Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vera Ersi
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah konsumen dipengaruhi oleh banyak hal dalam membeli barang seperti self-esteem, yaitu suatu penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang menggambarkan sikap suka atau tidak suka akan keberadaan dirinya, dan The Love of Money yaitu sikap seseorang terhadap uang yang menilai uang sebagai simbol rich, success, motivator, dan important. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan seberapa kuat pengaruh self-esteem dan The Love of Money terhadap perilaku membeli barang berdasarkan merek. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan sampel penelitian sebanyak 57 orang yang terbagi dalam kelompok konsumen yang membeli berdasarkan merek (23 orang) dan kelompok konsumen yang membeli tidak berdasarkan merek (34 orang). Penelitian ini menggunakan alat ukur Money Ethics Scale (Tang, 2001), Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965), dan alat ukur membeli barang yang dibuat peneliti untuk penelitian ini. Multiple regression digunakan untuk melihat besar pengaruh self-esteem dan the love of money terhadap perilaku membeli barang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Self-esteem dan the Love of Money tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku membeli barang baik berdasarkan merek maupun tidak berdasarkan merek. Peneliti menyarankan untuk memperbanyak jumlah sample, mempertimbangkan variabel lain yang mempengaruhi perilaku membeli barang, dan meneliti kelompok konsumen lain seperti konsumen remaja, artis dan lain-lain. Juga disarankan untuk melakukan penelitian pada variabel se/f yang lain seperti self-monitoring dan lain-lain.
2004
S3334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raina Safa Radhyana Rahmat
Abstrak :
Di zaman sekarang ini, banyak bisnis memanfaatkan dukungan publik figur untuk meningkatkan penjualan dan brand awareness mereka, bahkan juga untuk memperluas target market mereka. Dikarenakan banyak brand dari berbagai industri menyadari seberapa besar dampak dari endorse publik figur ini, mereka semakin bergantung kepada mereka karena publik figur ini mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang terhadap suatu produk atau servis. Hal ini mendorong pelaku bisnis untuk lebih banyak berkolaborasi dengan influencer dan hal ini terlihat dari kasus Tasya Farasya dan dampak endorsement di industri kecantikan. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memahami bagaimana konsep teori AIDA model (Lewis, 1898) menjelaskan pengaruh publik figur dalam mempengaruhi perilaku pembelian masyarakat melalui endorsement Tasya Farasya di Instagram. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode pengumpulan data sekunder digunakan untuk menganalisis unsur AIDA dalam fenomena endorsement Tasya Farasya. Penelitian ini, kemudian, menunjukkan bahwa ada beberapa tahapan yang dilalui seseorang dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli produk atau layanan, dan tingkat keefektifan model ini bergantung pada siapa yang di endorse. ......In this day and age, a lot of business brands, make use of public figure endorsement to increase their brand awareness and sales and hopefully expand more potential target audience. As many brands coming from different industries have shown how impactful these endorsements are, they rely more on those public figures/influencers due to their power in shaping people’s desires on a product on service. This encourages businesses to collaborate more with influencers and this can be seen through the case of Tasya Farasya and the beauty industry endorsement impacts. Thus, this paper aims to understand how the AIDA model of communication theory (Lewis, 1898) explains the influence of public figure in influencing people’s buying behavior through Tasya Farasya’s endorsement on Instagram. In order to gain the data, qualitative method is applied in this research and secondary data collecting method is used to analyze the AIDA elements in Tasya Farasya’s endorsement phenomenon. The study later shows that there are some stages people gone through in their decision-making process to purchase a product or service and the effectiveness rate of this model is depending on who’s being endorsed. In this day and age, a lot of business brands, make use of public figure endorsement to increase their brand awareness and sales and hopefully expand more potential target audience. As many brands coming from different industries have shown how impactful these endorsements are, they rely more on those public figures/influencers due to their power in shaping people’s desires on a product on service. This encourages businesses to collaborate more with influencers and this can be seen through the case of Tasya Farasya and the beauty industry endorsement impacts. Thus, this paper aims to understand how the AIDA model of communication theory (Lewis, 1898) explains the influence of public figure in influencing people’s buying behavior through Tasya Farasya’s endorsement on Instagram. In order to gain the data, qualitative method is applied in this research and secondary data collecting method is used to analyze the AIDA elements in Tasya Farasya’s endorsement phenomenon. The study later shows that there are some stages people gone through in their decision-making process to purchase a product or service and the effectiveness rate of this model is depending on who’s being endorsed.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maulidina Devaniputeri
Abstrak :
