Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ravenska Berman
"ABSTRACT
Motion seringkali tidak dianggap dalam suatu konteks arsitektur. Padahal pada nyatanya manusia yang berada di dalam konteks arsitektur tersebut selalu melakukan motion di dalam aktivitasnya. Skripsi ini membahas mengenai motion dalam mempengaruhi persepsi interior yang ditangkap oleh manusia. Taman Fatahillah dipilih menjadi studi kasus untuk melihat apakah motion yang dilakukan tubuh dapat membentuk interioritas dalam suatu ruang urban. Dari studi kasus tersebut dapat dilihat dengan rhyhthmanalysis, bahwa spatial rhythm, temporal rhythm, microexperience dan strangeness pada visual turut mempengaruhi interioritas yang ditangkap oleh manusia di dalam sebuah konteks.

ABSTRACT
Motion is often not considered within architectural context. In fact, human within the context of architecture are always doing motion in their daily activities. This thesis discusses about how motion affect the interiority which perceived by human. Therefore, Taman Fatahillah is chosen as a case study to see whether the motion of the body can form interiority in an urban space. From this case study, it can be seen that rhythmanalsysis such as spatial rhythm, temporal rhythm, microexperience, and strangeness in visuals affect the interiority which perceived by human."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elkins, James
Ithaca: Cornell University Press, 1994
701.82 ELK p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Konsep triad Lefebvre mengandung penjelasan bahwa karya seni mampu
berperan dalam menciptakan citra suatu ruang yang terwujud melalui persepsi
pembuatnya terhadap ruang tersebut. Penelitian ini menjelaskan bagaimana suatu
ruang terwujud melalui representasi sebuah novel. Penekanan dalam penelitian ini
adalah persepsi penulis dan tokoh dalam novel 5 cm terhadap suatu ruang
(Gunung Semeru). Persepsi manusia terhadap suatu ruang menghasilkan nilai
lanskap yang dapat menjadi ciri dari ruang tersebut dan pada tahap selanjutnya,
dapat melekat sebagai identitas ruang. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan metode hermeneutika, yang menjadikan penelitian ini selalu
bergerak dalam sebuah konteks. Konteks besar dalam penelitian ini adalah
pendakian. Ruang yang akan dibahas adalah ruang yang berkaitan dengan
kegiatan pendakian Gunung Semeru, yaitu jalur pendakian.
Interpretasi narasi dan dialog dalam 5 cm menghasilkan 3 kelompok
besar ruang dalam pendakian Gunung Semeru, yaitu ruang profan, ruang medium,
dan ruang sakral. Terdapat 4 nilai lanskap yang tersebar dalam 3 kelompok ruang
tersebut. Keempat nilai tersebut yaitu nilai estetik, nilai historis, nilai religi, dan
therapeutic value. Ruang profan yang estetik berada pada kaki Gunung Semeru.
Ruang medium yang historis berada pada bagian pertengahan jalur pendakian.
Sedangkan ruang sakral yang historis dan religi berada pada bagian akhir jalur
pendakian atau merupakan dua tempat tertinggi pada jalur. Adapun identitas
Gunung Semeru yang terbentuk berdasarkan konteks nilai-nilai tersebut yaitu
indah, mistis, dan sakral.
Lefebvre’s triad concept contains an explanation that arts can make image
of the space that formed through author’s perception about it. This research
examine how space produced from a novel representation. The suppression is
perception of the author and characters on 5 cm about the space (Mount Semeru).
Human perception about space produces landscape values that can be its
characteristics. Then, these characteristics may transform to its identity. This
qualitative research used hermeneutics that makes this research always based on
contexts, which the big context is about mountaineering. Space that discussed is
Mount Semeru’s track.
Interpretation of the narrations and dialogues on 5 cm produce 3 categories,
these are profane space, medium space, and sacred space. There are 4 landscape
values spread on these, they are aesthetic, historic, religious, and therapeutic.
Aesthetic profane space is on foot of Mount Semeru. Historic medium space is on
mid section of the track. Historic and religious sacred space is on the end of the
track or the two highest place on it. The identity of Mount Semeru produced based
on those values are beautiful, historical, and sacred."
