Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Sri Redjeki
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perkembangan permukiman di Situs Bonang melalui kajian Arkeologi Ruang (spatial archaeology). Penekanan utama penelitian ini adalah pada persebaran sumur-sumur kuno yang cukup banyak jumlahnya (85 buah sumur). Dengan melalui pendekatan arkeologi ruang, maka selain memperhatikan persebaran sumur tersebut, diperhatikan pula hubungan antara sumur-sumur tersebut dengan benda-benda arkeologis yang berada di dalam satuan ruang yang sama. Hubungan_hubungan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lentang perkembangan pola pemukiman di Situs Bonang.

Penelitian ini diawali dengan analisis khusus (specific analysis) alas sumur-sumur tersebut, untuk mengenal lebih jauh bentuk dan dimensinya. Analisis khusus atas artefak merupakan upaya yang sering dan biasa dilakukan. Namun analisis khusus atas fitur nampaknya belum terlalu sering dilakukan. Dengan landasan bahwa fitur merupakan artefak yang tidak dapat dipindahkan (tanpa merusak matriksnya), maka analisis alas fitur harus dianggap setara dengan analisis terhadap artefak. analisis khusus yang dilakukan meliputi bentuk dan ukuran sumur, analisis ikatan bata, analisis kualitas air dan analisis tinggi air di dalam sumur. Setelah dilakukan analisis khusus, ternyata kronologi relatif dapat diketahui pada sumur berdasarkan bentuknya, yaitu bentuk segi empat (tipe 1), bentuk bulat (tipe 2) dan bentuk gabungan dimana bentuk bulat selalu di atas bentuk segi empat (tipe 3). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa sumur tipe 1 memiliki masa pembuatan yang lebih awal dibandingkan dengan sumur tipe 2.

Berdasarkan asumsi tersebut, diperhatikan pula hubungan-hubungan sumur-sumur tersebut dengan keletakan obyek-obyek arkeologi yang terdapat di sekitarnya, seperti misalnya mesjid, makam dan jalan raya. Dengan demikian akan diperoleh sumur tipe mana yang lebih berorientasi pads mesjid, makam ataupun jalan raya. Dan juga dapat diperoleh gambaran mengenai perkembangan permukiman masa lalu di Situs Bonang berdasarkan kronologi relatif yang diperoleh melalui pengamatan bentuk sumur.

Penelitian ini selain menggunakan konsep Arkeologi Ruang, juga menggunakan metode penelitian dari ilmu geografi, yaitu metode analisis tetangga terdekat. Hasil dari metode analisis tetangga terdekat ini dinyatakan dalam 3 macam pola umum yaitu mengelompok (clustered), acak (random) dan teratur (regular). Di situs ini sumur-sumur tipe 1 cenderung mengelompok, khususnya terhadap mesjid, sedangkan sumur-sumur tipe 2 cenderung berada disepanjang ruas jalan raya.

Berdasarkan hasil semua analisis yang diterapkan dapat disimpulkan bahwa pada awalnya pemukiman di situs Bonang berorientasi dan berkembang di sekitar mesjid, dan kemudian terjadi reorientasi, yaitu pemukiman tersebut cenderung berkembang di sepanjang ruas jalan.
1995
S12131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Dzakiyya Zahrah
Abstrak :

