Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iin Musriani Maftukhah
Abstrak :
Pada tahun 2012 jumlah perceraian di Indonesia mencapai 15% dari total pernikahan, yaitu 346.480 jiwa dengan 2.289.648 juta pernikahan yang diantaranya merupakan pernikahan dini (BPS,2015). Persentase pernikahan dini dari perempuan muda berusia 15-19 yang menikah memiliki sebelas kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan lakilaki muda berusia 15-19 tahun (11,7 % P : 1,6 % L). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pernikahan dini dengan perceraian berdasarkan umur, agama, kuintil kekayaan, tingkat pendidikan wanita, tingkat pendidikan suami, tempat tinggal, status pekerjaan wanita, status pekerjaan mantan suami, pengetahuan, Jumlah anak dan pengalaman pacaran Desain penelitian adalah crosssectional. Sampel merupakan sampel pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, yaitu wanita yang pernah menikah usia 15-49 tahun sebelum survei yaitu sejumlah 29.712 responden. Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil Penelitian ada hubungan antara pernikahan dini dengan perceraian pada wanita usia 15-49 di Indonesia pada tahun 2012(OR:1.2 95% CI0.89-1.59). Saran dari penelitian ini adalah peningkatan wawasan dan informasi tentang pernikahan usia dini,dan pengaruh yang dapat dirasakan untuk kehidupan ke depannya. Semakin dini wanita menikah semakin berpotensi untuk mengalami perceraian dan mendukung program pemerintah yang disebut program menengah universal atau pendidikan 12 tahun yang diharapkan dapat menunda usia perkawinan remaja terutama perempuan yang berasal dari desa yang memiliki pendidikan rendah.
In 2012, divorced in Indonesia reached 15% of total marriage, which is 346,480 inhabitants with 2,289,648 million marriage was an early marriage (BPS, 2015).The percentage from early bridegroom of young married 15-19 has eleven times higher than young men 15-19 years old (11,7% P: 1,6% L).The purpose of this study was to investigated the corralation between early marriaged with age, religion, intellectual quintile, education level, education level, shelter, employment status of women, exhusbands employment status, knowledge, and children. The study design was crosssectional. Samples in this study is Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI) in 2012, women who were married aged 15-49 years before the survey of 29,712 respondents. The data was analyzed by logistic regression. The results of the study there is a correlation between early marriage with divorced in women 15-49 in Indonesia in 2012 (OR: 1,2 95% CI 0.89-1.59). Suggestions from this study are increasing insight and information about early marriage, in order can be felt for life in the future. There needs to be a better program to improve the program and support a universal or 12 year education program that can be used to help teenage marriages especially women from villages who have a low-educated.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mega Sari
Abstrak :
Fenomena pernikahan dini di Indonesia mengalami peningkatan pada masa pandemi COVID-19, faktor keuangan yang menurun selama pandemi COVID-19 dan faktor bosan belajar daring telah mempengaruhi sebagian besar anak-anak di Indonesia. Indonesia termasuk rangking 37 di dunia dengan persentase tertinggi Pernikahan Dini, Di Indonesia Provinsi paling tinggi angka pernikahan dini adalah Provinsi Kalimantan Selatan 12,52 persen, sedangkan pada posisi kedua berasal dari Provinsi Jawa Barat 11,48 persen.Penelitian yang dilakukan dengan metode Kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. dengan pendekatan Theory Of Reosened Action. Pernikahan dini yang terjadi pada perempuan di desa Cibaregbeg keseluruhan informan memiliki niat yang kuat untuk melakukan pernikahan dini,itu didasari dengan pemahaman seperti alasan tidak ingin membebankan orang tua,faktor pendidikan, faktor budaya, faktor pergaulan bebas dan bahkan memang ada faktor dari anak itu sendiri untuk menikah. Berpijak pada temuan tersebut, maka dirumuskan salah satu yang dapat memberikan tambahan kepada berbagai pihak, Penundaan usia pernikahan dikalangan remaja harus lah ditangani secara bersama. Pernikahan hendaklah memperhatikan faktor usia karena usia sangat berpengaruh terhadap kematangan fisik, non fisik seperti pola pikir. Umur sangat penting dalam menjalankan sebuah hubungan keluarga, karena seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka pola pikirnya juga akan bertambah dan berubah. ......The phenomenon of early marriage in Indonesia has increased during the COVID-19 pandemic, the declining financial factor during the COVID-19 pandemic, and the boredom factor of online learning have affected most children in Indonesia. Indonesia is ranked 37th in the world with the highest percentage of Early Marriage, In Indonesia, the province with the highest early marriage rate in South Kalimantan Province 12.52 percent, while a second place comes from West Java Province 11.48 percent. The research was conducted using Qualitative methods with a case study research design. with the Theory Of Reasoned Action approach. The early marriage that occurs in women in Cibaregbeg village, all informants have a strong intention to marry early, it is based on understanding such as reasons for not wanting to burden parents, educational factors, cultural factors, promiscuity factors, and even there are factors from the child himself to get married. Based on these findings, one that can provide additions to various parties is formulated, the delay in the age of marriage among adolescents must be handled together. Marriage should pay attention to the age factor because age greatly affects physical, and non-physical maturity such as mindset. Age is very important in running a family relationship because as a person gets older, his mindset will also increase and change.