Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Arisanti
Abstrak :
Semakin bertambahnya usia, fungsi tubuh manusia mengalami penurunan. Diabetes mellitus termasuk kedalam 10 penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia dan menjadi penyebab kematian terbanyak. Diabetes merupakan gangguan pada sistem endokrin yang terjadi di pancreas. Terganggunya hormone insulin yang mengakibatkan tingginya kadar glukosa dalam darah. Komplikasi diabetes yang sering terjadi adalah neuripati perifer yang dapat menyebabkan penurunan sensitivitas kaki. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Nenek L yang berusia 64 tahun dengan masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif melalui penerapan foot massage. Hasil intervensi yang dilakukan lima kali dalam waktu tiga minggu dengan jarak tiga hari pada tiap intervensi didapatkan adanya peningkatan sensitivitas kaki yang di evaluasi menggunakan monofilament test 10g. ......With increasing age, the function of the human body decreases. Diabetes mellitus is included in the 10 most common diseases suffered by the elderly and is the most common cause of death. Diabetes is a disorder of the endocrine system that occurs in the pancreas. Disruption of the hormone insulin which results in high levels of glucose in the blood. The most common complication of diabetes is peripheral neuropathy, which can cause decreased foot sensitivity. This scientific work aims to analyze nursing care for Grandma L who is 64 years old with ineffective peripheral perfusion nursing problems through the application of foot massage. The results of the intervention carried out five times within three weeks with a distance of three days in each intervention showed an increase in foot sensitivity which was evaluated using the 10g monofilament test.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlun Bukayer
Abstrak :
Pasien KPKBSK mengalami progresifitas penyakit 8-12 minggu setelah pemberian kemoterapi lini kedua sehingga pemberian kemoterapi lini kedua dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien. Dosetaksel dapat digunakan sebagai kemoterapi lini kedua pada pasien yang mengalami perburukan setelah kemoterapi lini pertama. Namun penelitian pemberian dosetaksel sebagai kemoterapi lini kedua belum ada di Indonesia. Sampai saat ini, kami belum mendapatkan data mengenai efikasi dosetaksel seperti ketahanan hidup toksistitas pada orang Indonesia. Objektif : Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai ketahanan hidup pasien KPKBSK yang diberikan dosetaksel sebagai kemoterapi lini kedua di RS Persahabatan. Metode : Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Kami mengumpulkan catatan rekam medis pasien yang mendapatkan dosetaksel sebagai kemoterapi lini kedua di RS Persahabatan sejak bulan Januari 2011 hingga Februari 2014. Kami melakukan kunjungan rumah atau komunikasi via telepon apabila informasi dalam rekam medis tidak lengkap. Kami melakukan analisis Kaplan-Meier dan uji Log Rank untuk menilai faktor yang mempunyai korelasi terhadap ketahanan hidup pasien. Hasil : Subjek terbanyak yang dijumpai adalah laki-laki (72,7%) dengan kelompok usia >50 tahun sebanyak (79,5%) serta rerata usia 57,00±SD 10,00 dengan rentang 30?74 tahun. Angka tahan hidup 1 tahun yang kami temukan adalah 70,5% dengan masa tengah tahan hidup16,18 bulan. Toksisitas hematologi anemia grade 1 sebanyak (40,9%), anemia grade 2 sebanyak (2,3%), anemia grade 3 sebanyak (2,3%). Toksisitas hematologi leukopenia grade 1 sebanyak (4,5%) dan leukosit grade 1 sebanyak (2,3%) serta toksisitas hematologi neutropenia grade 1 sebanyak (2,3%). Toksisitas nonhematologi yang ditemukan adalah mual-muntah (84,1%), mialgia (90,9%) serta neuropati (97,7%). Tampilan status dan modalitas selain kemoterapi merupakan faktor prognostik yang baik. Berdasarkan uji Cox Regression, tampilan status berperan dalam ketahanan hidup Exp(B) 0,109(95%CI 0,015-0,816; p= 0,031). Kesimpulan : Dosetaksel dapat digunakan sebagai kemoterapi lini kedua karena ketahanan hidup yang didapatkan cukup baik dengan toksisitas ringan. Tampilan status dan pemberian modalitas terapi lain merupakan faktor prognostik yang baik. ......Since NSCLC patients had disease progression after 8-12 weeks after first line chemotherapy so that second line chemotherapy could be applied to prolong survival. Docetaxel could be applied for NSCLC patient who had disease progression. However, research on Docetaxel application as second line chemotherapy had not yet conducted in Indonesia. So far, we had not data on docetaxel efficacy such as its survival rate and its toxicity on Indonesian subjects. Purpose : The objective of the study to evaluate the survival rate of docetaxel