Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadi Sugiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan fertilitas (anak lahir hidup) menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden.

Untuk dapat mengungkapkan keterangan tentang perbedaan anak lahir hidup menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden, telah dikemukakan beberapa hipotesis. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi silang dan beberapa teknik, demografi, dan analisa inferensial yaitu dengan menggunakan regresi ganda. Sumber data utama adalah dari hasil Survey Pendudukan Antar Sensus 1985 yang d.ipublikasi oleh Kantor Biro Pusat Statistik.

Penemuan-penemuan dalam studi ini secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut. Melalui metode analisis regresi ganda digunakan untuk mempelajari perbedaan jumlah anak lahir hidup menurut tempat tinggal, ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhitungkan umur kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur ibu. Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bekerja di sektor non-pertanian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Ada dugaan sementara bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian tersebut telah memiliki jumlah anak banyak, sehingga kebutuhan keluarganya tidak cukup dipenuhi dari sektor pertanian. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk pindah ke sektor non-pertanian/sektor informal.

Responden yang bertempat tinggal di perkotaan dan berpendidikan SD kebawah kecuali tidak sekolah mempunyai jumlah anak lahir hidup sedikit lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP ke atas. Berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak, lahir hidup mempunyai hubungan negatif. Hal ini mungkin disebabkan faktor latar belakang responden, yaitu responden yang berpendidikan rendah (SD kebawah) pada umumnya kurang memiliki pengetahuan terutama tentang pengaturan jarak kelahiran. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di pedesaan, mereka yang berpendidikan SD kebawah mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dari pada responden yang berpendidikan SLTP ke atas, berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak lahir mempunyai hubungan positif. Kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu responden dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang gizi yang rendah pula. Sehingga wanita dengan pendidikan rendah secara biologis cenderung kurang subur dan pertama kali mendapatkan haid terlambat serta akhir haid lebih cepat. Menurut semua jenjang pendidikan, responden yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih banyan dibandingkan di pedesaan. Kenyataan ini tidak seperti yang diharapkan yaitu di perkotaan mempunyai jumlah anak: lahir hidup lebih rendah dibandingkan di pedesaan.

Pengaruh negatif antara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup baik diperkotaan maupun di pedesaan. Keadaan ini tetap konsisten dengan hasil-hasil temuan sebelumnya. Menurut tempat tinggal, pengaruh negatif aniara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup lebih besar di perkotaan dari pada di pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari SUPAS 1985 rata--rata umur kawin pertama di perkotaan sebesar 22,5 tahun dan di pedesaan sebesar 19,5 tahun. Secara rasional, di pedesaan dengan rata-rata umur kawin pertama yang lebih rendah ada kecenderungan untuk mempunyai anak: lahir hidup lebih banyak.

Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, responden yang memakai alat kontrasepsi cenderung mempunyai anak lahir hidup lebih banyak, dibandingkan dengan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini diduga, responden yang memakai alat kontrasepsi adalah mereka yang mempunyai jumlah anak lahir hidup sesuai jumlah anak yang diinginkan, dan tidak menambah anak lagi.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abrar
Abstrak :
Transportasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam segala aktivitas kehidupan rnanusia. Ada berbagai macam jcnis iransportasi dalain icalitas kehidupan manusia. Salah satunya yang diperkenalkan pemerintahan kolonial Belanda dalam kehidupan masyarakat Sumatra Barat adalah kereta api. Adanya transporiasi keiela api ui Sumatra Barat yang sebelumnya hanya nicngenal jenis alat angkut tradisional, tentu mcmbawa pengaruh tertentu terhadap aktivitas kchidupaii masyarakat Sumatra Barat. Oleh karena itu ada dua pokok permasalahan yang perlu dicari jawabannya dalam penelitian ini, yaitu: Pertama, bagaimana proses dan perkembangan pembangunan jalan kereta api di Sumatra Barat? Kedua, bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Sumatra Barat? Untuk mendapatkan pemahamafi secaia baik pennasalahan ini digunakan teori inovasi sebagaimana diungkapkan Marcel Clement dan teori perkembangan ekonomi seperti yang dijcWf.*m Liudblad. Penelitian ini menempuh tahapan sesuai metode sejarah yaitu, heuristik, kritik, interpretasi dan penulisan. Data-data yang digunakan terdiri dari data primer dan sektmder. Data primer meliputi arsip, dokumen, koran, majalah sezaman. Sedangfcan data sekunder terdiri dari buku-buku dan artikel. Angkutan kereta api iiu scmiiri muncul tidak bisa dilepaskan dari potensi ekonomi yang terdapat di Sumatra Barat. Potensi yang terdapat di wilayah ini tidak saja karena adanya batu bara yang dibutuhkan pada masa itu untuk dunia pelayaran, tetapi juga disebabkan hasil pertanian yang tumbuh menjadi komoditi ekspor. Faktor lainnya yang mempercepat dibangunnya jaringan. laiu lintas kereta api itu adalah kondisi lalu lintas di Sumatra Barat yang masih sederhana dan ditemukannya teknologi kereta api pegunungan. Jalan raya yang ada kurang menguntungkan untuk kepentingan perdagartgan, karena barang-barang yang diperdagangkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke kota Padang sebagai basis ekspor pemerintahan kolonial Belanda. Dalam membangun jaringan lalu lintas kereta api di Sumatra Barat, dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama tahun 1887-1896 yang mempakan tahap utama dari seluruh rute jaringan lalu lintas kereta api Sumatra Barat. Pada tahap ini pembangunan tertuju kc daerah darek (pedalaman). Tahap kedua tahun 1906-1924 yang dalam pembangunannya merupakan rute tambahan sebagai akibat munculnya sentra ekonomi baru, selain sentra yang telah ada pada tahap pertama, Pembangunan dilaksanakan dengan memberikan kompensasi ganti rugi tanah terhadap tanah rakyat yang digunakan. Sampai tahun 1910 pemanfaatan angkutan kereta api belum menunjukkan hasil yang maksimal. Setelah itu sejalan dengan makin meningkaifwa jumlan barang yang di ekspor ke pasaran internasional maupun di impor ke pasaran regional Sumatra Barat dan tingginya mobilhas penduduk yang nampak dari jumlah barang dan penumpang yang dibawa, fungsi ekonomi transportasi kereta api ini meningkat pesat. Sejak adanya angkutan kereta api semakin banyak para pemilik modal yang mengembangkan usahanya di Sumatra Barat. Mereka di samping membuka usaha perkebunan, adajuga yang membuka usaha tambang dan pabrik. Kedatangan para investor tersebut ikut mempengaruhi rneningkatnya jumlah ekspor dan impor, juga membuka kesempatan dan lapangan kerja bagi penduduk. Meskipun para pekerja umumnya bekerja sebagai kuli, yang jelas jumlah pekerja meningkat dari waktu ke waktu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library