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis dengan dunia perempuan di Timur Tengah. Timur Tengah yang didominasi oleh patriarkisme membuat perempuan berada di bawah kuasa laki-laki, begitu pula dalam pernikahan dini. jurnal ini menjelaskan tentang praktik pernikahan dini yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan masyarakat Yaman. Beban ekonomi menjadi alasan kuat mengapa banyak anak perempuan yang harus menikah dengan laki-laki yang berusia jauh diatasnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan psikologis dan fisik anak. Cita-cita dan pendidikan yang harus terhenti, serta resiko kematian saat melahirkan yang tinggi harus ditanggung oleh anak perempuan yang menikah dini. Pokok pembahasan dalam jurnal ini adalah menjelaskan mengenai sejarah singkat negara Yaman, penjelasan tentang pernikahan dini secara umum, pernikahan dini secara khusus, yaitu di Yaman, menjelaskan Faktor Penyebab Pernikahan Dini, dan menjelaskan Dampak dari Pernikahan Dini. Dalam proses pembuatannya peneliti menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku teks, laporan penelitian, dan ensiklopedia yang ada hubungannya dengan masalah yang telah dipecahkan lalu penulis pahami dan ditulis ulang. Hasil dari penelitian ini adalah Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dilakukan, terutama terhadap perempuan berusia di bawah 18 tahun. Pernikahan dini mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan dilihat dari dampak-dampak negatif yang menimpa pelaku pernikahan dini.Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis dengan dunia perempuan di Timur Tengah. Timur Tengah yang didominasi oleh patriarkisme membuat perempuan berada di bawah kuasa laki-laki, begitu pula dalam pernikahan dini. jurnal ini menjelaskan tentang praktik pernikahan dini yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan masyarakat Yaman. Beban ekonomi menjadi alasan kuat mengapa banyak anak perempuan yang harus menikah dengan laki-laki yang berusia jauh diatasnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan psikologis dan fisik anak. Cita-cita dan pendidikan yang harus terhenti, serta resiko kematian saat melahirkan yang tinggi harus ditanggung oleh anak perempuan yang menikah dini. Pokok pembahasan dalam jurnal ini adalah menjelaskan mengenai sejarah singkat negara Yaman, penjelasan tentang pernikahan dini secara umum, pernikahan dini secara khusus, yaitu di Yaman, menjelaskan Faktor Penyebab Pernikahan Dini, dan menjelaskan Dampak dari Pernikahan Dini. Dalam proses pembuatannya peneliti menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku teks, laporan penelitian, dan ensiklopedia yang ada hubungannya dengan masalah yang telah dipecahkan lalu penulis pahami dan ditulis ulang. Hasil dari penelitian ini adalah Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dilakukan, terutama terhadap perempuan berusia di bawah 18 tahun. Pernikahan dini mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan dilihat dari dampak-dampak negatif yang menimpa pelaku pernikahan dini.Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis dengan dunia perempuan di Timur Tengah. Timur Tengah yang didominasi oleh patriarkisme membuat perempuan berada di bawah kuasa laki-laki, begitu pula dalam pernikahan dini. jurnal ini menjelaskan tentang praktik pernikahan dini yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan masyarakat Yaman. Beban ekonomi menjadi alasan kuat mengapa banyak anak perempuan yang harus menikah dengan laki-laki yang berusia jauh diatasnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan psikologis dan fisik anak. Cita-cita dan pendidikan yang harus terhenti, serta resiko kematian saat melahirkan yang tinggi harus ditanggung oleh anak perempuan yang menikah dini. Pokok pembahasan dalam jurnal ini adalah menjelaskan mengenai sejarah singkat negara Yaman, penjelasan tentang pernikahan dini secara umum, pernikahan dini secara khusus, yaitu di Yaman, menjelaskan Faktor Penyebab Pernikahan Dini, dan menjelaskan Dampak dari Pernikahan Dini. Dalam proses pembuatannya peneliti menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku teks, laporan penelitian, dan ensiklopedia yang ada hubungannya dengan masalah yang telah dipecahkan lalu penulis pahami dan ditulis ulang. Hasil dari penelitian ini adalah Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dilakukan, terutama terhadap perempuan berusia di bawah 18 tahun. Pernikahan dini mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan dilihat dari dampak-dampak negatif yang menimpa pelaku pernikahan dini.
