Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Valencia Ursula Khrisnamurti
"Selama beberapa tahun terakhir ini gamification telah menarik perhatian para sarjana dan praktisi game, dan hal tersebut telah diterapkan secara luas pada berbagai bidang seperti teknologi, budaya, masyarakat, sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Gamification merupakan suatu kondisi untuk mendapatkan kesenangan dan kecanduan terhadap sesuatu yang terdapat didalam game dan kemudian menerapkannya ke dunia nyata atau aktivitas lain yang produktif. Dengan kata lain terdapat penggunaan elemen desain game ke dalam konteks non-game. Gamification menjadi konsep yang familiar sebagai konsekuensi dari dua tren. Yang pertama, didasarkan pada selera konsumen akan perangkat smartphone baru yang menyediakan peluang yang lebih luas kepada desainer game untuk menggunakan smartphone sebagai perangkat game dan alat yang lebih menarik untuk digunakan dalam merancang intervensi kesehatan interaktif. Faktor kedua adalah antusiasme dan kemauan pengembang untuk memasukkan wawasan perilaku kesehatan terbaru ke dalam smartphone. Gamification semakin diakui sebagai alat untuk mendukung perubahan perilaku kesehatan meskipun diketahui bahwa perubahan perilaku kesehatan merupakan proses yang kompleks dan sulit untuk dicapai. Namun demikian, bagaimana gamificationtdapat mendukung perubahan perilaku kesehatan sebagian besar masih belum diselidiki. Beberapa kesenjangan pada studi yang dilakukan terdahulu pada gamification dalam perilaku kesehatan telah diidentifikasi. Tulisan ini untuk menjawab pertanyaan berikut “bagaimana gamification dapat merubah perilaku kesehatan” dengan menggunakan metode tinjauan pustaka.

Over the past few years gamification has attracted the attention of game scholars and practitioners, and it has been widely applied in different fields such as technology, culture, society, social, economy, education and health. Gamification is a condition for getting pleasure and addiction to something contained in the game and then applying it to the real world or other productive activities. In other words, there is the utilize of diversion plan components in non-game contexts. Gamification is becoming a familiar concept as a consequence of two trends. The first, based on consumer appetite for new smartphone devices, provides game designers with greater opportunities to use smartphones as gaming devices and more attractive tools to use in designing interactive health interventions. The moment calculate is the eagerness and readiness of designers to join the most recent health behavior insights into smartphones. Gamification is increasingly recognized as a tool to support health behavior change despite the recognition that health behavior change is a complex process and difficult to achieve. However, how gamification can support health behavior change remains largely unexplored. Several gaps in previous studies on gamification in health behaviors have been identified. This paper is to answer the following question “how can gamification change health behavior” by using the literature review method."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kistiyah Aini Sri Prabasanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perilaku kesehatan preventif remaja terkait HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan hubungan perilaku kesehatan preventif dengan attitudes terkait HIV/AIDS yang dimiliki remaja akhir di wilayah Depok dan hubungan perilaku kesehatan preventif dengan subjective norms terkait HIV/AIDS yang dimiliki remaja akhir di wilayah Depok.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tehnik penggumpulan data survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kesehatan preventif remaja terkait HIV/AIDS tinggi. Mayoritas responden memiliki attitudes mengenai perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS tinggi dengan perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS yang tinggi; dan mayoritas responden memiliki subjective norms mengenai perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS rendah dengan perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS yang tinggi.

ABSTRACT
This thesis discusses about preventive health behavior of adolescent. The purpose of this research are to describe relation between preventive health behavior with attitudes about HIV/AIDS of late adolescent in Depok and to describe relation between preventive health behavior with subjective norms about HIV/AIDS of late adolescent in Depok.
This research uses quantitative method of data collection through survey. The result of research indicate that participant of this research has high preventive health behavior in HIV/AIDS. Almost all of participant of this research has high attitudes about preventive health behavior in HIV/AIDS with high preventive health behavior in HIV/AIDS, and almost all of participant of this research has low subjective norms about preventive health behavior in HIV/AIDS with high preventive health behavior in HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arihni Supriati
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat poteusial untuk menimbulkan wabah. Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan oleh WI-IO pada tahun 2002 sebanyak 777.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN, dan I5% dari kematian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak pada Crash Program Campak di UPF Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraia Kabupaten Bogor.
