Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Aprilia Permata Kusumah
Abstrak :
Temper tantrum adalah hal yang umum ditemukan pada toddler, namun dapat dikatakan abnormal jika durasi, frekuensi, dan/atau intensitasnya berlebihan atau disertai dengan mood negatif yang menetap di antara periode tantrum. Tantrum abnormal dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku pada anak, distress bagi orangtua, dan kualitas interaksi orangtua-anak yang buruk, yang bertahan hingga dewasa jika tidak diintervensi sejak dini. Salah satu populasi yang rentan menunjukkan tantrum abnormal adalah toddler dengan keterlambatan bicara. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, diketahui bahwa Parent-Child Interaction Therapy PCIT merupakan intervensi yang terbukti efektif mengatasi berbagai perilaku disruptif-termasuk tantrum-pada anak. Oleh karena itu, penelitian single-subject ini menerapkan intervensi dengan prinsip-prinsip PCIT pada seorang toddler dengan keterlambatan bicara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas intervensi tersebut dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum pada partisipan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang diterapkan berhasil menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum partisipan sebesar 50 , hingga tergolong ke dalam rentang normal berdasarkan observasi harian ibu . Dilihat dari hasil pengukuran Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III dan Eyberg Child Behavior Inventory yang dilakukan berkala, intervensi juga menurunkan kemunculan berbagai perilaku disruptif lainnya pada partisipan dan meningkatkan kualitas interaksinya dengan ibu. ......Temper tantrums are common among toddler, but could be categorized as abnormal if they are excessive in duration, frequency, and or intensity, or presented with persistent negative mood between episodes. Abnormal tantrum may cause many behavior problems in a child, distress for parents, and low quality of parent child interaction, which could last until adulthood if there is no early intervention introduced. One of many populations with high risk of abnormal tantrum is toddler with speech delay. Based on previous studies, Parent Child Interaction Therapy PCIT was found as an effective intervention to overcome many disruptive behaviors mdash including tantrum mdash in children. Therefore, this single subject study applied an intervention with PCIT principles to a toddler with speech delay. The purpose of this study is to examine the effectiveness of said intervention in reducing frequency and duration of tantrum behavior in participant. This study shows that the intervention applied had succeeded in reducing 50 of participant's frequency and duration of tantrum behavior, so that they are within normal range based on her mother's daily observation. Based on repeated measures of Dyadic Parent Child Interaction Coding System III and Eyberg Child Behavior Inventory, the intervention also resulted in decreased other disruptive behaviors in participant and increased interaction quality of her and her mother.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mella Yusthiani
Abstrak :
Perilaku disruptif seperti berteriak-teriak, berperilaku agresif, kasar, melawan, dan merajuk merupakan perilaku-perilaku yang sering tampak pada anak yang mengalami ketidakmampuan intelektual (ID). Kemunculan perilaku disruptif ini semakin diperkuat oleh adanya faktor lingkungan, salah satunya adalah pola asuh yang mencakup interaksi antara anak dengan orangtua dan penerapan disiplin yang efektif terhadap anak. Perilaku disruptif memiliki efek buruk yang signifikan pada kondisi kesejahteraan hidup individu itu sendiri maupun orang lain. Apabila tidak segera ditangani, perilaku ini dapat berkembang menjadi semakin sulit ditangani, terutama pada masa remaja. Oleh karena itu, perilaku ini sebaiknya segera ditangani sejak usia dini. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi perilaku disruptif, penerapan intervensi Parent Child Interaction Therapy (PCIT) dinilai efektif untuk menurunkan perilaku disruptif pada anak, meskipun penelitian yang berfokus pada anak dengan ketidakmampuan intelektual jumlahnya masih terbatas. Pada penelitian ini, prinsip-prinsip Parent Child Interaction Therapy (PCIT) digunakan untuk mengurangi perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang. Melalui pengukuran yang dilakukan menggunakan instrumen The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) dan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan PCIT berhasil menurunkan perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang.
Disruptive behavior such as yelling, aggressive behavior, rough behavior, fighting, and sulking are behaviors that are commonly seen in children with intellectual disability (ID). The emergence of these behavior reinforced by the presence of environmental factors, such as parenting style that includes the interaction between children and parents and the implementation of effective discipline towards children. Disruptive behavior have a significant effect to the condition of individuals wellbeing. If this condition leave not treated, these behaviors might be worse and difficult to handle, especially in adolescence. Therefore, this behavior should be treated at an early age. According to some studies that have been done to address disruptive behavior, the implementation of Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is considered effective to reduce disruptive behavior in children, although number of research which focuses on children with intellectual disability are limited. In this study, Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is used to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability. Through measurements using The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) and Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), the results shows that the application of PCIT managed to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library