ABSTRACT
This research is motivated by the author 39 s interest in women in Middle East. The Middle East which dominated by patriarchism, makes women inferior to men, as well as in early marriage. this journal explains the practice of early marriage that has become commonplace in Yemen rsquo s society. The economic burden is a compelling reason why many girls are married to men whose much older. This has an impact on the child 39 s psychological and physical development. Ambitions and education that must be stalled, and the risk of high mortality during childbirth should be borne by girls who get married early. Early marriage brings more evil than good to be seen from the negative impacts that afflict them. The aim of this journal is to explain the brief history of the state of Yemen, the explanation of early marriage in general, especially early marriage in Yemen, explaining the Factors of Early Marriage, and explaining the impact of Early Marriage. In the process of making, the researcher use literature research to collect data by analyzing through sources of textbooks, research reports, journals and encyclopedia that related to this topic then understood and rewritten. The result of this is, early marriage has become common, especially against girls under 18 years old. Early marriage brings more evil than good to be seen from the negative impact that afflict them.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Fianti
Abstrak :
Secara global lebih dari 700 wanita menikah diusia dini, jika kecenderungan ini terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 950 juta kasus. Pernikahan dini merupakan penyebab buruknya kesehatan reproduksi di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pertama menikah dengan keluaran kesehatan reproduksi. Sumber data penelitian menggunakan data sekunderICMM endline tahun 2016 di enam kabupaten provinsi Nusa Tenggara Barat. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Populasi Penelitian adalah seluruh wanita usia subur yang telah menikah usia 15-49 tahun. Sampel adalah WUS yang memiliki riwayat menikah usia 10-35 tahun dengan jumlah 14.498 responden. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan multivariate model faktor resiko regresi logistik ganda. Variabel independen penelitian adalah usia pertama menikah dan control adalah usia saat ini, pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan status social ekonomi sebagai kontrol. Variabel dependen terdiri dari lima keluaran kesehatan reproduksi.Hasil uji menunjukan 50,9 perempuan di NTB menikah diusia dini. Hasil analisismembuktikan ada hubungan usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dilahirkan pvalue 0,0001 OR 4,08 95 CI 3,70-4,48 , ada hubungan signifikan usia kawin pertama dengan kejadian anak lahir mati p value 0,0001 OR 1,46 95 CI 1,16-1,85. Hubungan signifikan antara usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dimiliki p value 0,0001,OR 3,49 95 CI 3,17-3,84, terdapat hubungan signifikan antara usia kawin pertamadengan penggunaan KB ditahun pertama menikah p value 0,0001 OR 1,26 95 CI 1,18-1,36. Usia kawin pertama tidak berhubungan dengan kejadian keguguran p value 0,25. Hasil membuktikan bahwa pernikahan dini sebagai faktor resiko buruknya keluaran kesehatan reproduksi. Peningkatan pendidikan akan menurunkan resiko perilaku menikah diusia dini, sehingga tercapai kesehatan reproduksi yang aman. ......Globally more than 700 married women are at an early age, if this trend continues, it is estimated that by 2030 it will increase to 950 million cases. Early marriage is the cause of poor reproductive health in Indonesia. The research aimed tofind out the relationship of early marriage with reproductive health outcomes. Sources of research data using endear ICMM secondary data in 2016 in six districts of West Nusa Tenggara province. The design used is cross sectional. Research population is all women of reproductive age who have married aged 15 49 years. Samples are women ofchild bearing age who have a married history aged 10 35 years with the number of14,498 respondents. Data were analyzed using chi square and multivariate test of multiple logistic regression risk factor model. Independent variable of research is the age of first marriage consists of young married age and ideal age. Current age, education, occupation, residence area and socio economic status as control. The dependent variable consists of five reproductive health outcomes. The results showed50.9 of women in West Nusa Tenggara were married at an early age. The result of the analysis proves that there is a relationship of first married age with number of live birth children p value 0,0001 OR 4,08 95 CI 3,70 4,48, there is significant correlation of first marriage age with incidence of still born child. p value 0,0001 OR 1.46 95 CI1.16 1,85. Significant relation between first marriage age and number of children owned p value 0,0001, OR 3,49 95 CI 3,17 3,84, there is a significant correlation between first married age with use of family planning in the first year of marriage value 0.0001 OR 1.26 95 CI 1.18 1.36 The first marriage age was not associated with the incidence of miscarriage p value 0.25. The results prove that early marriageas a risk factor for poor reproductive health outcomes. education and maturity of marriage age will reduce the risk of married behavior at early age, so as to achieve safe reproductive health.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Noviyanti