Penelitian ini memakai rancangan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan menggunakan perbandingan kasus kontrol 1:1. Sampel penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang terdaftar dan mengikuti Crash Program campak dengan datang ke pos imunisasi. Jumlah sampel kasus dan kontrol sebanyak 400 orang yang terdiri dari 200 kasus dan 200 kontrol. Balita yang tidak diimunisasi dan orang tuanya tidak bersedia menandatangani infzrmed consent ditetapkan sebagai kasus, sedangkan kontrol adalah balita yang diimunisasi dan orang manya bersedia menandatangani irjormed consent dan berasal dari pos imunisasi yang sama dengan kasus. Komrol dipilih secara acak.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Berdasarkan llasil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak adalah penilaian kondisi kesehatan anak OR 15,560 (OR CI 95% 8,84l-27,388), status imunisasi campak OR 3,732 (OR CI 95% 2,122-6,564) dan dukungan tokoh masyarakat OR 3,213 (OR CI 95% 1,763-5,853).
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan kepada UPF Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor untuk memberikan kesempatan imunisasi campak kepada balita yang belum diimunisasi campak pada Crash Program campak, memberikan penyuluhan kepada rnasyarakat mengenai imunisasi campak, vaksin campak yang aman, kondisi anak sakit yang boleh dan tidak boleh diberikan imunisasi campak efek samping imunisasi campak dan KIPI, prioritas penyuluhan kepada orang tue balita yang anyéznya belum diimunisasi campak, memberikan kesempatan imunisasi kepada balita yang yang belum diimunisasi campak, serta meningkatkan pendekatan sosial kepada tokoh masyarakat, kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor penulis menyarankan untuk merencanakan strategi baru agar Crash Program campak berikulnya dapat mencapai target lanpa melakukan sweeping dan melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan.
Campak tersebut berasal dari Indonesia. Dengan mempertimbangkan serokonversi rate 85% pada bayi umur 9 bulan, cakupan imunisasi campak sebesar 9l,8% pada tahun 2004 hanya dapat memberikan perlindungan sekitar 76,5% bayi, sisanya sebesar 23,5% masuk dalam kelompok rentan campak. Kelompok rentan campak ini akan terus terakumulasi biia tanpa adanya perbaikan cakupan imunisasi dan tanpa intervensi imunisasi tambahan campak. Berdasarkan kenyalaan tersebut di atas maka Indonesia memutuskan untuk melakukan Crash Program campak pada anak balita di daerah risiko tinggi.
Adanya penolakan imunisasi campak merupakan salah satu peuyehab tidak tercapainya target cakupan imunisasi campak di Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaien Bogor. Namun penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak belum pernah dilakukan Hal tersebut diatas menarik minat penulis untuk meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan penolakan i munisasi campak pada Crash Program Campak tahun 2007.

Measles is known as a disease that potentially creating an outbreak. There are about 777,000 death reported by WHO in 2002, caused by measles, is occur in the ASEAN countries, and l5% of the deaths are from Indonesia. In considering with the sero- conversion rate 85% of 9 months old baby, the coverage of measles immunization at 9l.8% in 2004 is only give protection around 76.5% babies and the other of 23.5% babies are categorized as a group of vulnerable for measles. This group of baby can be continuously accumulated if there is no improvement on the coverage of measles immunization and without any intervention of addition on immunization of measles. Based on the situation, Indonesia is, therefore, established a Crash Program on measles immunization towards children under-five (CU5) at the high risk region.
Unfortunately, there are some refusals of being immunized which make the target on mwsles immunization coverage at Puskesmas Cimandala is cannot be reached Therefore, factors related to reiiisal on measles immunization are interested to study, especially to those that occur during the crash program on measles in 2007. The aim of the study is to find out factors related to the retiisal on measles immunization on the measles? crash program at the UPF Puskesmas Cimandala of Sukaraja sub-district at the District of Bogor.