as second line chemotherapy for NSCLC patients in Persahabatan Hospital. Methode : This study used the cohort retrospective method. We collected the data from medical records of NSCLC patients who had docetaxel as second line chemotherapy in Persabatan Hospital, within Januari 2011 until February 2014. If the medical record didn?t give the information that was needed, we did the phone callor home visit. The Kaplan-Meier analysis was done and continued with Log Rank test to evaluate factors that correlate with patients survival rate. Result : Subjects in this study were mostly male (72,7%) with predominant age group of over 50 years old (79,5%) and mean age were 57,00±SD 10,00 within range 30?74 years old. Predominant histopathologic type of NSCLC was adenocarcinoma(91%). This study found that 1-year survival rate of patients after docetaxel chemotherapy was 70,5% amd median survival time of 16,18 month. hematological toxicity found were anemia grade 1 (40,9%), grade (2,3%), grade 3 (2,3%), also leucopenia grade 1 (4,5%) grade 2 (2,3%) and neutropenia grade 1 (2,3%). Nonhematological toxicity found were nausea (84,1%), myalgia (90,9%) and neuropathy (97,7%). We found that performance status and additional treatment modality were good prognostic factors on bivariate analysis. Furthermore, only performance status was found as prognostic factors on Cox Regression Exp(B) 0,109 (95%CI 0,015-0,816; p= 0,031). Conclusion : Docetaxel could be applied as second line chemotherapy since its survival rate was good while its toxicity found was mild. Performance status and additional treatment modality were good prognostic factor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lauhil Mahfudz
Abstrak :
Latar belakang: Peripheral artery disease (PAD) merupakan penyakit yang menyerang arteri selain pembuluh darah otak dan jantung, dimana penyebab paling sering adalah proses aterosklerosis. Diperlukan tatalaksana yang bersifat komprehensif untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas. Diagnosis dini dengan pemeriksaan perfusi distal menentukan prognosis pasien setelah dilakukan tindakan baik konservatif atau endovaskular. Metode: Desain yang digunakan adalah desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia selama Februari –Mei 2020. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat yaitu uji hipotesis analitik korelatif kategorik-numerik untuk melihat outcome berupa hasil ABI, AP, dan penyembuhan luka terhadap tindakan PTA dan terapi konservatif. Analisis menggunakan uji Mann Whitney dan Chi Square. Pengujian dilakukan dengan menggunakan piranti lunak SPSS version 20 for Windows. Hasil : Dari penelitian ini didapatkan sebanyak masing-masing 28 subjek yang menjalani PTA dan konservatif. Fakor risiko yang paling adalah DM tipe II yaitu 11 subjek (39,3%) pada kelompok PTA dan 12 subjek (42,9%) pada kelompok konservatif. Sebanyak 24 subjek (85,7%) kelompok PTA memiliki penyembuhan luka baik dan 4 subjek (14,3%) memiliki penyembuhan luka tidak baik. Sebanyak 13 subjek (46,4%) pada kelompok konservatif memiliki penyembuhan luka baik dan 15 subjek (53,6%) memiliki penyembuhan luka tidak baik. Terdapat peningkatan proporsi nilai ABI sebelum dan sesudah tindakan dengan delta ABI 0,09 ± 0,178. Terdapat peningkatan proporsi nilai AP sebelum dan sesudah tindakan dengan delta AP8,95 ± 12.183. Tidak terdapat hubungan bermakna antara perubahan nilai ABI (p=0,878) dan AP (p=0,420) dengan tindakan. Terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan pada subjek dengan penyembuhan luka (p=0,002) Kesimpulan: Terdapat peningkatan proporsi nilai AP dan ABI pada kelompok PTA. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara perfusi distal (nilai ABI dan nilai AP) dengan tindakan PTA dan konservatif (p=0,878 dan p=0,420). Terdapay hubungan yang signifikan secara statistik antara penyembuhan luka dengan tindakan PTA dan konservatif (p=0,002) ......Background: Peripheral artery disease (PAD) is a disease that attacks arteries except blood vessels of cerebral and heart. Atherosclerosis is the most frequent cause. Comprehensive management is needed to reduce mortality and morbidity. Early diagnosis by distal perfusion examination determines patient's prognosis after either conservative or endovascular measures. Methods: A cross sectional study, research subject were PAD with ulcers patients CMGH where the data were collected from medical record CMGH during Februari-Mei 2020. Statistical analysis with a categorical-numerical correlative analytic to see corelate ABI, AP, and wound healing with PTA. Analysis using the Mann Whitney and Chi Square test. The test was carried out using SPSS version 20 for Windows software. Results: There were 