Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sita Rose Nandiasa
"ABSTRAK
Latar Belakang: Dalam bidang forensik, pengukuran radiografis gigi belum banyak diteliti. Perlu dikembangkan metode pengukuran yang sederhana yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan identifikasi personal.
Tujuan: Menganalisis keakurasian pengukuran gigi untuk identifikasi personal.
Metode: Perbandingan pengukuran tujuh titik anatomis pada premolar kedua dan molar pertama rahang bawah dengan perangkat lunak radiografis digital dan manual.
Hasil dan Kesimpulan: Didapatkan tujuh titik anatomis acuan yang reliabel dan metode pengukuran gigi yang akurat untuk kepentingan identifikasi personal.

ABSTRACT
Background: In forensic field, research about tooth measurement is still limited. Simple measurement method needs to be developed for personal identification puspose.
Aim: To analyze the accuracy of tooth measurement for personal identification.
Methods: Measurement comparation of seven reference points on ,mandibular second premolar and first molar using digital radiography software and manual.
Result and Summary: Reliable seven reference points and accurate tooth measurement method have been developed for personal identification purpose.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antolis, Maureen
"Toleransi perubahan angulasi vertikal pada radiografi gigi insisif rahang atas (studi in vitro). Tingkat distorsi vertikal yang cukup besar pada radiograf periapikal gigi anterior rahang atas serta penggunaan lebar singulum sebagai acuan evaluasi distorsi vertikal radiograf gigi anterior.
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan sudut vertikal yang masih dapat ditoleransi pada radiograf periapikal gigi insisif rahang atas.
Metode: Pada 30 gigi insisif rahang atas, dilakukan pembuatan radiograf periapikal sudut vertikal 0° sebagai acuan standar, selanjutnya dilakukan perubahan sudut vertikal -10°, +10°, -15°, +15°, -20°, dan +20°. Sumbu panjang gigi diatur posisinya supaya sejajar film pada saat dilakukan paparan sinar-X. Kemudian panjang gigi dan lebar singulum pada radiograf dengan perubahan sudut vertikal diukur dan dibandingkan dengan kondisi sebenarnya. Seluruh hasil pengukuran diuji secara statistik dengan menjadi uji T.
Hasil: Perbedaan antara panjang gigi klinis dengan panjang gigi radiografik pada seluruh perubahan sudut vertikal terbukti tidak signifikan (p>0.05), sedangkan perubahan lebar singulum signifikan pada sudut +15° dan -10° (p<0.05).
Simpulan: Panjang gigi pada radiograf periapikal gigi insisif rahang atas yang diposisikan sejajar dengan film radiograf masih dapat ditoleransi sampai dengan perubahan sudut vertikal sebesar 20º. Lebar singulum menyempit secara signifikan pada radiograf yang mengalami perubahan sudut +15º dan melebar secara signifikan pada radiograf yang mengalami perubahan sudut -10º.

The prevalence of vertical distortion in the periapical radiograph of the anterior maxillary teeth is quite significant and cingulum is commonly used as the reference of vertical distortion in anterior radiograph.
Objective: To evaluate the limit of vertical angulation error that still can be tolerated.
Methods: Periapical radiograph with vertical angle 0° was obtained from 30 maxillary incisors as reference, then the vertical angulation was changed into -10°, +10°, -15°, +15°, -20° and +20°. Long axis of the teeth was adjusted parallel to the film. Tooth length and cingulum width with vertical angulation alteration was measured and compared to the actual length. All of the measurement was tested using T test.
Results: There were no significant differences between all the measurements of tooth length with the alteration in vertical angulation (p>0.05), whereas cingulum width had a significant difference at +15° and -10°, p<0.05.
Conclusion: Tooth length in periapical radiograph of maxillary incisor with parallel position is still tolerable until 20º vertical angle errors. Cingulum width on radiograph with +15º vertical angle alteration is significantly narrowed and on radiograph with -10° vertical angle alteration is significantly widened.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Devi Puspita
"Latar Belakang: Gambaran dua dimensi radiograf konvensional seringkali menyebabkan tidak tervisualisasinya saluran akar. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan perawatan endodontik akibat saluran akar yang tidak dirawat dengan baik.
Tujuan: Mengetahui besar perubahan sudut horizontal yang ideal dalam menentukan saluran akar bukal dan palatal gigi premolar satu maksila dan molar satu mandibula.
Metode:15 gigi premolar satu maksila dan 15 gigi molar satu mandibula yang telah diekstraksi dilakukan preparasi akses, pengisian saluran akar, dan ditanam dalam model dental. Kemudian dilakukan pembuatan radiograf dengan sudut horizontal 0º, 10º, 15º, 20º, 25º, dan 30º mesial dan distal. Jumlah saluran akar yang terlihat dievaluasi oleh dua pengamat di waktu berbeda.
Hasil: Sebanyak 46.7%-100% sampel gigi premolar satu maksila menunjukkan saluran akar bukal dan palatal terpisah pada angulasi mesial maupun distal. Secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan antara sudut distal dan mesial (p>0.05). Sebanyak 93.3%-100% sampel gigi molar satu mandibula menunjukkan saluran akar bukal dan palatal terpisah pada angulasi distal. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan antara sudut distal dan mesial (p<0.05).
Kesimpulan: Perubahan sudut horizontal minimal dalam menentukan lokasi saluran akar bukal dan palatal gigi premolar satu maksila minimal sebesar 10º mesial maupun distal dan molar satu mandibula minimal sebesar 10º distal.

Background: Conventional two-dimensional radiographs often cause the root canal to be not visualized. This can lead to failure in endodontic treatment due to improperly treated root canals.
Objective: To determine the ideal horizontal angle shift in determining superimposed canals in maxillary first premolars and mandibular first molars.
Methods: 15 maxillary first premolars and 15 mandibular first molars that had been extracted were prepared for access and root canal filling then mounted in the dental model. Radiographs were made with horizontal angles of 0º, 10º, 15º, 20º, 25º, and 30º mesial and distal. The number of visible root canals were evaluated by two observers at separate times.
Results: Percentage of canal separation in maxillary first premolar is 46.7%-100% at mesial and distal angulations. There is no significant difference between distal and mesial angulations (p>0.05). Percentage of canal separation in mandibular first molar is 93.3%-100% at distal angulation while at mesial angulation is 26.7%-73.3%. There is a significant difference between the distal and mesial angulations (p<0.05).
Conclusion: The minimum horizontal angle shift in determining the location of buccal and palatal root canals of maxillary first premolars at least 10º mesial and distal and mandibular first molar at least 10º distal.
"
2021: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library