The design of the study is an unpaired case-control study, with lrl comparable case-control. Sample is children under-tive (CU5) aged 13 to 59 mom's who registered for the crash program of measles immunization at the immunization post. The size of sample is 400 that comprises as 200 sample of case and 200 sample of control. The case is CU5 who are not immunized and the parent is refused to sign the informed consent, while the control is CU5 who have immunized and the parent is agree to sign the informed consent. Both case and control are taken from the same immunization post, and control is chosen randomly. Analysis is in the fomt of univariate, bivariate, and multivariate.
Based on the result of the study, factors related to the refusal of measles immunization are: child health condition assessment (OR: l5.560, 95% CI: 8.841 - 27388); status of measles immunization (OR: 3.732, 95% CI: 2.122 - 6564), and support from community leader (OR: 3.2I3, 95% Cl: 1.763 - 5.853). The study suggested that puskesmas Cimandala should give another chance for measles immunization towards those CU5 who have not been immunized in the crash program, addressing IEC about measles immunization towards community, harmless measles? vaccine, the child condition for being able and unable to immunize, the side effect of measles immunization and KIPI (?), prioritized in giving IBC to those parent whose CU5 is have not immunized, provide another chance of measles immunization for those CU5 that have not been immunized, and increase the approaching towards local community leaders. Suggestion towards the District Health Authority of Bogor that there is a need for new strategy for the next measles Crash Program that in order to reach the target without doing the sweeping and do advocating to the policy's decision makers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyanah Azhrika Putri
"Tingkat kejadian cyberbullying pada remaja di Indonesia masih tinggi. Hal ini menjadi perhatian yang besar dikalangan remaja mengingat kejadian cyberbullying dapat mempengaruhi perilaku berisiko kesehatan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian cyberbullying, khususnya cybervictim, dengan perilaku kesehatan berisiko remaja meliputi perilaku merokok, perilaku diet, dan perilaku berisiko seksual pada remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional kepada 107 siswa SMA yang bersekolah di salah satu sekolah di Jakarta Timur. Alat pengumpulan data pada penelitian ini merupakan kuesioner Cybervictim, Global School-based Health Survey, dan kuesioner Perilaku Berisiko Seksual Remaja. Uji chi square dilakukan pada penelitian ini. Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian cyberbullying (cybervictim) dengan perilaku merokok (p < 0.05). Namun, tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian cyberbullying (cybervictim) dengan perilaku diet dan perilaku berisiko seksual pada remaja (p > 0.05). Intervensi program anti-cyberbullying oleh perawat dan tenaga kesehatan lain dapat dilakukan untuk mencegah kejadian cyberbullying yang berdampak terhadap perilaku kesehatan berisiko pada remaja.

The incidence of cyberbullying among adolescents in  Indonesia is still high. This is a big concern among adolescents since the incidence of cyberbullying can affect adolescents to do unhealthy risk-taking behaviors. This study aims to identify the association between the incidence of cyberbullying, especially cybervictim, with health risk behaviors including smoking behavior, dietary behavior, and sexual risk behavior among adolescents. The method of this study used a cross-sectional to 107 participants, senior high school students in East Jakarta. Instruments Cybervictim questionnaire, the Global School-based Health Survey, and the Adolescent Risk Sexual Behavior were used in this study. Chi square test was used. Findings show that there is the association between the incidence of cyberbullying victimization with smoking behavior among adolescents (p < 0.05). However, the incidence of cyberbullying victimization was not related to adolescents' dietary behavior and sexual risk behavior (p > 0, 05). Anti-cyberbullying program interventions can be carried out by nurse and other health professionals to prevent the incidence of cyberbullying that can caused some health risk behaviors among adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurbayani Tauchid
"Karies gigi adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama adalah interaksi antara host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak), substrat (karbohidrat) dan waktu. Faktor lain yang turut berkontribusi diantaranya adalah perilaku yang berhubungan dengan kesebatan gigi yaitu kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan gigi. Perilaku kesehatan gigi merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Survei kesehatan gigi dan mulut murid SDN di Kota Tangerang tahun 2006 menunjukkan prevalensi karies gigi murid SD di Kecamatan Cibodas sebessr 81% dengan rata-rata DMFT sebesar 1,95. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara perilaku kesehatan gigi murid SD kelss enam dengan status karies gigi (DMFT) serta beberapa faktor lain yang turut berbubungan.
Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 184 murid SD kelas enam dari 5 SD di Kecamatan Cibodas yang dipilih secara random pada bulan Januari - Februari 2008. Data variable perilaku kesehatan gigi dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner dan observasi simulasi cara menyikat gigi, pada model rahang. Data variable jenis kelamin, pengetahuan kesehatan gigi, tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan ayah, dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner. Variabel status karies gigi (DMFT) dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan gigi dan dicatat dalam lembar pemeriksaan tatus karies gigi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi murid yang mengalami karies 85,9% dengan indeks DMFT rata-rata 2,67, sedangkan proporsi murid dengan status karies gigi rendah (DMFT < I) hanya 35,3%. Didapat hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan gigi murid dengan status karies gigi (DMF1), dimana kenaikan 1nilai perilaku kesehatan gigi murid, berpeluang untuk mempunyai status karies gigi rendah sebesar 1,4 kali, sedangkan jenis kelamin, pengetahuan kesehatan gigi, tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan ayah bukan merupakan confounder dalam hubungan tersebut.
Disarankan untuk meningkatkan perilaku kesehatan gigi murid melalui peningkatkan dan pengembangkan kegiatan UKGS di Sekolah-sekolah Dasar, pelatihan tenaga-tenaga pelaksana UKGS di lapangan, mengikut sertakan guru. orang tua dan murid untuk menjadi mitra dalam pelaksanaan UKGS di sekolah, melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi murid untuk mempunyai kebiasaan memelihara kesehatan giginya, seperti pemeriksaan kebersihan gigi murid secara berkala, sikat gigi massal dan lomba gigi sebat.

Dental caries is a kind of disease caused by many factors. The primary factors is interaction between host (tooth and saliva), microorganism (plaque), substrate (carbohydrate) and time. Other factors with contribute to the dental caries are behavior that connected with dental health, which are eat habitual and tooth cleanliness mamtenance. Dental health behavior is important things that affeet either individual or society dental hsaltb status. Dental health survey from mouth of elementary school students at Tangerang city in 2006 shown that in Cibodas subdistrict, Dental caries prevalence at elementary student is 81% with DMFT average 1,95. This research objective is to find out the relationship between dental health behavior of sixth grsde elementary school students with dental caries status (DMFT) and several another factors which related.
The design of research used cross sectional, with 184 random samples of sixth grade elementary school students from 5 elementary schools, start from January to February 2008. Data of dental health behavior collected through interview with questionnaire and observe the simulation of tooth brushing at the jaw model, other data that sex, dental health knowledge, mother's educational level and father's work are collected through interview by questionnaire. Data of dental caries status (DMFT) collected by doing tooth examination using the dental examiner equipments and noted in the examination from of dental caries status (DMFT). The result of the research shown students proportion having caries is 85,9% with average DMFT index 2,67, students proportion is meaning relation between dental health behavior of sixth grade elementary school students with dental caries status (DMFT) , where more and more high the student's dental health behavior, having opportunity of 1,4 limes to have low dental caries status, while sex, dental health knowledge, mother's educational level and father's work are not confounder in the relation.