Abstrak :
Pernikahan dini menurut The Inter African Committe IAC adalah pernikahan yang dilakukan pada usia di bawah 18 tahun sebelum anak perempuan siap secara psikis fisiologis psikologis untuk memikul tanggung jawab pernikahan dan melahirkan anak Penelitian ini merupakan analisis dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 dengan desain penelitian cross sectional Tujuan penelitian adalah diketahuinya tren dan dampak yang ditimbulkan pernikahan dini di Indonesia Sampel yang digunakan berdasarkan sampel SDKI 2007 yaitu wanita pernah menikah usia 15 49 tahun sebanyak 32895 orang Hasil penelitian menunjukan sebuah tren pernikahan dini di Indonesia yang mengalami penurunan selama 15 tahun di awal yaitu pada tahun 1997 hingga tahun 2002 kemudian pada tahun 2002 angka pernikahan dini naik hingga penelitian SDKI 2007 dilaksanakan Hasil uji statistik didapatkan terdapat hubungan antara pernikahan dini dengan status pendidikan status ekonomi status perkawinan tempat tinggal perbedaan umur pasangan perbedaan pendidikan pasangan fertilitas mortalitas bayi dan penggunaan kontrasepsi. ...... Early marriage according to the Inter African Committee IAC described as the marriage under the age of 18 years before the girls are ready psychologically and physiologically to assume responsibilities of marriage and childbearing This study was a secondary data analysis of Indonesian Demographic and Health Survey Year 2007 with cross sectional research design The purposes of this study are to know the trends and the impact of early marriage in Indonesia A total 32895 woman who ever married aged 15 49 years from IDHS were included in this study Statistical analysis showed a decreased in the number of early marriage for 15 years at the beginning 1977 2002 and then increased until IDHS 2007 was conducted Early marriage associated with educational status economic status marital status place of residence age differences in couples differences in partner education fertility infant mortality and use of contraception.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tri Wulandari
Abstrak :
Kejadian stunting pada anak balita di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional bahkan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen pada tahun 2021 masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu 14 persen tahun 2024 dan target dunia untuk mengakhiri segala jenis malnutrisi tahun 2030. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya usia ibu saat menikah. Tingginya kasus dispensasi pernikahan dini dari tahun ke tahun, bahkan melonjak tajam pada tahun 2020 sebesar tiga kali lipat menjadi 64.211 kasus, dikhawatirkan akan menyebabkan peningkatan prevalensi stunting di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pernikahan dini sebagai risiko stunting pada anak usia 0-59 bulan (Balita) menurut provinsi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Laporan Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) terintegrasi SUSENAS tahun 2019 dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Unit analisis pada penelitian ini merupakan setiap provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pernikahan dini, indeks kesejahteraan rumah tangga kuintil 1 (terbawah) dan kuintil 2 (menengah kebawah), tingkat pendidikan wanita 4 orang terhadap stunting dan hubungan yang negatif antara tidak ASI Eksklusif terhadap stunting. Setelah dikontrol variabel lain, terdapat hubungan negatif antara pernikahan dini dengan stunting. ......Stunting in children under five is still a national problem and even worldwide. The stunting rate in Indonesia was 24.4 percent on 2021 which is still far from the target set by the government, 14 percent by 2024 and the world's target to end all of malnutrition by 2030. Stunting is caused by various factors, one of them is maternal age at marriage. The high cases of early marriage soared sharply in 2020 by three times to 64.211 cases and it is feared that it will increase the prevalence of stunting in Indonesia. This study was conducted to determine the relationship between early marriage as a risk of stunting in children aged 0-59 months in Indonesia. The data used in this study is secondary data from the Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) integrated with the SUSENAS 2019 and Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2017. The unit of analysis in this study is each provinces in Indonesia. The results shows there is a positive correlation between early marriage, wealth index quintile 1 (lowest) and quintile 2 (middle to lower), education level of women 4 people, on stunting. The result also shows that there's negative correlation between not exclusive breastfeeding and stunting. After controlling for other variables, there is a negative correlation between early marriage and stunting
