Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shefilyn Widjaja
"Penuaan adalah salah satu faktor resiko signifikan untuk sejumlah penyakit tidak menular degeneratif dan sering bermanifestasi sebagai penyakit kardiovaskular, kognitif dan metabolik. Studi terbaru telah mengidentifikasi peroxisome proliferator-activated receptor γ co-activator α (PGC-1α) sebagai pengatur utama fungsi mitokondria, yang sering dihubungkan dengan teori penuaan. Karena keterlibatannya dalam metabolisme energy, kegagalan energy akibat puasa mungkin dapat merangsang ekspresi PGC-1α, khususnya pada organ yang aktif secara metabolic seperti hati dan jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki manfaat anti-penuaan dari puasa dengan cara menganalisis ekspresi PGC-1α dalam sel hati kelinci yang dipuasakan. Tiga kelompok kelinci yang telah (1) diberi makan secara ad libitum; (2) dipuasakan selama 16 jam (puasa intermiten); (3) dipuasakan selama 40 jam (puasa berkepanjangan). RNA diekstraksi dari jaringan hati kelinci dari masing-masing kelompok. qRT-PCR dilakukan untuk mencari ekspresi relative gen PGC-1α sebagai biomarker anti-penuaan. Terdapat peningkatan signifikan ekspresi relative PGC-1α pada hati kelinci yang dipuasakan dibanding kelinci yang diberi makan ad libitum. Penelitian lebih lanjut yang melibatkan pemantauan kelinci diperlukan untuk mengamati sifat anti-penuaan pada kelinci yang telah dipuasakan dibandingkan kontrol untuk menyimpulkan sebesar apa efek puasa terhadap penundaan penuaan.

Ageing is a significant risk factor for various of non-communicable diseases, often manifesting as cardiovascular, cognitive and metabolic degenerative diseases. Recent studies have identified peroxisome proliferator-activated receptor γ co-activator α (PGC-1α) as a major regulator of mitochondrial function, a common feature in the many theories of ageing. Due to its involvement in energy metabolism, it is theorised that energetic failures due to fasting may be able to stimulate the expression of PGC-1α. This research aims to investigate anti-ageing benefits of fasting by analysing the expression of PGC-1α in liver cells of fasted rabbits compared to rabbits fed ad libitum. Three groups of rabbits were (1) fed ad libitum; (2) subjected to intermittent (16-hour) fast; and (3) subjected to prolonged (40-hour) fast. RNA was extracted from the liver tissues of the rabbits. The relative expression of PGC-1α mRNA as a biomarker of anti-ageing was analysed by qRT-PCR. There was a significant increase in relative expression of PGC-1α in fasted rabbits than those fed ad libitum. Further research involving the monitoring of the rabbits is needed to observe for anti-ageing traits in fasted rabbits as opposed to the control to conclude the extent of the effect of fasting on delaying ageing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzli Fahdia Mazfufah
"Latar Belakang: Obesitas telah menjadi masalah kesehatan besar di dunia. PEMF merupakan modalitas penyembuhan obesitas karena mampu menghambat adipogenesis. Hingga kini, belum dapat dipahami proses molekuler yang mendasari mekanisme penghambatan adipogenesis oleh PEMF. Adipogenesis diketahui melibatkan faktor transkripsi PPARγ yang berperan dalam pengaktifan gen-gen adipogenik, di antaranya ADIPOQ. PPARγ terkekspresi tinggi pada tahap awal adipogenesis dan ADIPOQ terekspresi tinggi pada tahap terminasi adipogenesis. Kedua gen tersebut dapat dijadikan penanda terjadinya adipogenesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ekspresi PPARγ dan ADIPOQ pada MSC yang dipajan PEMF dan MSC yang tidak dipajan PEMF.
Metode: Sampel RNA diisolasi dari masing-masing kelompok perlakuan pada hari ke-0 (kalibrator), 2, 4, 7, dan 14. Ekspresi gen PPARγ dan ADIPOQ dianalisis menggunakan metode qRT-PCR. Pajanan PEMF diberikan dengan intensitas Bmax=2 mT, f= 75 Hz, dalam waktu 10 menit sehari selama 14 hari masa adipogenesis. Sebagai data pelengkap dilakukan pengamatan terhadap morfologi dan jumlah sel berdasarkan hasil gambaran menggunakan mikroskop.
Hasil: Hasil analisis qRT-PCR menunjukkan ekspresi PPARγ dan ADIPOQ pada kelompok PEMF lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol. Pada hari ke-2 dan hari ke-14, terdapat perbedaan bermakna ekspresi PPARγ dan ADIPOQ antara kelompok PEMF dan kelompok kontrol (p<0,05). Pada hari ke-7, ekspresi PPARγ dan ADIPOQ mulai ditekan kembali pada kelompok PEMF, ditandai dengan tidak adanya perbedaan bermakna antara kenaikan ekspresi PPARγ dan ADIPOQ di hari ke-4 menuju hari ke-7 (p>0,05). Penghambatan ekspresi gen sejalan dengan hasil pengamatan morfologi dan jumlah sel.
Kesimpulan: PEMF memiliki efek penghambatan terhadap adipogenesis sel punca mesenkimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan PEMF dapat menekan ekspresi PPARγ dan ADIPOQ, perkembangan morfologi, dan jumlah sel selama masa adipogenesis.

Background: Obesity has become a major health problem in the world. PEMF is known as a modality for obesity treatment because its ability to inhibit adipogenesis. But until now, the molecular processes of adipogenesis inhibition by PEMF is remain unknown. Adipogenesis process involve the transcription factor, PPARγ, which plays a role in activating adipogenic genes, including ADIPOQ. PPARγ is highly expressed at the early stages of adipogenesis and ADIPOQ is highly expressed at the termination of adipogenesis. Both of these genes can be used as markers of adipogenesis. This study aimed to determine the level of PPARγ and ADIPOQ expression on MSC exposed by PEMF and MSC that are not exposed by PEMF.
Method: Total RNA was extrected from samples of each treatment group on day 0 (calibrator), 2, 4, 7, and 14. The expression level of PPARγ and ADIPOQ were analyzed using the qRT-PCR method. Exposure to PEMF with Bmax = 2 mT, f = 75 Hz, for 10 minutes a day in 14 days of adipogenesis. Observations on the morphology and the number of cells were analyzed using a microscope imaging.
Result: The results of the qRT-PCR analysis showed expression of PPARγ and ADIPOQ in the PEMF group is lower than the control group. On the day 2 anda day 14, there were significant differences in the expression of PPARγ and ADIPOQ between the PEMF group and the control group (p <0.05). On day 7, expression of PPARγ and ADIPOQ suppressed in the PEMF group, marked by a and no significant difference between increases PPARγ and ADIPOQ on day 4 to day 7 (p> 0.05). Inhibition of gene expression is in line with the results of morphology and number of cells.
Conclusion: Adipogenesis inhibition in the PEMF group was better than the control group. The results showed that the effect of PEMF and length of exposure can suppress PPARγ and ADIPOQ expression, cell morphology, and the number of cells during the period of adipogenesis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library