The researcher suggest to increase the student's dental health behavior by improve and develop UKOS activities at elementary schools, training the field executorS ofUKGS, participate of the teachers. parents and students to become miter in realization of UKGS at schools. do activities which motivate students to have a habit of keeping moth healthy, for example the student's tooth health examinations periodically, massive tooth brushing and healthy tooth competition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20856
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Yulianti
"Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005, angka kejadian pre-cklampsia beral(PEB) pada ibu hamil di RSUD Bayu Asih Purwakarta teljadi peningkatan dari l5,2% menjadi 23,6%. Tingginya angka kejadian PEB ini dipcrkirakan karena faktor pendidikan, pekerjaan, umur ibu, paritas, umur kehamilan, riwayat penyakit, dan pemeriksaan antenatal. Oleh karena itu dilakukan Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat pada Ibu I-Iamil di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Desain penelitian ini adalah case comrol pada 133 kasus ibu dengan pre-eklambsia berat (PEB) dan L33 kontrol ibu dengan non PEB di RSUD Bayu Asih Purwakarta tahun 2004-2005. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor umur ibu, riwayat penyakit, dan pendidikan mempunyai hubungan yang signifikan tcrhadap kcjadian PEB. Sedangkan faktor-faktor pckcqaan, paritas, umur kehamilan, dan pemeriksaan antenatal tidak mempunyai hubungan yang signifikan dcngan kcjadian PEB. Scdangkan faktor yang paling bcrhubungan dengan kejadian PEB adalah riwayat penyakit.
Berdasarkan hal di atas perlu dilakul-can penyuluhan pada ibu hamil (khususnya ibu yang berumur >35 tahun dan primigravida) dan ibu yang telah mengalami PEB agar mampu mendeteksi secara dini gejala dan tanda PEB dan segera kc pclayanan keschatan. Rumah sakit juga harus mclengkapi pengisian data dalam Ele rekam medis pasien agar dapat memberikan tindakan medis yang sesuai dan tepat.

In the year 2004 until 2005, the condition severe preeclampsia to pregnant woman in RSUD Bayu Asih Purwakarta have increase from l5,2% to 23,6%. The reason of the increasing severe preeclampsia is estimated because factors education, job, mother age, parity, pregnant age, illness and antenatal care. Because of that, need analysis the factors that relationship between severe preeclampsia to pragnent womant in RSUD Bayu Asih Purwakarta.
The design of this research is case control, to 133 case mother with severe precclampsia and 133 control mother non severe preeclarnpsia in RSUD Bayu Asih Purwakarta year 2004-2005. The data analysis uses logistic regression analysis.
This research found that factors mother age, illness, and education have relationship between severe preeclampsia. About factors job, parity, age pregnant, and antenatal care don?t have relationship between severe preeclampsia. The illnes is the most relationship factor to become severe preeclampsia.
According to the matter above, pregnant woman (specially age more than 35 year and primigravida) and pregnant woman with several preeclampsia, they need information about syndrom and sign several preeclampsia so they can search the health sen/ice. The hospithal must doing the full report information about medical clinilc patient, so they can get the comprehensif health service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhlisa
"Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan keharnilan dan persalinannya. Menurut hasil herbagai survci, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini berkisar antam 300 dan 400 kcmatian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara maju hanya sekitar I0 per l00.000 kelahiran hidup. AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir (WHO,2005). Pada waktu kesehatan didekatkan ke masyarakat, belum tentu masyarakat memanfhatkannya kanena berbagai alasan, termasuk ketidak-tahuan, dan hambatan ekonomis.
Kemiskinan dan rendahnya status sosial ekonomi perempuan mempunyai andil. Terbatasnya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai, dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan terhadap situasi ini (Sak Motherhood: A Matter of Human Rights and Social Justice, 1998). Mengingat pentingnya kesehatan ibu hamil dan hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang masih di bawah standar maka perlu untuk melakukan kajian mengenai health belief ibu hamil itu sendiri terhadap pelayanan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapat gambaran lebih jelas dan mendalam tentang health beltéf Ibu hamil dalam mcmiiih pelayanan kesehatan. Infomaan dalam penelitian ini adalah ibu dengan bayi (usia di bawah l tahun), yang memanfaatkan pclayanan kcsehatan, di Deea Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang.
