Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hangestiya Dyah Utami
"ABSTRAK
Penanganan kasus diare pada balita di Kota Bekasi baru mencapai 28,5%. Padahal menurut KEPMENKES RI NOMOR 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota menyebutkan bahwa Standar Pelayanan Minimal untuk kasus balita dengan diare ditangani yaitu sebesar 100%. Untuk itu adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan pada balita diare di Kota Bekasi tahun 2020. Penelitian ini yaitu merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Total sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 163 ibu yang memiliki anak balita di Kota Bekasi. Dengan hasil penelitian bahwa sebanyak 83,4% ibu telah melakukan pencarian pengobatan ke fasilitas kesehaan dengan persentase terbanyak melakukan pengobatan ke klinik dan rumah sakit. Adapun beberapa faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan seperti umur balita didapatkan nilai p sebesar 0,025, pengetahuan ibu didapatkan nilai p sebesar 0,036, dan persepsi keseriusan penyakit didapatkan nilai p sebesar 0,035. Perlunya adanya peningkatan edukasi mengenai diare, hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan perilaku pencarian pengobatan ke fasilitas kesehatan pada ibu yang memiliki anak balita.

ABSTRACT
Handling of diarrhea cases in infants in Bekasi City has only reached 28.5%. In fact, according to the Republic of Indonesia Ministry of Health Regulation No. 1457/MENKES/SK/X/2003 concerning Minimum Service Standards for Health in Districts/Cities, it is stated that the Minimum Service Standards for cases of toddlers with diarrhea are handled at 100%. For this reason, this study aims to determine what factors are associated with treatment seeking behavior in diarrhea infants in Bekasi City in 2020. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The total sample used in this study is as many as 163 mothers who have children under five in the city of Bekasi. With the results of the study that as much as 83.4% of mothers have sought treatment to health facilities with the highest percentage doing treatment to clinics and hospitals. As for several factors that have a significant relationship with treatment seeking behavior such as the age of toddlers, a p value of 0.025, maternal knowledge of a p value of 0.036, and perception of the seriousness of the disease obtained a p value of 0.035. The need for increased education about diarrhea, it aims to improve the behavior of seeking treatment to health facilities in mothers who have children under five."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naurah Assyifa Rilfi
"ABSTRAK
Perilaku pencarian pengobatan pada waria lansia binaan rumah singah waria diketahui melalui pola pengobatan penyakit terakhir yang diderita, penyakit yang tergolong parah, dan penyakit menular seksual. Penelitian ini adalah penelitian studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan tujuan mendalami perilaku pencarian pengobatan pada waria lansia binaan melalui identifikasi hal-hal yang berperan dalam pembentukan persepsi kesehatan, deskripsi persepsi ancaman penyakit, deskripsi persepsi efektivitas pengobatan, penundaan perilaku pengobatan, dan akhirnya bermuara pada perilaku pengobatan yang dilakukan. Hasil penelitian menyarankan perlunya advokasi oleh rumah singgah terkait bantuan dari pemerintah setempat dalam pelaksanaan baik program kesejahteraan maupun kesehatan untuk binaannya. Selain itu perlu adanya peningkatan kesadaran dari pemerintah setempat untuk lebih sensitif dalam memenuhi hak kesehatan secara menyeluruh termasuk hak kesehatan populasi LGBT yaitu waria lansia.

ABSTRACT
Health seeking behavior of transgender-waria elderly who are fostered by Rumah Singgah Waria is known through health seeking behavior pattern of illness suffered currently, diseases classified severe, and sexually transmitted diseases. This research is a qualitative study with a case study approach with the aim of knowing deeply about health seeking behavior from identify some aspect which affect formation of health perceptions, perceived threat of disease, perceived treatment effectiveness, treatment delay behavior and end up with treatment behavior. The result of the study suggest the need for advocacy from shelter about local government support in implementation whether welfare or health programs for their fostered. In addtion, there need of increasing awareness of local government to be more sensitive in fulfilling overall health rights including the LGBT population right, especially elderly transgender."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Musthofa
"Di Kabupaten Pacitan kasus malaria didominasi oleh pekerja musiman yang pulang bekerja dari luar jawa 347 orang (95,8% dari total kasus) pada tahun 2011. Berdasarkan surveilans aktif Puskesmas Tegalombo prosentase pekerja musiman bergejala klinis malaria yang pulang dari luar Jawa tidak memeriksakan ke layanan kesehatan sebesar 76,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman yang bekerja keluar pulau jawa setelah kepulangannya di daerah asal tempat tinggalnya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 270 pekerja musiman, berumur ≥ 17 tahun dengan gejala klinis malaria 1 bulan setelah kedatangannya dari luar Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan 37,4% pekerja musiman melakukan pengobatan sendiri malaria klinis yang dideritanya. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan dan jarak dengan perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman keluar Pulau Jawa dengan OR masing-masing 2,43 (95% CI; 1.411-4.171) dan 3,38 ( 95 CI; 1,945- 5,862) Pendekatan layanan kesehatan hendaknya di ikuti dengan peningkatan pengetahuan petugas kesehatan khususnya bidan desa dan perawat untuk melakukan pengambilan sediaan darah guna penegakan diagnosis pasti malaria. Diperlukan peningkatan pengetahuan pekerja musiman melalui media penyuluhan.