Lengkap +
2014
S57294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Hazbi Faizasyah
"Sebagai manusia kita sering dihadapkan dengan keputusan yang harus dibuat berdasarkan pengalaman. Ini melibatkan banyak aktivitas yang terlihat sederhana yang kita tidak perhatikan. Contohnya saat kita berjalan ke dalam sebuah ruangan biasa. Tampaknya sebagai tugas yang sederhana untuk dilakukan. Kita sebagai manusia secara tidak sadar mengorientasikan diri kita sendiri dalam ruang. Ini merupakan hal yang sama dalam arsitektur. Indera manusia dapat menghubungkan seseorang dengan ruang yang berada di sekitar kita. Sebenarnya ini merupakan sesuatu yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan desain yang terlihat elegan yang mungkin tidak memenuhi kebutuhan paling sederhana bagi manusia yaitu pemahaman mengenai ruang. Oleh karena itu, indera kita merupakan alat yang dapat memproses pengalaman, sehingga mengembangkan perspektif kita sendiri pada tempat-tempat tertentu di lingkungan kita. Dalam skripsi ini akan mengamati experential perspective seseorang dalam sebuah pub lokal. Bagaimana indera manusia dapat mencerap pengalaman seseorang di dalam sebuah pub, dan apa perbedaannya saat terdapat live music terhadap aktivitas dan pengalaman ruang pengunjung.
As human beings we are often faced with decisions that are needed to be made based on our experiences. This involves many mundane day today activities that we usually do not pay attention to. Walking into a room for example may seem as a simple minded task to fulfill, yet by doing so, we as human beings are unconsciouslly aware of where we place and relate ourselves within space. It is the same in architecture. Our human senses and its relation to the space around us, is on the contrary much more important than some whimsical, good-looking design which might not fulfill the simplest needs for human beings. In order to understand space, we must first experience it. Therefore by doing so, our senses will directly be exposed to what we interact with, thus developing our own perspective on certain places in our environment. In this case, it will be observing one?s experential perspective within a local pub. How does the human being?s senses contribute with relating to architectural space within the pub, and what difference does live music play a role to the people's activities and spatial experience."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Nur Utami
"ABSTRACT
Persepsi terjadi dikarenakan adanya sensasi yang ditangkap oleh panca indera. Dari kelima indera, indera penglihatan memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi yang terbentuk. Hal tersebut juga berlaku saat manusia mempersepsikan ruang. Hasil dari persepsi ruang tersebut berupa reaksi, seperti penilaian dan sikap terhadap sebuah ruang. Persepsi ruang pada penderita klaustrofobia fobia ruang sempit dan tertutup, penderita memberikan penilaian tidak hanya pada dimensi ruang, namun kecerahan terang-gelap dan suhu panas-dingin sebuah ruang. Hal ini dikarenakan klaustrofobia memiliki 2 komponen rasa takut, yaitu takut ruang geraknya terbatasi fear of restriction dan takut dirinya tercekik fear of suffocation yang diasosiasikan dengan rasa panas dan gelap. Saat berada dalam ruang yang sempit, penderita klaustrofobia juga melakukan stress coping dengan mengalihkan fokus perhatian dan pandangan. Dengan demikian, keberadaan material pada sebuah ruang menjadi penting karena material, khususnya properti ekstrinsik, dapat mempengaruhi dimensi, kecerahan dan suhu sebuah ruang. Selain itu, properti ekstrinsik material juga dapat dimanfaatkan sebagai pengalih fokus. Dalam kajian ini, saya melakukan analisis studi kasus terhadap interior dari dua buah lift dengan luas kabin yang kurang lebih sama dengan material yang berbeda yang kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara responden penderita klaustrofobia. Dari hasil studi kasus, material terbukti dapat mempengaruhi persepsi ruang pada responden penderita klaustrofobia.