Hasil yang didapatkan dari penelitian antara lain, ibu hamil memandang kehamilannya adalah sesuatu yang biasa saja dan sudah merupakan kodrat setiap perempuan, bersifat alamiah dan harus bisa mcnjalaninya dengan baik. Penilaian terhadap tcnaga keschatan juga membuat seseorang a.l
Ibu hamil yang mempersepsikan kehamilannya sebagai kondisi yang biasa saja dan tidak mempunyai risiko akan masalah yang dapat terjadi pada saat hamil, dan mempertimbangkan manfaat dan hambatan, dimana lebih besar manfaatnya akan melakukan pemeriksaan secara rutin dan mcndapat informasi yang cukup dan sesuai kcbutuhan dari orang yang mempunyai pengaruh, begitu juga sebaliknya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T34174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Sumeru
"Kebudayaan merupakan suatu sikap belajar atau learned behavior yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu.Penelitian terhadap perilaku kesehatan di masyarakat penting dilakukan karena kesehatan dapat dipengaruhi oleh kebudayaan melalui pola hidupnya. Tujuan dari penelitian ini untuk untuk mengetahui perilaku kesehatan yang ada di masyarakat Tengger dan mengetahui pengalaman masyarakat yang memiliki hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Partisipan ditentukan dengan teknik purposive sampling, berjumlah 7 partisipan. Analisa data menggunakan qualitative content analysis dengan pendekatan Collaizi.
Temuan yang menarik di dalam penelitian ini adalah bahwa persepsi tentang hipertensi menurut responden perlu mencari pengobatan hipertensi bila muncul gejala yang dirasakan. Pengobatan hipertensi tidak dilakukan secara rutin hingga timbul gejala lain yang mengganggu. Perilaku noncompliance yang muncul meliputi pola makan yang asin dan ketidakmampuan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi hipertensi di dalam masyarakat seperti rokok. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara mendalam tema yang telah teridentifikasi tentang perilaku noncompliance melalui pemanfaatan peran perawat dengan memberikan edukasi atau mengembangkan sistem pendukung seperti keluarga dalam menangani hipertensi.

Culture is a learned behavior owned by a particular society. Study of health behavior in the community is important because health can be affected by culture through the pattern of his life. The purpose of this study was to determine the behavior of health in the community and explore the experience of T enggerese people who have hypertension. The factors causing hypertension in the Tenggerese people need to know from the perspective of society. This study was phenomenological qualitative research design. Participants were determined by purposive sampling technique, amounted to 7 participants. Analysis of the data using qualitative content analysis approach of Collaizi.
An interesting finding in this study was the perception of hypertension according to the respondents need to look for the treatment of hypertension when perceived symptoms appear. Treatment of hypertension was not done routinely to other disturbing symptoms. The behavior of non-compliance that arise include eating salty and the inability to control the factors that influence hypertension in the community such as cigarettes. Further study is needed to examine in depth of themes that have been identified to the non-compliance behavior of Tenggerese people with hypertension through the use of the nurse's role in providing education or developing a support system like family in dealing with hypertension.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ariffa Sjarkawi
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Cara pemberian makanan pada balita sedikit banyak
dipengaruhi oleh tradisi budaya di suatu daerah tertentu. diantaranya adalah tradisi
nasi papah atau seringkali juga disebut nasi papak yang masih banyak dilakukan
oleh para ibu di beberapa wilayah di Indonesia, diantaranya di kabupaten Lombok
Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tradisi nasi papah adalah nasi yang telah
dikunyah dan dilumatkan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada balita. Dari
segi kesehatan terutama kesehatan mulut, hal ini berisiko terhadap terjadinya
Early Childhood Caries(ECC). Perilaku tersebut dapat menyebabkan transmisi
mikroorganisme S.mutans dari mulut ibu ke mulut anak.Tujuan: Untuk
mengetahui kontribusi tradisi nasi papah terhadap risiko terjadinya Early
Childhood Caries. Metode :Desain yang digunakan adalah cross sectional
dengan jumlah total sampel subyek penelitian sebanyak 186 anak berusia 6 – 60
bulan yang didampingi oleh ibunya, yang bertempat tinggal di Desa Senyiur,
Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pemeriksaan Intra Oral
dilakukan untuk mengukur karies gigi ibu dan anak dengan menggunakan indeks
DMFT/deft dan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku dan
pengetahuan kesehatan mulut ibu dan anak dilakukan wawancara pada ibu dengan
menggunakan kuesioner. Semua data yang terkumpul dianalisa menggunakan uji
Chi Square dan uji regresi logistik. Hasil: Risiko perilaku nasi papah terhadap
ECC adalah 5,46 (OR 5,46;CI 95% 4,24-36,55, p<0,001) dengan kontribusi
terhadap risiko ECC sebesar 41,8%. Kesimpulan: Tradisi nasi papah
berkontribusi terhadap risiko terjadinya ECC.