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida
Abstrak :
Pernikahan dini merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi karena semakin muda umur menikah, akan semakin panjang rentang waktu untuk bereproduksi. Iklan keluarga berencana di televisi telah ditayangkan sejak tahun 1980 yang bertujuan mensosialisasikan program keluarga berencana, salah satunya adalah pesan tidak melakukan pernikahan dini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penilaian dan persepsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam dua iklan keluarga berencana tentang pernikahan dini. Penelitian ini menggunakan desain mix-methode. Penelitian kuantitatif menggunakan cross sectional dengan 250 responden, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam kepada 8 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebgaian besar mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap pernikahan dini dan terdapat hubungan yang signifikan antara iklan keluarga berencana dengan persepsi pernikahan dini. Iklan KB versi B memiliki hubungan korelasi yang kuat (r = 0,610), sedangkan iklan KB versi A memiliki hubungan korelasi yang sedang (r = 0,320). Adapun variabel yang menjadi konfonding dalam penelitian ini yaitu umur dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pihak BKKBN agar dapat terus mengembangkan ide kreatif dalam proses pembuatan iklan keluarga berencana di televisi. Kemudian bagi pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat membuat kebijakan pembentukan badan konseling kesehatan reproduksi mahasiswa. ...... Early marriage is one of reproductive health problems because of the young age of marriage, will become longer span of time to reproduce. Family planning advertisement in a television has aired since 1980 which aims to disseminate family planning programs, one of which is the message did early marriage. The purpose of this study to determine the assessment and student perceptions of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in two family planning advertisements about early marriage. This study used a mixed-method design. Quantitative research using cross sectional with 250 respondents, whereas qualitative research using in-depth interviews to 8 informants. The results showed that skillful students have positive perceptions of early marriage and there is a significant relationship between advertising family planning with the perception of early marriage. Advertising KB version B possess strong correlation (r = 0.610), while the advertisement KB version A moderate correlation relationship (r = 0.320). The variables into counfonding in this study were age and knowledge. Based on the results of this study suggested to the BKKBN to continue to develop creative ideas in the process of making family planning in television advertising. Then for the UIN Syarif Hidayatullah Jakarta can make policy formation reproductive health counseling student body.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Anandya Palupi
Abstrak :
Isu pernikahan usia dini telah menjadi perhatian berbagai pihak berkaitan dengan implikasi yang ditimbulkannya. Salah satu upaya untuk mengurangi isu ini adalah melalui perubahan pengaturan batas minimum usia nikah bagi anak dalam UU No 1/1974 tentang Perkawinan yang dinilai telalu rendah. Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta memiliki Peraturan Bupati Gunungkidul No 36/2015 tentang Pencegahan Perkawinan pada Usia Anak PPUA yang memperlihatkan dampak positif dengan berkurangnya kasus perkawinan anak di daerah tersebut. Berdasarkan hal ini, evaluasi terhadap kebijakan batas usia nikah ini melalui studi kasus Perbup Gunungkidul No 36/2015 tentang PPUA perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan kebijakan. Studi evaluasi kebijakan ini menggunakan desain penelitian case study dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Perbup PPUA memberikan pengaruh dalam menurunkan kejadian perkawinan usia anak di Gunungkidul. Perbup efektif sebagai jembatan dalam memediasi perbedaan standar usia nikah dan memetakan peran tiap instansi dalam komitmen mencegah perkawinan pada usia anak. Peran operasional oleh tiap instansi dan lembaga lain telah terpetakan dalam Rencana Aksi Daerah PPUA dan telah berjalan dengan cukup baik, namun efisiensi pembiayaan belum terlihat adanya plafon khusus mengenai PPUA dan seringkali mendompleng pembiayaan program lain di instansi. Adekuasi Perbup PPUA dari segi pembiayaan menunjukkan tren kurangnya dukungan pembiayaan oleh pemerintah daerah namun kerja sama lintas instansi mengalami peningkatan dengan meluas dan konsistennya peran berbagai instansi pasca Perbup diberlakukan. Ekuitas distribusi manfaat Perbup PPUA terlihat dari meratanya MoU maupun deklarasi PPUA yang dilakukan oleh setiap kecamatan secara masif di Kabupaten Gunungkidul di tahun 2017. Responsivitas Perbup PPUA cukup baik karena tidak mendapatkan banyak pertentangan dengan nilai yang ada di masyarakat. Perbup PPUA sepaket dengan keberhasilan yang terlihat memiliki eksternalitas yang positif dengan menularkan semangat bagi daerah lain untuk mencontoh langkah yang mereka lakukan.
