Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: The Haworth Press, 2008
616.858 52 BOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
San Francisco: Jossey-Bass, 1997
616.851 TRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Theresa Ayu Febrinia
Abstrak :
Pendahuluan. Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada remaja dan dewasa muda secara global. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa 62% pasien mengalami readmisi psikiatri dengan risiko bunuh diri sebagai alasan terbanyak. Saat ini tidak banyak penelitian yang menilai faktor risiko yang memengaruhi readmisi pada pasien berisiko bunuh diri. Berdasarkan kebutuhan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang mempelajari tentang profil dan karakteristik pasien-pasien yang mengalami readmisi berulang karena risiko bunuh diri serta hubungannya dengan kejadian readmisi. Metode. Penelitian dengan rancangan studi potong lintang dengan melibatkan 38 rekam medis pasien yang dirawat inap psikiatri dengan indikasi risiko bunuh diri selama Januari 2020 hingga Juni 2022. Kedatangan ke Ruang Rawat Inap Psikiatri RSCM ditelusuri dari Electronic Health Record. Analisis data menggunakan uji chi-square, uji regresi logistik biner, dan Independent Sample T-test. Hasil. Terdapat 33 (86,84%) sampel yang mengalami rawat inap psikiatri berulang dalam satu tahun di RSCM. Tidak ditemukan hubungan bermakna profil demografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan), frekuensi rawat inap sebelumnya, derajat risiko bunuh diri dan profil kepribadian terhadap kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri. Terdapat hubungan bermakna antara episode depresi dengan kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri, dengan peningkatan risiko 21,333 kali, namun tidak dapat digeneralisasi pada populasi umum karena interval kepercayaan yang lebar. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik, dan menerapkan evaluasi panduan tatalaksana bunuh diri yang menekankan pada kelompok yang rentan mengalami perawatan berulang atas indikasi risiko bunuh diri. ......Introduction. Suicide is one of the leading causes of death in adolescents and young adults globally. Study found 62% of patients had psychiatric readmissions with the risk of suicide being the most common factor. There were few literatures for risk factors in psychiatric readmission due to suicide risk. It is necessary to carry out research that studies the profiles and characteristics of patients who experience repeated readmissions due to the risk of suicide and its association to psychiatric readmissions. Method. The research was a cross-sectional study design involving 38 patient medical records who admitted to psychiatric ward RSCM with suicide risk in January 2020 – June 2022. Admission to the psychiatric ward were traced from the Electronic Health Record. Data analysis used chi-square test, fisher exact’s test, binary logistic regression test and independent sample t-test. Result. There were 33 samples (86,84%) who had psychiatric readmission within one year with suicide risk. No significant relationship was found between demographic factor (sex, age, working status, marital status), suicide risk severity, history of previous admission, and personality with readmissions due to the risk of suicide. There was significant relationship between depressive episode with readmissions due to the risk of suicide, which heighten the risk 21,333 folds. Nevertheless, high range of confidence interval indicates that this finding cannot be applied in general population. Conclusion. This study highlighted the need for a better study method and evaluating suicide risk management guideline with emphasis on group at risk for readmission due to suicide risk.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Paramanandana Prasetyo
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak dipisahkannya diagnosa schizotypal personality disorder dengan schizophrenia pada DSM-III, telah banyak studi yang fokus pada Schizotypal Personality Disorder, atau singkatnya schizotypy, yang muncul. Alasan mengapa ini terjadi diperkirakan untuk mencegah masalah itu hingga menjadi schizophrenia. Salah satu caranya adalah dengan menguji hubungan schizotypy dengan gangguan fungsi kognisi sosial, atau Social Cognitive Functions SCF. Pada awalnya diprediksikan bahwa lemahnya SCF akan menguatkan kans adanya schizotypy. Diprediksikan juga bahwa dengan mengkontrol afek negatif bisa mengubah arah asosiasi hubungan SCF dengan schizotypy. Studi ini dilakukan pada mahasiswa sarjana yang sehat secara neurologi N = 238 untuk menguji hubungan antara schizotypy dan SCF, sementara mengkontrol untuk afek negatif i.e. anxiety depression. Skala-skala yang digunakan dalam studi ini adalah Schizotypal Personality Questionnaire SPQ untuk mengukur schizotypy, Empathy Quotient EQ dan Reading the Mind in the Eyes Test RMET untuk mengukur SCF, dan Hospital Anxiety and Depression Scale HADS untuk mengukur afek negatif. Dengan menggunakan Pearson rsquo;s correlation, korelasi negatif yang signifikan ditemukan dalam hubungan schizotypy dengan skala SCF pada EQ r = -.312.
ABSTRACT
Since the separation of schizotypal personality disorder diagnosis with schizophrenia in DSM III, many studies have started to focus on Schizotypal Personality Disorder, or schizotypy for short. Main reason for this is the thought that intervening on schizotypy may prevent cases of schizophrenia. One way to solve this is to examine the relationship of schizotypy with impairments to Social Cognitive Functions SCF . It was initially predicted that lack of SCF would mean higher chance of schizotypy. It was also initially predicted that controlling negative affect would change the direction of association between SCF and schizotypy. This study was conducted on neurologically healthy undergraduate students N 238 to examine the relationship of schizotypy and SCF, while controlling for negative affect i.e. anxiety depression . The scales used in this study were Schizotypal Personality Questionnaire SPQ to measure schizotypy, Empathy Quotient EQ and Reading the Mind in the Eyes Test RMET to measure SCF, and Hospital Anxiety and Depression Scale HADS to measure negative affect. Using Pearson rsquo s correlation, significant negative correlations were found between schizotypy with SCF measures of empathy r .312.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library