ABSTRACT
Background:The infant feeding practices usually affected by cultural tradition
especially in rural areas in Indonesia. One of that tradition is Nasi Papah or
sometimes called Nasi Papak, which one of that were done by mothers at East
Lombok regency , West Nusa Tenggara Province. Nasi papah is define as feeding
practice between mother to their infant through pre chewed rice by mother before
the food given to their child. For oral health, this behaviour is one of risk factors
for ECC, where vertical transmission frequently transmitted S.mutans from
mother to child through salivary contact. Aim: To analyzing the contribution of
nasi papah tradition towards occurence risk of Early Childhood Caries.
Materials and Methods: This study using cross sectional design with total
sampels are consists of 186 children between 6 – 60 months old accompanied by
his/her mother, whose living at Senyiur village,East Lombok regency,West Nusa
Tenggara Province. The intra oral examination had been done for valued caries
experience through DMFT/deft index and informations about oral health
behaviour and mother knowledges related to oral health derived from mothers
through questionnare and data analyzed by Chi Square and logistic regression
tests.Results:Risk of nasi papah tradition towards ECC has OR 5,46 (CI 95%
4,24-36,55. P<0,001)) and the contribution of this behaviour to ECC was 41,8%.
Conclusion: Nasi papah tradition contributes towards the occurence risk of
Early Childhood Caries., Background:The infant feeding practices usually affected by cultural tradition
especially in rural areas in Indonesia. One of that tradition is Nasi Papah or
sometimes called Nasi Papak, which one of that were done by mothers at East
Lombok regency , West Nusa Tenggara Province. Nasi papah is define as feeding
practice between mother to their infant through pre chewed rice by mother before
the food given to their child. For oral health, this behaviour is one of risk factors
for ECC, where vertical transmission frequently transmitted S.mutans from
mother to child through salivary contact. Aim: To analyzing the contribution of
nasi papah tradition towards occurence risk of Early Childhood Caries.
Materials and Methods: This study using cross sectional design with total
sampels are consists of 186 children between 6 – 60 months old accompanied by
his/her mother, whose living at Senyiur village,East Lombok regency,West Nusa
Tenggara Province. The intra oral examination had been done for valued caries
experience through DMFT/deft index and informations about oral health
behaviour and mother knowledges related to oral health derived from mothers
through questionnare and data analyzed by Chi Square and logistic regression
tests.Results:Risk of nasi papah tradition towards ECC has OR 5,46 (CI 95%
4,24-36,55. P<0,001)) and the contribution of this behaviour to ECC was 41,8%.
Conclusion: Nasi papah tradition contributes towards the occurence risk of
Early Childhood Caries.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwany Amalliah Badruddin
"[ABSTRAK
Karies gigi merupakan masalah kesehatan global dan penyakit gigi paling tinggi
prevalensinya. Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan pola konsumsi adalah
salah satu etiologi karies gigi. Tujuan penelitian adalah mendapatkan nilai besar
risiko karies gigi dan perilaku kesehatan gigi. Disain studi cross-sectional
menggunakan data Riskesdas 2013. Jumlah sampel 5.496 anak usia 12 tahun.