Social media is continuously being one of the main sources of communication and information. With this, there is an increasing rise in social influencers, which leads to the existence of social influencer marketing as a channel to advertise products and for brands to promote their products. The goal of this research is to analyze what are the motivations to follow Indonesian beauty influencers and if social identification with the beauty influencer influences their advertisement clicking and buying behavior towards beauty products. Moreover, this research investigates the generational cohort of generation Z and Y. Purposive sampling with online survey technique was done and 384 respondents were collected and analyzed using Partial Least Square-Structural Equation Method (PLS-SEM). Data was processed through SmartPLS 3.3.9 software. The findings suggest motivations that include Information Seeking, Cool and New Trend, Companionship, and Relaxing Entertainment positively affect social identification with beauty influencers. Social Identification with beauty influencers positively affects Advertisement Clicking and Buying Behavior, also in both generation Z and Y. Information Sharing and Information Seeking does not affect social identification with beauty influencers in generation Z. Cool and New Trend does not affect social identification with beauty influencers in generation Y. This research can provide managerial impact to beauty brand marketers that utilize influencers as a marketing strategy. ......Media sosial terus menjadi salah satu sumber utama komunikasi dan informasi. Dengan ini, terjadi peningkatan influencer sosial, yang mengarah pada keberadaan pemasaran influencer sosial sebagai saluran untuk mengiklankan produk dan merek untuk mempromosikan produk mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apa motivasi mengikuti beauty influencer Indonesia dan apakah identifikasi sosial dengan beauty influencer mempengaruhi Advertisement Clicking dan Buying Behavior mereka terhadap produk kecantikan. Selain itu, penelitian ini menyelidiki kohort generasi dari generasi Z dan Y. Purposive sampling dengan teknik survei online dilakukan dan 384 responden dikumpulkan dan dianalisis menggunakan Partial Least Square-Structural Equation Method (PLS-SEM). Data diolah melalui software SmartPLS 3.3.9. Temuan menunjukkan motivasi yang mencakup Information Seeking, Cool and New Trend, Companionship, dan Relaxing Entertainment secara positif memengaruhi identifikasi sosial dengan influencer kecantikan. Identifikasi Sosial dengan beauty influencer berpengaruh positif terhadap Advertisement Clicking dan Buying Behavior, juga pada generasi Z dan Y. Information Sharing dan Information Seeking tidak mempengaruhi identifikasi sosial dengan beauty influencer pada generasi Z. Cool and New Trend tidak mempengaruhi identifikasi sosial dengan beauty influencer pada generasi Y. Penelitian ini dapat memberikan dampak manajerial bagi pemasar merek kecantikan yang memanfaatkan influencer sebagai strategi pemasaran.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Murdisari Kartika
Abstrak :
Perilaku konsumsi berlebihan khususnya dalam menggunakan sabun non-organik menjadi salah satu kontributor besar dalam menyebabkan krisis iklim. Kini, eco-anxiety banyak dialami oleh masyarakat akibat krisis iklim yang menjadi anteseden dari ramainya perilaku membeli sabun organik sebagai langkah mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara eco-anxiety dan perilaku membeli produk sabun organik pada dewasa muda dari status sosio ekonomi sosial menengah ke atas pada warga negara Indonesia. Hubungan dilihat dengan melakukan uji korelasi Pearson pada alat ukur Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) dan Green Purchase Behavior (GPB) yang telah ditranslasi ke Bahasa Indonesia pada payung penelitian pertama (Abhiwangsa, 2022; Fitrianisa, 2022; Setiawan, 2022) dan disesuaikan dengan konteks produk sabun organik. Populasi penelitian ini adalah warga negara Indonesia berusia 20 hingga 40 tahun dengan kisaran pengeluaran individual per bulannya sebesar Rp 1.000.000 sampai dengan lebih dari Rp 7.500.000 menggunakan convenience sampling (N = 236). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara eco-anxiety dan perilaku membeli produk sabun organik pada dewasa muda dari status sosio-ekonomi menengah ke atas di Indonesia (r(236) = 0.62, p < 0.01, two-tailed). Hal ini membuktikkan bahwa eco-anxiety mendorong perilaku praktikal dengan membeli produk sabun organik untuk menanggulangi kerusakan lingkungan dalam rangka memitigasi kecemasan yang dirasakan khususnya pada dewasa muda dari status sosio-ekonomi menengah ke atas di Indonesia. ......One of the major factors contributing to the climate crisis is excessive consumption behavior, particularly the use of non-organic soap. Due to the climate crisis, many people are experiencing eco-anxiety which is an antecedent of the popular behavior of purchasing organic soap as a mitigation measure. This study aims to investigate the relationship between eco-anxiety and the purchase behavior of organic soap among young adults from middle to upper socio-economic status among Indonesian citizens. The relationship was determined by using the Pearson correlation test on the Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) and Green Purchase Behavior (GPB) measuring instruments, which had been translated into Bahasa Indonesia in the first research umbrella (Abhiwangsa, 2022; Fitrianisa, 2022; Setiawan, 2022) and adapted to the context of organic soap products. The population of this study were Indonesian citizens aged 20 to 40 years old with a monthly individual expenditure range of Rp 1.000.000 to more than Rp 7.500.000 using convenience sampling (N = 236). The findings showed that there was a positive and significant relationship between eco-anxiety and purchase behavior of organic soap products amoung young adults from middle to upper socio-ecomomic status in Indonesia (r(236) = 0.62, p < 0.01, two-tailed). This demonstrates how eco-anxiety encourages practical behavior by buying organic soap products to address environmental destruction in order to mitigate anxiety, particularly among young adults from middle to upper socio-economic status in Indonesia.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library