In Pacitan district case of malaria dominated by temporally workers who return to work from outside Java island. In 2011 total case of malaria by temporally 347 people (95.8% of total cases). Percentage of clinical malaria temporally workers who come from outside Java island not hecked into the Tegalombo health service is 76%. The Objective of this study was to determine clinical malaria treatment seeking behavior of temporally workers who work out of Java island after his return to his residence. Study design is cross sectional. Research subjects and as many as 270 temporally workers aged ≥ 17 years, one month after his arrival from outside Java.
The results showed 37% of temporally workers make own treatment of clinical malaria symptoms that their suffered. There is a significant association between the variables of knowledge and distance with a clinical malaria treatment seeking behavior temporally workers with respective OR 2.43 (95% CI: 1411-4171) and 3.38 (95 CI: 1.945 to 5.862). Health care approach should be followed by an increase in knowledge of health workers, especially midwives and nurses to perform collection of blood preparation for definite diagnosis of malaria. Required increased knowledge of temporally workers through media outreach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Maylasari
"Tujuan penelitian mempelajari pengaruh pengaturan tempat tinggal, yaitu tinggal sendiri, berdua dengan pasangan dan bersama terhadap perilaku pencarian pengobatan lansia dengan memperhitungkan variabel jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, status ekonomi dan akses pelayanan kesehatan dengan menggunakan data Susenas 2012 dan Podes 2011. Hasil regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa pengaturan tempat tinggal secara signifikan memengaruhi perilaku pencarian pengobatan lansia, baik mengobati sendiri maupun berobat jalan. Setelah memperhitungkan faktor klasifikasi, ketika tidak tinggal sendiri, lansia laki-laki memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengobati sendiri maupun berobat jalan, dan sebaliknya pada lansia perempuan. Setelah memperhitungkan pengaturan tempat tinggal dan jenis kelamin, faktor terkuat dalam menentukan perilaku pencarian pengobatan lansia adalah umur dan status ekonomi, terutama untuk berobat jalan.

This study examines the effect of living arrangement, which are living alone, couple and with others on health seeking behavior of elderly, both self-treatment and outpatient treatment by controlling variables such as sex, age group, education level, rural urban, economic status and access to health services. Results of multinomial logistic regression analysis using Susenas 2012 and Podes 2011 data show that living arrangement affect health seeking behavior of elderly, both self-treatment and outpatient treatment. According control variables, if the elderly not living alone, men more likely than women to has self-treatment and outpatient treatment, and vice versa if they living alone. According to living arrangement and sex, the strongest determinants of health seeking behavior of elderly, are age group and economic status, especially for outpatient treatment.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Pampalia
"TB dan HIV masih menjadi isu kesehatan global. Tujuan penelitian ini untuk mengindetifikasi hubungan antara pengetahuan HIV, pengetahuan HIV, stigma HIV, stigma TB terhadap perilaku pencarian pengobatan pada ODHA koinfeksi TB di Kota Jakarta. Menggunakan desain cross sectional dengan teknik porpusive sampling pada responden yang berkunjung ke poli VCT RS di Jakarta dengan melibatkan 115 ODHA koinfeksi TB. Menggunakn 4 instrumen yakni: Brief HIV-Knowledge Questionnaire (HIV-KQ-18), Knowledge survey Questionnaire, Berger HIV stigma Scale, tuberculosis-related stigma scale. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan TB dengan dengan perilaku pencarian pengobatan (p value: 0,042) dan antara stigma TB dengan perilaku pencarian pengobatan (p value: 0,026). Perawat perlu meningkatkan edukasi tentang pengetahuan TB dan stigma TB. Selain itu, diperlukan konseling HIV tentang komplikasi TB pada ODHA serta upaya menurunkan stigma.