Early age marriage has been a concerned issue by many parties regarding its caused implication. The effort to reduce this issue was by changing the rule on limit age of marriage for children as mentioned in Constitution No 1 1974 about Marriage which judged as too young. Gunungkidul District, S.R Yogyakarta Province has a Bupati Regulation of Gunungkidul No 36 2015 about Prevention of Child Marriage PCM which shown positive impacts on reducing the case of child marriage in the region. Hence, policy evaluation on limit age of marriage through a case study of Bupati Regulation of Gunungkidul No 36 2015 about PCM need to be done as a consideration to improve the policy. Case study design was used in this policy evaluation study with a qualitative approach. The result showed that Bupati Regulation about PCM affected on reducing the case of child marriage in Gunungkidul. Bupati Regulation about PCM effectively bridged the different age of marriage standards used by agencies and mapped each of their roles in a commitment to prevent the child marriage. Operational roles of the agencies were mapped in Local Action Plan on PCM and has been worked properly, but budgeting efficiency through establishing a distinctive ceiling for PCM has not been seen rather than unofficialy joined the other programs budgeting. Adequacy of Bupati Regulation about PCM revealed a low budget support from the district government but the cooperation between agencies arised by the expanding and consistent roles of the agencies after the policy applied. Equity of Bupati Regulation about PCM impacts rsquo distribution could be seen from the MoU and declaration of PCM which massively done by each sub district in Gunungkidul by 2017. Bupati Regulation about PCM had a good responsiveness as it did not contradict the value existed in the society. Positive externality of Bupati Regulation about PCM and its impacts was seen by affecting the spirit of the other regions to follow them.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Alimatur Rosyidah
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis Situasi Kualitas sumber daya manusia memiliki peran penting dalam mengembangkan sebuah negara, akan tetapi stereotip yang disosialisasikan media memperkuat sistem patriarki yang berlaku di Indonesia sehingga kedudukan pria dianggap lebih tinggi. Pemikiran seperti ini akan mempengaruhi remaja kemudian dapat mengakibatkan kesenjangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dengan langgengnya pemikiran ini cenderung akan menjadikan wanita sebagai kelompok bungkam ketika menikah. Apalagi bila pernikahan tersebut terjadi di usia dini di mana wanita belum sampai kepada tahap mandiri, maka ia cenderung tidak dapat mengutarakan pendapatnya dan belum mampu mengembangkan dirinya. Sehingga kesetaraan dan keadilan bagi wanita di bidang pendidikan tinggi dan ekonomi penting untuk dikampanyekan. Manfaat dan Tujuan Prototype Manfaat : memberikan pengetahuan kepada perempuan mengenai pentingnya pendidikan dan urgensi kemandirian di bidang ekonomi. Tujuan : meningkatkan kualitas perempuan di Indonesia. Prototype yang Dikembangkan Film pendek berjudul ?Putri? ini mengangkat tema edukasi dan wanita dengan dongeng mengenai Putri menjadi mediumnya, dirancang untuk ditayangkan dalam festival-festival film dan institusi pendidikan dengan durasi 10 menit, target khalayaknya adalah perempuan dan orang tua. Evaluasi - Pretest dilakukan dengan FGD sebelum film ditayangkan. - Terdiri dari 10-15 orang perempuan berusia 17-25 tahun. - Evaluasi terdiri dari evaluasi internal dan eksternal. - Evaluasi internal dilakukan setelah pre-test dan sebelum evaluasi eksternal oleh kru dan pihak-pihal terkait. - Pada evaluasi eksternal akan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk evaluasi. - Terdiri dari dua kategori: remaja dan orang tua. Masingmasing 10-15 orang. - Evaluasi eksternal akan dilakukan setelah film selesai ditayangkan. Anggaran - Jumlah total anggaran pembuatan prototipe: Rp 1.900.000,- - Jumlah total anggaran pembuatan program: Rp 203.600.000,- - Jumlah anggaran evaluasi: Rp 800.000,-
ABSTRACT