Prevalensi karies adalah 50,4%. Besar risiko anak yang memiliki kombinasi kedua
perilaku tidak baik, adalah 1,99 kali (95% CI: 1,20-3,30) untuk mendapat karies
dibanding anak dengan kombinasi perilaku baik. Sedangkan risiko anak yang
memiliki kebiasaan menyikat gigi tidak pada waktu yang benar sebesar 1,75 kali
(1,06-2,87), dan anak yang memiliki kebiasaan makan manis sering sebesar 1,27
kali (95% CI: 0,53-3,02) untuk mendapat karies. Untuk menurunkan angka
kejadian karies gigi, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat bersama-sama
aktif membentuk perilaku kesehatan gigi yang baik melalui program-program
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit gigi.

ABSTRACT
Dental caries is a global public health problem and most prevalent oral disease.
Oral hygiene and sweet consumption are acknowledged as dental caries causes,
among others. The study purpose is to determine the magnitude of association
between dental caries and oral health care behavior. The study design was crosssectional
using Riskesdas 2013 data. Sample size was 5,496 children of 12 yearsold.
Result: The dental caries prevalence was 50.4%. Compared to those with
good both oral health care behaviors, children with a combination of poor
behaviors was associated with caries 1.99 times (95% CI: 1.20-3.30). Whilst,
children who brushed their teeth at the inappropriate time or had sweet
consumption more often, had risk of getting caries of 1.75 times (1.06-2.87) and
1.27 times (95% CI: 0.53-3.02) respectively. The role of community is as
important as the government?s, in implementing health promotion and preventive
programmes for shaping good oral health behaviors, in order to decrease dental
caries incidence in children.;Dental caries is a global public health problem and most prevalent oral disease.
Oral hygiene and sweet consumption are acknowledged as dental caries causes,
among others. The study purpose is to determine the magnitude of association
between dental caries and oral health care behavior. The study design was crosssectional
using Riskesdas 2013 data. Sample size was 5,496 children of 12 yearsold.
Result: The dental caries prevalence was 50.4%. Compared to those with
good both oral health care behaviors, children with a combination of poor
behaviors was associated with caries 1.99 times (95% CI: 1.20-3.30). Whilst,
children who brushed their teeth at the inappropriate time or had sweet
consumption more often, had risk of getting caries of 1.75 times (1.06-2.87) and
1.27 times (95% CI: 0.53-3.02) respectively. The role of community is as
important as the government?s, in implementing health promotion and preventive
programmes for shaping good oral health behaviors, in order to decrease dental
caries incidence in children.;Dental caries is a global public health problem and most prevalent oral disease.
Oral hygiene and sweet consumption are acknowledged as dental caries causes,
among others. The study purpose is to determine the magnitude of association
between dental caries and oral health care behavior. The study design was crosssectional
using Riskesdas 2013 data. Sample size was 5,496 children of 12 yearsold.
Result: The dental caries prevalence was 50.4%. Compared to those with
good both oral health care behaviors, children with a combination of poor
behaviors was associated with caries 1.99 times (95% CI: 1.20-3.30). Whilst,
children who brushed their teeth at the inappropriate time or had sweet
consumption more often, had risk of getting caries of 1.75 times (1.06-2.87) and
1.27 times (95% CI: 0.53-3.02) respectively. The role of community is as
important as the government?s, in implementing health promotion and preventive
programmes for shaping good oral health behaviors, in order to decrease dental
caries incidence in children., Dental caries is a global public health problem and most prevalent oral disease.
Oral hygiene and sweet consumption are acknowledged as dental caries causes,
among others. The study purpose is to determine the magnitude of association
between dental caries and oral health care behavior. The study design was crosssectional
using Riskesdas 2013 data. Sample size was 5,496 children of 12 yearsold.
Result: The dental caries prevalence was 50.4%. Compared to those with
good both oral health care behaviors, children with a combination of poor
behaviors was associated with caries 1.99 times (95% CI: 1.20-3.30). Whilst,
children who brushed their teeth at the inappropriate time or had sweet
consumption more often, had risk of getting caries of 1.75 times (1.06-2.87) and
1.27 times (95% CI: 0.53-3.02) respectively. The role of community is as
important as the government’s, in implementing health promotion and preventive
programmes for shaping good oral health behaviors, in order to decrease dental
caries incidence in children.]"
2015
T43259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>