TB and HIV are still global health issues. Aim of this study was to identify the relationship between HIV knowledge, TB knowledge, HIV stigma, TB stigma and health seeking behavior in PLWHA coinfected TB in the city in Jakarta. Used a cross-sectional design with a purposive sampling technique on respondents who visited the VCT clinic hospital in Jakarta involving 115 PLWHA coinfected TB. This research uses 4 instruments, namely: Brief HIV-Knowledge Questionnaire (HIV-KQ-18), Knowledge survey Questionnaire, HIV stigma Scale, tuberculosis-related stigma scale. This study shows that there is a significant correlation between TB knowledge and health seeking behavior (p value: 0.042) and between TB stigma and health seeking behavior (p value: 0.026). Nurses need to improve education about TB knowledge and TB stigma. Besides, it also need HIV counseling about TB complications in PLWHA and efforts to reduce stigma.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Permata Imani Ima
"Berdasarkan WHO, pada tahun 2017 TB merupakah salah satu penyebab kematian di dunia dan Indonesia menjadi negara ketiga dengan kasus TB terbesar setelah India dan China. Sebanyak 2 dari 3 penderita TB yang meninggal berdasarkan WHO diakibatkan karena tidak mendapat pengobatan, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah, sistem kesehatan, pendidikan, dan stigma yang ada di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku pencarian pengobatan pada orang dengan gejala tuberkulosis 14 hari atau lebih batu atau batuk berdarah di Indonesia berdasarkan faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor kebutuhan. Pada penelitian ini, desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder dari survei prevalensi tuberculosis 2013-2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan analisis univariat dan bivariat. Berdasarkan penelitian ini, hasil yang ditemukan bahwa perilaku pencarian pengobatan pada orang dengan gejala TB lebih besar di non fasyankes ( 75,4%) dibandingkan dengan perilaku pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan ( 24,6%). Gambaran perilaku pencarian pengobatan ke non fasyankes pada orang dengan gejala TB lebih banyak pada usia <46 tahun ( 77,2%), jenis kelamin laki-laki (80,1%), memiliki tingkat pendidikan rendah ( 75,7%), memiliki pengetahuan rendah (76,1%), memiliki perilaku merokok ( 82,9%), tidak memiliki stigma ( 76,2%), berada di perkotaan ( 75,6%),tidak mengetahui bahwa OAT gratis ( 76,5%), tidak memiliki faktor risiko DM ( 75,6%), tidak tinggal dengan penderita TB ( 75,7%) dan tidak memiliki pengetahuan TB bisa disembuhkan ( 76,4%). Selain itu, perilaku pencarian pengobatan pada orang dengan gejala tuberkulosis memiliki hubungan yang signifikan pada faktor predisposisi yaitu umur, jenis kelamin dan perilaku merokok; pada faktor pendukung yaitu pengetahuan bahwa OAT gratis; dan pada faktor kebutuhan yaitu faktor risiko DM dan risiko tinggal dengan penderita TB. Oleh karena itu, terkait rendahnya perilaku pencarian pengobatan yang tepat pada orang dengan gejala TB, maka perlunya ditingkatkan sosialisasi, serta skrining pada masyarakat khususnya pada populasi berisiko serta penelitian lebih lanjut terkait multifaktor yang mempengaruhi dan alasan terhadap perilaku pencarian pengobatan tuberkulosis.

According to WHO, in 2017 TB was one of the causes of death in the world and Indonesia was the third country with the largest TB cases after India and China. Moreover, based on WHO, 2 out of 3 people with TB will die if they do not receive the treatment, this condition is influenced by low knowledge and awareness, poor health systems, inadequate education, and stigma that exists in society.The study aims to find out a description of health seeking behavior for tuberculosis symptoms in Indonesia based on predisposing characteristics, enabling resources and need of the respondent. Furthermore, this study used cross sectional study design with secondary data from the 2013-2014 tuberculosis prevalence survey that met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate.This study found that Health seeking behavior in people with TB symptoms was greater in non-health facilities (75.4%) compared to in health care facilities (24.6%). The description of the health seeking behavior for treatment of non-health care in TB symptoms was most of the respondents were at age <46 years (77.2%), male (80.1%), having a low education level (75.7%), having low knowledge (76.1%), have smoking behavior (82.9%), do not have stigma (76.2%), were in urban areas (75.6%), do not know that anti-tuberculosis drug (OAT) is free (76.5%), no have DM risk factors (75.6%), do not live with TB patients (75.7%) and do not have knowledge of TB can be cured (76.4%).In addition, health seeking behavior for TB symptoms has a significant relationship to predisposing factors for age, gender and smoking behavior; on enabling resources for the knowledge that OAT is free; and on the need factors for risk factors for DM and the risk of staying with TB patients.In conclusion, we found that in Indonesia, most of the TB symptoms did not have appropriate health seeking behavior and how stigma were not significant related to appropriate health seeking behavior but the knowledge of free OAT and risk of TB. Therefore, the need to raise the awareness of free anti-tuberculosis drugs and screening in the society especially in at-risk population with the further qualitative and multifactor research is important to elevate the appropriate health seeking behavior for TB symptom in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library