Situation Analysis Human quality has an important role to the development of this country. But the stereotipe which was spreading from any media, makes patriarchy system in Indonesia powerful. Believing that the position of man is higher in this society. This belief will affect teenager decision in life, gender inequality, and discrepancy the quality of youth. Early marriage is a common case. And woman, who not already independent, will be in on muted group. They tend to not expressing their opinion and can not doing self development. So that, equality and equity for women in higher education and economic sector is important to be campaigned. Advantages and Purpose of Prototype Development Advantages: knowledge about the important of education and independency in economics sector for woman. Purposes: improving the quality of women in this country. Developing Prototype This short movie titled ?Putri? using education and woman as a theme. The tales about princess will be the medium. Planned to be broadcasted in movie festival, and education institution. The duration of this movie is 10 minutes with woman and parents as the target audience. Evaluation - Pretest is conducted by Focus Group Discussion (FGD) which conducting before the movie will be broadcasted. - 10-15 women, age from 17-25 y.o. - Evaluation: internal and external. Internal evaluation will be held after pre-test and before external evaluation with the crew and other related part. - External evaluation will be conducted by Focus Group Discussion (FGD) for two category: teenager and parents after the movie being broadcasted. Each of them 10-15 person. Budgeting - The budgeting of prototype: Rp 1.900.000,- - The budgeting of the movie: Rp 203.600.000,- - Th budgeting of evaluation: Rp 800.000,-
2016
S63251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Natasya Restu Dewi Pratiwi
Abstrak :
Indonesia, Filipina, dan Timor-Leste merupakan negara yang memiliki kemajuan penanganan kehamilan remaja yang masih jauh dari target ASFR 2030. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model prediksi kehamilan remaja usia 15-19 di ketiga negara tersebut dengan desain cross-sectional. Remaja 15-19 tahun yang menjadi responden DHS dipilih menjadi sampel. Di Indonesia faktor yang berpengaruh, yaitu usia pertama menikah (AOR:0.6), status pernikahan (AOR:0.002), dan penggunaan kontrasepsi (AOR:14.9). Faktor kehamilan remaja di Filipina, yaitu status pernikahan (AOR: 0.008) dan penggunaan kontrasepsi (AOR: 6.4). Sementara, faktor kehamilan remaja di Timor-Leste, yaitu tingkat pendidikan (AOR: 2.9), usia pertama menikah (AOR: 0.033), dan usia responden (AOR: 0.167). Determinan kehamilan remaja di ketiga negara studi didominasi pengaruhnya oleh faktor individu dan sosial ekonomi. Diperlukan kolaborasi lintas sektor untuk memasifkan edukasi kesehatan reproduksi agar remaja terhindar dari kehamilan. Kata kunci: Kehamilan Remaja, Kesehatan Reproduksi, Pernikahan Dini, Edukasi, Kontrasepsi. ......Indonesia, the Philippines and Timor-Leste are countries that have progress in handling teenage pregnancy which is still far from the ASFR 2030 target. This research was conducted to determine the prediction model for teenage pregnancy aged 15-19 in these three countries with a design cross-sectional. Adolescents 15-19 years old who were DHS respondents were selected as samples. In Indonesia, the influencing factors are age at first marriage (AOR: 0.6), marital status (AOR: 0.002), and use of contraception (AOR: 14.9). Factors of teenage pregnancy in the Philippines, namely marital status (AOR: 0.008) and use of contraception (AOR: 6.4). Meanwhile, the factors for teenage pregnancy in Timor-Leste are education level (AOR: 2.9), age at first marriage (AOR: 0.033), and respondent age (AOR: 0.167). The determinants of teenage pregnancy in the three study countries are dominated by individual and socio-economic factors. Cross-sector collaboration is needed to intensify reproductive health education so that teenagers avoid pregnancy. Keywords: Adolescent Pregnancy, Reproductive Health, Early Marriage, Education, Contraceptive.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>