Berdasarkan Instruksi Presiden No. 13 Tahun 1976 mengenai Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) yang menyatakan bahwa wilayah Kota Bogor adalah salah satu kota penyangga (hinterland area). Kecamatan Cibinong, Kecamatan Bojonggede, dan Kecamatan Sukaraja adalah kecamatan yang termasuk dalam inner fringe Kota Bogor. Kecamatan tersebut juga memiliki jumlah penduduk terbanyak dan persentase lahan terbangun tertinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang termasuk dalam inner fringe Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dinamika perkembangan wilayah pinggiran Kota Bogor dari tahun 2009-2019 yaitu dengan menganalisis perkembangan permukiman dan keterkaitan keberadaan pusat kegiatan ekonomi dengan perkembangan permukiman. Dalam penelitian ini, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan data citra satelit Landsat yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis spasial temporal untuk mengetahui kepadatan bangunan 2009-2019, serta data penggunaan lahan yang selanjutnya digunakan untuk analisis deskriptif untuk mengetahui perkembangan lahan permukiman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk perkembangan permukiman yang terjadi di wilayah ini sebagian besar adalah bentuk extension dan infill yang pada umumnya terjadi pada wilayah wilayah yang lokasinya dekat dengan pusat kegiatan. Bentuk extension dan infill paling banyak terjadi di Kecamatan Cibinong, sedangkan bentuk leapfrog paling banyak terjadi di Kecamatan Sukaraja. Bentuk leapfrog ditandai dari adanya pembangunan permukiman di wilayah yang didominasi dengan bentuk kenampakan lahan pedesaan. Keterkaitan antara keberadaan pusat kegiatan ekonomi dengan perkembangan permukiman paling terlihat signifikan di sekitar Pusat Kegiatan Ekonomi Pakansari disebabkan kegiatan komersial dan elemen permukiman di kawasan ini paling beragam. Di sekitar Pusat Kegiatan Ekonomi Cilebut dan Bojonggede juga mengalami perkembangan permukiman, namun perkembangan ini tidak hanya dipengaruhi akibat keberadaan kegiatan ekonomi tetapi adanya faktor dari jalur transportasi ......Based on Presidential Instruction No. 13 of 1976 regarding Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) which states that the area of Bogor City is one of the buffer cities (hinterland area). Cibinong District, Bojonggede District, and Sukaraja District are sub-districts that are included in the inner fringe of Bogor City. This sub-district also has the largest population and the highest percentage of built-up land when compared to other sub-districts that are included in the inner fringe of Bogor City. This study aims to examine the dynamics of development in the suburbs of Bogor City from 2009-2019, namely by analyzing the development of settlements and the link between the existence of centers of economic activity and the development of settlements. In this study, data processing was carried out using Landsat satellite imagery data which will then be analyzed using spatial-temporal analysis to determine building density 2009-2019, as well as land use data which will then be used for descriptive analysis to determine residential land development. The results of this study indicate that most of the forms of settlement development that occur in this region are extension and infill forms which generally occur in areas that are located close to the center of activity. Extension and infill forms are most common in Cibinong District, while leapfrog forms are most common in Sukaraja District. The leapfrog form is marked by the existence of settlement development in areas dominated by the appearance of rural land. The connection between the existence of CBD and settlements developments is seen around the Pakansari CBD because it has most diverse of commercial activities and settlement elements. The Cilebut CBD and Bojonggede CBD are also occur settlement developments, but this development is not only influenced by the existence of economic activities but also by factors from transportation routes.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arthur Timothy Gandreto
Abstrak :
Sempadan sungai merupakan salah satu area yang rentan terkena bencana hidrologis seperti banjir dan erosi. Namun permukiman di sempadan sungai masih sering dijumpai, contohnya di Sempadan Sungai Batanghari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial perkembangan permukiman di Sempadan Sungai Batanghari dan menganalisis faktor pendorong dan penghambat yang mempengaruhi perkembangan permukiman pada periode 1985-2020. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat untuk menganalisis perkembangan permukiman secara spasial dan membagi sempadan sungai menjadi 29 segmen dan mengelompokkannya berdasarkan tipe alur sungai melalui penghitungan sinuosity index (SI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial terjadi perkembangan luas permukiman di 25 segmen Sempadan Sungai Batanghari pada periode 1985-2020, sedangkan terjadi penurunan luas permukiman di 3 segmen. Berdasarkan tipe alur sungai, didapatkan tipe alur sungai meander merupakan tipe alur sungai yang paling pesat perkembangannya pada periode 1985-2020. Hal ini bertentangan dengan teori yang paling rentan terhadap bencana erosi tepi sungai. Sedangkan secara temporal, terjadi variasi perkembangan luas permukiman pada periode 1985-2020, dimana periode perkembangan tertinggi terjadi pada periode 1990-2000 sebesar 41,4%. Kemudian faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman yaitu faktor pendorong yang terdiri atas pekerjaan, perubahan penggunaan lahan, aksesibilitas dan budaya, sedangkan faktor penghambat terdiri atas bencana dan kebijakan pemerintah. Dimana faktor pendorong lebih dominan daripada faktor penghambat, yang berdampak kepada perkembangan permukiman di Sempadan Sungai Batanghari periode 1985-2020. ......Riverbanks are one of the areas that are vulnerable to hydrological disasters such as flooding and erosion. However, settlements on riverbanks are still often found, for example on the Batanghari Riverbanks. This study aims to analyze the spatial pattern of settlement development in the Batanghari River Basin and analyze the driving and inhibiting factors that influence settlement development in the 1985-2020 period. This study used Landsat satellite imagery to spatially analyze settlement development and divided the riverbanks into 29 segments and grouped them based on the type of river channel through the calculation of sinuosity index (SI). The results showed that spatially there was a development of settlement area in 25 segments of the Batanghari River Basin in the 1985- 2020 period, while there was a decrease in settlement area in 3 segments. Based on the type of river channel, it was found that the meander river channel type was the most rapidly developing river channel type in the 1985- 2020 period. This is contrary to the theory that it is most vulnerable to riverbank erosion disasters. While temporally, there were variations in the development of settlement areas in the 1985-2020 period, where the highest development period occurred in the 1990-2000 period by 41.4%. Then the factors that influence settlement development are driving factors consisting of employment, land use change, accessibility and culture, while inhibiting factors consist of disasters and government policies. Where the driving factor is more dominant than the inhibiting factor, which has an impact on the high development of settlements in the Batanghari River Basin for the period 1985-2020.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library