ABSTRACT
Perception occurs because of sensations captured by the five senses. Among from the senses, the sense of vision has a big part on perception that is formed. It is also applicable when human perceives a space. The result of the perception of space is a reaction, such as judgments and behaviors toward a space. The perception of space in claustrophobic, a phobia of narrow and enclosed space, they give the judgments not only of the dimensions of space, but also the brightness light dark and the temperature warm cold of space. It is because claustrophobia has two components of fear, namely fear of restriction and fear of suffocation, which has already associated with a sense of warm and dark. When claustrophobic in a narrow space, they also do stress coping by diverting the focus of attention or view. Thus, the existence of material in a space becomes important because the material, especially the extrinsic property, can affect the dimensions, brightness and temperature of a space. In addition, the extrinsic properties of material can also be utilized as a focus divert. In this study, I analysis the interiors of two lifts, which both has almost the same size but different materials, then the result being compared with the interviews of claustrophobic respondents. From the comparison, the material proved to impact the perception of space in respondents."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kopacz, Jeanne
New York: McGraw-Hill, 2004
701.85 KOP c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adriawan Rachman
"Aktivitas di ruang luar selalu berkaitan dengan perilaku duduk, duduk untuk beristirahat di sela - sela aktivitas maupun duduk untuk melihat aktivitas orang lain. Perilaku duduk muncul ketika tatanan ruang luar menyediakan tempat-tempat untuk duduk. Terkadang tatanan ruang luar tidak mampu memenuhi kebutuhan duduk setiap penggunanya, sehingga orang-orang secara naluri akan mencari elemen-elemen ruang yang memiliki pontensi untuk diduduki. Sebuah objek berpotensi sebagai tempat duduk apabila memiliki kriteria yang sama dengan tempat duduk primer. Sementara elemen terpenting dari tempat duduk primer adalah bidang alasnya, sehingga objek apa pun yang memiliki bidang alas, manusia akan mempersepsikan objek tersebut dapat diduduki agar ia bisa beristirahat sekaligus menonton atraksi ruang luar.

Outdoor activities are always associate with the sitting behavior, even sitting down for the rest or sitting down to see another activities. Sitting behavior arises when the outdoor space provides places for sitting. Unfortunately, lot of outdoor spaces do not meet the need of sitting. So that, people will instinctively look for the elements that have some potentials to be a seat. An object has the potential to be seated if it has the same criteria as the primary seating. Meanwhile, the most important feature of the primary seating is its sitting plane, so any object that has anything resembling that, humans will perceive that object can be seated so that he can rest while watching attractions outdoor space.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amalia
"Berjalan kaki bukan hanya merupakan moda transportasi dasar yang murah dan mudah di dalam suatu kota yang pergerakan manusia dan barangnya tinggi dan kompleks, namun disebut juga sebagai perekat moda transportasi. Trotoar adalah salah satu jalur bagi pejalan kaki. Namun sayangnya trotoar tidak dianggap sebagai infrastruktur yang melekat pada sistem transportasi dan perancangan kota yang baik. Tidak adanya standarisasi yang baku dari segi fasilitas dan pengontrolan terhadap pemanfaatan non pejalan kaki yang ada sehingga kondisi trotoar bervariasi dari segi fisik dan sosial. Untuk itu penelitian ini bertujuan menemukan persepsi pejalan kaki terhadap kondisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipasi aktif dan wawancara mendalam dengan informan sebagai pejalan kaki dengan menggunakan tiga indikator persepsi, yaitu motif, harapan, dan minat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini didapat kategori persepsi yang beragam dari tiap indikator persepsi di mana kelengkapan fasilitas dan penyalahgunaan oleh kelompok non pejalan kaki di tiap fungsi bangunan berbeda.
