Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A.A.A.A. Kusumawardhani
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
618.175 KUS d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khafidah Kumala Sari
Abstrak :
Futterman dan Jones (1998) mengatakan bahwa banyak wanita mengeluhkan depresi tengah baya pada gaat perimenopause yang disebabkan oleh penuninan dan fluktuasi tingkat hormon dan perub^an tengah baya lainnya. Gejala-gejala perimenopause yang disebabkan adanya perubahan-perubahan dan fluktuasi tingkat hormon ovari tersebut antara lain adalah mood swings, kecemasan, irritability, mudah meneteskan air mata, menurunnya kemampuan untuk mengingat, hot flush, dll. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala di atas dan menganggap gejala-gejala tersebut sebagai sesuatu yang berbahaya atau mengancam serta menimbulkan perasaan terganggu dan tidak nyaman, tentunya akan termotivasi atau berbuat sesuatu untuk mengatasi efek yang ditimbulkan oleh gejala-gejala perimenopause tersebut. Hal inilah yang tercakup dalam coping. Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku coping yang digunakan wanita untuk mengatasi stress yang ditimbulkan oleh gejala-gejala perimenopause. Penelitian ini juga ingin mengungkapkan apakah ada perbedaan dalam jenis coping yang digunakan antara wanita yang bekeija dan yang tidak bekeija untuk mengatasi stress yang ditimbulkan oleh gejala-gejala perimenopause. Wanita yang bekeija diharapkan lebih banyak menggunakan problem focused coping. Selain itu penelitian ini juga ingin mengungkapkan perilaku coping apakah yang dirasakan paling efektif baik bagi wanita yang bekeija maupun yang tidak bekeija. Alat yang digunakan untuk melihat gejala-gejala perimenopause dibuat berdasarkan hasil elisitasi dan daftar gejala oleh Futterman & Jones dan Warga. Pilihan jawaban yang tersedia adalah ya dan tidak. Sedangkan untuk mengukur tingkat stress yang ditimbulkan oleh gejala digunakan skala l-7.Alat yang digunakan untuk mengukur perilaku coping adalah COPE inventory yang dikembangkan oleh Carver dan Scheier (1989). Alat ini terdiri dari 53 item yang terdiri dari 3 dimensi, yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan perilaku coping tidak adaptif. Pilihan jawaban yang disediakan adalah ya dan tidak. Sedangkan untuk mengukur efektifitas coping. digunakan skala 1 sampai 7. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita bekerja dan yang tidak bekeija, yang berusia 45-55 tahun, yang sedang berada pada masa perimenopause. Jumlah subjek yang bekeija sebanyak 30 orang dan yang tidak bekerja beijumlah 32 orang. Untuk melihat gambaran perilaku coping dan efektifitas perilaku coping tersebut digunakan teknik statistik untuk mendapatkan rata-rata {mean). Sedangkan untuk melihat apakah ada perbedaan antara wanita yang bekeija dan yang tidak bekeija dalam penggunaan jenis coping digunakan rumus t-test. Uji reliabilitas dan analisis item dari alat coping menggunakan koefisien Cronbach alpha dan metode konsistensi internal dan. Dengan Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan, maka dapat dikatakan reliabilitas coping ini sedang cenderung tinggi. Dari hasil perhitungan rata-rata diketahui bahwa jenis emotion focused coping adalah jenis coping yang paling banyak digunakan baik pada wanita bekeija maupun yang tidak bekeija. Jenis coping yang dirasakan paling efektif adalah emotion focused coping. Dari hasil perhitungan t-test yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang secara statistik signifikan ddam skor emotion focused coping antara wanita yang bekeija dan yang tidak bekeija, yang mana wanita yang tidak bekeija memiliki skor yang lebih besar. Hal ini berarti wanita yang tidak bekeija lebih banyak menggunakan jenis emotion focused coping dibandingkan dengan yang bekeija. Dari hasil perhitungan t-test yang dilakukan juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan dalam skor problem focused coping dan perilaku coping tidak adaptif antara wanita bekeija dan yanng tidak bekerja.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitu Wulandari
Abstrak :
Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi yang disebabkan oleh plak sebagai etiologi utama dan hormon reproduksi sebagai faktor risikonya. Periodontitis dapat meningkat keparahannya pada perempuan yang memasuki masa menopause sehingga hal tersebut dapat menganggu kualitas hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor yang berperan terhadap status periodontal dan kualitas hidup penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode pemilihan sampel consecutive sampling dan dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama melalukan uji validasi kuesioner dan tahap kedua uji faktor klinis. Penelitian tahap pertama diikuti oleh 268 subjek dan tahap kedua diikuti oleh 167 subjek dengan kriteria inklusi subjek yang berusia 45 sampai dengan 59 tahun dan telah memasuki masa perimenopause dan pascamenopause serta menderita periodontitis. Status menopause subjek diperoleh melalui wawancara dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan hormon estrogen, pemeriksaan status periodontal dilakukan melalui pengukuran kehilangan perlekatan gingiva, indeks kebersihan mulut, indeks plak, indeks perdarahan papila, gigi goyang dan jumlah gigi yang hilang dan kondisi keradangannya dikonfirmasi melalui pemeriksaan IL-1β dan IL-10. Pengukuran kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah tervalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan status periodontal dan kualitas hidup antara subjek perimenopause dan pascamenopause (p<0,005), walaupun terdapat perbedaan bermakna kadar FSH dan estrogen antara kedua kelompok subjek. Faktor tingkat pendidikan, indeks kebersihan mulut, indeks plak, dan gigi goyang merupakan faktor-faktor yang paling berperan terhadap status periodontal penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause. Hanya faktor indeks plak dan gigi goyang yang paling berperan terhadap kualitas hidup penderita periodontitis pada periomenopause dan pascamenopause. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh model prediksi dan modeks skor indeks status periodontal dan kualitas hidup penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause yang dapat digunakan oleh klinisi untuk membantu menegakkan diagnosis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi status periodontal pada perimenopause dapat membantu pencegahan keparahan periodontitis lebih lanjut pada pascamenopause karena status periodontal yang berat dapat mengganggu kualitas hidup subjek.
Periodontitis is an inflammatory disease caused by a plaque as the primary aetiology and reproductive hormones as risk factors. Periodontitis may increase in severity in women entering menopause so that it can interfere with their quality of life. The purpose of this study was to obtain the factors that contribute to periodontal status and quality of life of periodontitis patients in perimenopause and postmenopause. This study design was cross-sectional. This study used consecutive sampling and conducted in two phases: (1) pass a validation test of the questionnaire and (2) clinical test factors. The first phase of the study is followed by 268 subjects and the second phase is followed by 167 subjects, with inclusion criteria subjects aged 45 to 59 years old and have been entering perimenopause and postmenopause and suffering periodontitis. Menopausal status subject obtained through interviews and confirmed through examination of Follicle Stimulating Hormone (FSH) and estrogen hormone, examination of periodontal status is done by measuring the loss of attachment, oral hygiene index, plaque index, papillary bleeding index, teeth mobility, the number of missing teeth and inflammation condition is confirmed by examination of IL-1β and IL-10. Measurement of quality of life using a questionnaire that has been validated. The results showed that there were no differences periodontal status and quality of life among perimenopausal and postmenopausal subjects (p<0.005), although there are significant differences in FSH and estrogen levels between the two groups of subjects. Factor levels of education, oral hygiene index, plaque index, and teeth mobility are the factors that most contribute to the periodontal status of periodontitis patients in perimenopause and postmenopause. Only dental plaque index and teeth mobility were the most contribute to the quality of life of periodontitis in perimenopause and postmenopausal. Based on these results obtained predictive models and score index models of periodontal status and quality of life of periodontitis patients in perimenopausal and postmenopausal which can be used by clinicians to help make the diagnosis. The results of this study indicate that prediction of periodontal status in perimenopause can help prevent further periodontitis severity in postmenopausal because severe periodontal status can disrupt the subject's quality of life.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library