Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Fitriyani
"ABSTRAK
Fenomena bermunculannya beauty vloggers melalui video-video mengenai kecantikan yang diunggah ke platform youtube membuat mereka terkenal. Opini mereka mengenai produk kecantikan dipercaya oleh masyarakat karena mereka dianggap objektif dan netral. Hal ini membuat brand kosmetik tertarik menggunakan mereka sebagai salah satu media untuk mepromosikan produk kecantikannya, yaitu dengan kerjasama pembuatan video bersponsor. Tulisan ini menyimpulkan bahwa penggunaan beauty vloggers sebagai endorser produk kosmetik ternyata tidak efektif. Hal ini disebabkan karena penontonnya telah memiliki pengetahuan akan pesan persuasi dari video bersponsor tersebut, sehingga apa yang dikatakan oleh beauty vloggers tidak lagi dipercaya dan bahkan dengan video bersponsor ini bisa menyebabkan pegaruh negatif terhadap kampanye brand tersebut.


ABSTRACT
The fame of beauty vloggers is through presence in YouTube. Their opinions about beauty products is trusted because of their objectivity and neutrality. A lot of people use their review videos on beauty products as a reference before purchasing beauty products. This fact is actually attract beauty companies to sponsor beauty vloggers to promote their products. This paper concludes that using beauty vloggers to promote cosmetic products is not effective. People already know about how sponsored videos work and the message behind it, they will not trust what beauty vloggers say. The sponsored video can also negatively affect the brand that it promotes. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraeni
"Dalam beberapa tahun terakhir, para pemasar menggunakan media sosial sebagai platform komunikasi pemasaran yang disebabkan oleh pertumbuhan pengguna media sosial. Iklan di Instagram dapat dikategorikan sebagai In Feed Native Advertising yang telah dibuktikan oleh penelitian terbaru sebagai solusi yang menjanjikan untuk mengatasi permasalahan untuk kecenderungan konsumen untuk menghindari iklan. Namun, penerimaan konsumen terhadap Native Advertising dapat menjadi pedang bermata dua karena potensi penipuan konsumen karena ketidakmampuan konsumen untuk mengenali iklan. Sehingga, FTC memaksa pemasar untuk mengungkapkan jika unggahan nya adalah iklan. Studi terbaru tentang disclosure pada iklan telah difokuskan pada posisi, bahasa, durasi, dan waktu tetapi studi untuk menerapkan disclosure dalam iklan media sosial terbatas. Sehingga, dalam penelitian ini kami menguji pengaruh posisi disclosure pada iklan Instagram pada sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan intensi untuk berbagi (eWOM). Sebuah studi eksperimental dilakukan untuk menguji pengaruh posisi disclosure pada bagian atas (Grup A) dan bawah (Grup B) di antara 223 pengguna Instagram. Hasil menunjukkan bahwa respon untuk Grup A memiliki sikap yang lebih rendah terhadap iklan, sikap terhadap merek dan intensi untuk berbagi (e-WOM) karena aktivasi Persuasion Knowledge Model. Studi ini memberikan kontribusi empiris dan implikasi strategis untuk proses pengambilan keputusan pemasar dalam mengimplementasikan disclosure di iklan Instagram mereka.

In recent years, marketers use social media as their marketing communication platform because of the growth of social media users. Ads on Instagram can be categorized as In Feed Native Advertising which have proved by recent studies as the promising solution for ad avoidance. However, consumers acceptance of native advertising can be a double-edged sword due to the potential of deception because of consumers inability to recognize the ad. So that, the FTC enforce the marketer to disclose the ad. Recent studies has focused on position, language, duration, and timing but the study for implementing disclosure in social media ad was limited. So that, in this study we examined the effect of Instagram ad disclosure position on attitude toward ad, attitude toward brand, and intention to share EWOM. An experimental study was conducted to test the effect of top (Group A) and bottom (Group B) disclosure position among 223 Instagram users. Results indicate that response for Group A has lower attitude toward ad, attitude toward brand and intention to share EWOM due to the activation of Persuasion Knowledge Model. This study provides an empirically contribution and strategic implication for marketers in implementing the ad disclosure on their Instagram ad."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library