Walking is not just a mode of transportation that is cheap and convenient base in a city. In a city, the movement of people and goods are high and complex, but is also known as adhesive mode of transportation. The sidewalk is one lane for pedestrians. But unfortunately the pavement is not considered as an infrastructure that is attached to the transport system and good urban design. The lack of standardization in terms of facilities and control of the use of non existing pedestrian sidewalk makes a varies condition of physical and social. This research aims to discover pedestrian perception because of those condition. Data collected through observation and active participation of in-depth interviews with informants as a pedestrian by using three indicators of perception, such as motive, expectation, and interest. The analysis used is descriptive analysis. The results of this study concluded that there are varies of perception category for each perception indicator which is facility completeness and use of non-pedestrian for each building function are different."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Naila Amanda
"

Pembangunan mal seringkali mengubah fungsi lahan ruang terbuka dan menciptakan persepsi persaingan. Diperlukan integrasi untuk mengubah persepsi, sehingga mal dan ruang terbuka dapat saling melengkapi, meningkatkan nilai, dan keberlanjutan keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi pengunjung terhadap keberadaan ruang terbuka di mal-mal Kota Jakarta dan keterkaitan persepsi dengan pola kunjungan ruang terbuka di malmal Kota Jakarta (Studi Kasus: Mal Senayan Park, Mal Central Park dan AEON Mal Jakarta Garden City. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah karakteristik lokasi ruang terbuka dan karakteristik pengunjung ruang terbuka. Pengumpulan data dilakukan melalui survei lapangan, wawancara dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan membuat peta sebaran titik lokasi ruang terbuka, sketsa fasilitas dari masing-masing ruang terbuka di mal, dan sketsa pola kunjungan ruang terbuka di mal. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsep dan profil pengunjung di ketiga ruang terbuka mal. Pengunjung “Urban Park” dan “Green Park” cenderung menggunakan ruang terbuka sebagai tempat interaksi sosial dan relaksasi. Sedangkan pengunjung “Family Friendly” menggunakan ruang terbuka sebagai tempat edukasi. Pengunjung yang berada di ruang terbuka dengan konsep “Urban Park” dan “Green Park” mempunyai kesamaan pada pola kunjungan yang hanya singgah ke ruang terbuka saja, sedangkan ruang terbuka “Family Friendly” menunjukkan adanya kunjungan ke mal untuk beraktivitas selain ke area ruang terbuka. Perbedaan pola kunjungan tersebut menunjukkan adanya perbedaan integrasi keruangan antara mal dan ruang terbuka.


Mall construction often changes the function of open space and creates a perception of competition. Integration is needed to change perceptions, so that malls and open spaces can complement each other, increasing the value and sustainability of both. This research aims to analyze visitors' perceptions of the existence of open space in Jakarta City malls and the relationship between perceptions and open space visit patterns in Jakarta City malls (Case Study: Senayan Park Mall, Central Park Mall and AEON Jakarta Garden City Mall. Research This method uses qualitative methods. The variables used in this research are the characteristics of open space locations and the characteristics of open space visitors. Data collection was carried out through field surveys, interviews and literature studies. Data processing was carried out by making a map of the distribution of open space location points, sketches of facilities for each -each open space in the mall, and a sketch of the visiting patterns of open spaces in the mall. Data analysis techniques were carried out using descriptive and spatial analysis. The results of the research show that there are differences in the concept and profile of visitors in the three open spaces in the mall. Visitors to "Urban Park" and "Green Park” tend to use open spaces as places for social interaction and relaxation. Meanwhile, "Family Friendly" visitors use the open space as a place for education. Visitors who are in open spaces with the "Urban Park" and "Green Park" concepts have similarities in the pattern of visits which only stop at open spaces, while "Family Friendly" open spaces indicate visits to the mall for activities other than the open space area. These differences in visit patterns indicate differences in spatial integration between malls and open spaces.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Tirtarahardja
"Pembahasan dari skripsi ini adalah ambiguitas ruang kota yang terjadi akibat dari variasi persepsi akan suatu tempat publik. Studi kasus yang dipilih adalah trotoar di Bunderan Slipi. Fokus pembahasan yang digunakan adalah teori ambiguitas arsitektur kota. Mengerucut pada bagaimana aktor-aktor yang berhubungan dengan sebuah ruang menjalani kegiatan di dalam ruang tersebut. Kehidupan publik dilihat berdasarkan respon terhadap unsur-unsur yang ada di dalam tapak. Respon ini merupakan sebuah persepsi ruang yang unik dan berbeda-beda bagi tiap individu. Persepsi ruang yang berbeda-beda akan sebuah tempat menjadikan sebuah ruang kota ambigu. Ambiguitas ini sangat jelas terjadi di trotoar Bunderan Slipi dengan banyaknya pedagang liar yang ada di dalam tapak.

The study in this essay is about urban space ambiguity that happens because of various perception of one public place. The chosen case is Bunderan Slipi Sidewalk. The study focused on urban space ambiguity theory. Pursed in how the actors who have something to do with the space do something inside the space. The public life observed as an unique and different form of perception from each individual. These different perception ought to make a place become an ambiguous urban space. Bunderan Slipi sidewalk have a very clear ambiguity with many street vendor on the sidewalk.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>