengan gangguan keseimbangan tubuh. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data yang digunakan yaitu data primer dari kuesioner dan sekunder dari hasil uji laboratorium rambut. Sampel penelitian ini disesuaikan dengan sampel dari data sekunder yang menggunakan rumus Lemeshow sehingga didapatkan sampel 60 orang. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent (merkuri dalam rambut) dan variabel konfounding terhadap variabel dependent (gangguan keseimbangan tubuh). Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan jika dilihat dari nilai OR variabel merkuri dalam rambut masih tergolong tinggi yaitu 6,0 dan setelah dikontol variabel karakteristik individu OR merkuri dalam rambut turun menjadi 4,92.
Gold mining in Mandailing Natal regency has been around since 2008. But it became more prevalent in 2010 in Hutabargot sub-district and in Nagajuang sub-district in November 2011. The purpose of this study was to analyze the relationship between mercury levels in hair in mercury exposed workers and individual characteristics of workers (age, length of stay, nutritional status and consumption of fish) with body balance disorders. This study uses a cross sectional method. The data used are primary data from questionnaires and secondary from the results of hair laboratory tests. The research sample was adjusted to the sample from secondary data using the Lemeshow formula so that sample of 60 people was obtained. The results of this study found that there was no significant relationship between independent variables (mercury in hair) and confounding variables on the dependent variable (body balance disorder). Although the results of the study did not show a significant relationship when viewed from the OR variable value of mercury in the hair was still relatively high at 6.0 and after being contracted the individual characteristic variable OR mercury in the hair dropped to 4.92.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Nurzahra Hanifa
Abstrak :
ABSTRAK
Merkuri merupakan salah satu unsur logam yang termasuk sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun B3 berdasarkan PP No, 74 tahun 2001, yang dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan hidup maupun kesehatan manusia. Kasus pencemaran merkuri di Teluk Minamata, Jepang, yang menarik perhatian global kemudian melatarbelakangin dibentuknya Konvensi Minamata. Konvensi ini bertujuan untuk melindungi manusia dan lingkungan hidup dari emisi dan lepasan merkuri maupun senyawa-senyawa merkuri yang bersifat antropogenik. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami permasalahan dalam pemanfaatan merkuri, mulai dari perdagangan illegal merkuri, pertambangan batu cinnabar, serta penggunaan merkuri dalam pertambangan emas skala kecil. Sebagai bentuk komitmen Indonesia untuk juga berpartisipasi dalam mengendalikan emisi dan lepasan merkuri secara global, maka pada tahun 2017 lalu Indonesia meratifikasi Konvensi Minamata. Skripsi ini membahas mengenai kewajiban-kewajiban yang timbul bagi Indonesia setelah meratifikasi Konvensi Minamata kemudian menganalisis peraturan perundang-undangan yang telah ada dibandingkan dengan kewajiban-kewajiban yang ada dalam Konvensi Minamata. Skripsi ini juga akan membahas apa yang kemudian yang perlu diatur dalam Rencana Aksi Nasional dari Konvensi Minamata. Metode penulisan dari skripsi ini adalah yuridis normatif. Analisis dari skripsi ini kemudian mencapai kesimpulan bahwa peraturan perundang-undangan yang telah ada masih belum cukup memadai apabila dibandingkan dengan kewajiban-kewajiban yang ada dalam Konvensi Minamata sehingga perlu adanya revisi atas peraturan perundang-undangan serta memuat langkah-langkah strategis dalam Rencana Aksi Nasional untuk mengendalikan serta menghapuskan penggunaan merkuri.
ABSTRACT
Mercury is one of metallic substance that include as toxic and hazardous material based on Government Regulation No.74 year 2001, which can adversely affect the environment and human health. The case of mercury contamination in Minamata Bay, Japan, attracted global attention and as one of the background to form Minamata Convention. This objective of this convention is to protect the human health and the environment from anthropogenic emission and releases of mercury. Indonesia became one of the countries experiencing problems in the utilization of mercury, from illegal trading of mercury, cinnabar mining and artisanal small scale gold mining. As a form of Indonesia 39s commitment to participate in controlling global emissions and mercury releases globally, in 2017 Indonesia ratified the Minamata Convention. This undergraduate thesis discusses the obligations that arise for Indonesia after ratifying the Minamata Convention and then analyzing existing legislation in comparison with the obligations contained in the Minamata Convention. This undergraduate thesis will also discuss what then needs to be regulated in the National Action Plan of the Minamata Convention. The research method used in this writing is a normative juridical research. The analysis of this writing then reaches the conclusion that the existing legislation is still inadequate when compared with the obligations contained in the Minamata Convention so that the need for revision of regulations and contains the strategic steps in the National Action Plan for controlling and eliminating the use of mercury.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>