28 subjects each PTA’s group and conservative’s group. The most risk factors were type II DM; 11 subjects (39.3%) in the PTA’s group and 12 subjects (42.9%) in the conservatives’s group. There were 24 subjects (85.7%) of the PTA’s group had good wound healing and 4 subjects (14.3%) had poor wound healing. There were 13 subjects (46.4%) in the conservative’s group had good wound healing and 15 subjects (53.6%) had poor wound healing. There was an increase in proportion of ABI before and after therapy with an ABI delta of 0.09 ± 0.178. There was an increase in proportion of AP before and after therapy with delta AP of 8,95 ± 12,183. There was no significant relationship between changes in the ABI (p = 0.878) and AP (p = 0.420) with therapy. There was a significant relationship between therapy with wound healing (p = 0.002) Conclusion: There was an increase the proportion of AP and ABI in the PTA group. There was no statistically significant relationship between distal perfusion (ABI and AP) with PTA and conservative therapy (p = 0.878 and p = 0.420). There was statistically significant relationship between wound healing with PTA and conservative (p = 0.002)
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Roslan Abdul Gani
Abstrak :
Dugaan penyakit jantung secara klinis dapat diketahui salah satunya dengan mengamati fungsi otot jantung ventrikel kiri dengan teknik kardiologi nuklir. Dengan metode ini, penyumbatan pembuluh darah koroner ditentukan untuk mengetahui kondisi fungsi otot jantung penyebab iskemik atau infark. Dalam penelitian ini dievaluasi fungsi otot jantung berdasarkan hasil prosentase perfusi, total skor perfusi dan fraksi ejeksi. Subjek yang dipilih adalah 31 pasien yang menjalani pemeriksaan MPI di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, menggunakan radiofarmaka 99mTc-sestamibi. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera gamma SPECT dual head yang dilengkapi dengan program QPS/QGS. Akuisisi data dilakukan dengan kondisi pasien pada saat stres dan istirahat. Dari hasil evaluasi data menggunakan statistik metode Pearson dan Spearman, diperoleh untuk semua segmen menunjukan korelasi kuat-positif. Berdasarkan data nilai prosentase perfusi pada kondisi stres dan istirahat, diperoleh hasil 8 orang normal dan diperkirakan 11 orang telah mengalami iskemia parsial, 8 orang iskemia total dan 4 orang infark parsial. ...... Suspicion on heart disease can be confirmed by observing the function of the left ventricle heart muscle with nuclear cardiology techniques. In this method, blockage of coronary arteries is determined by finding out the condition of heart muscle function causing ischemia or infarction. In this study, cardiac muscle function was evaluated based on the percentage of perfusion, total score of perfusion and ejection fraction. Subjects of thirty-one patients undergoing the MPI examination on Gatot Soebroto Jakarta Hospital using 99mTc-sestamibi radiopharmaceutical were chosen as samples. The examination was carried out with dual head SPECT equipped with QPS/QGS program. Data acquisitions were performed under patient's stress and rest conditions. Evaluation of the data using statistical methods of Pearson and Spearman was performed to all segments, indicating a strong correlation. As a result 11 subjects suspected for having partial ischemia, 8 subjects for total ischemia, 4 subjects for partial infarction, while the remainder 8 subjects normal.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachellya Volvo
Abstrak :
ABSTRAK
Tingginya tingkat ketergantungan lansia disebabkan karena semakin meningkatnya usia baik jantung maupun pembuluh darah mengalami perubahan struktural dan fisiologis, perubahan tersebut terjadi lambat dan terus menerus tanpa disadari sehingga berisiko mengalami gangguan perfusi jaringan perifer. Penulis melakukan intervensi keperawatan dikombinasikan dengan tindakan komplementer refleksologi kaki pada lansia sebanyak 20 kali selama 25 - 40 menit. Bertujuan sebagai teknik relaksasi dengan meningkatan aliran darah dan nutrisi kaya oksigen ke sel, menurunkan angka kesakitan akibat iskemia jaringan distal yang bila memburuk dapat berakibat terjadinya ganggren semakin memberat berisiko amputasi. Sehingga meningkatnya angka disability dan mortality lansia yang kemudian menurunkan kualitas hidup lansia sebelum akhir hayatnya.
ABSTRACT
The high level of elderly dependence is due to the increasing age of both the heart and blood vessels undergoing structural and physiological changes, such changes occur slowly and continuously unnoticed thereby at risk of peripheral tissue perfusion disorders. The authors performed nursing interventions combined with complementary reflexology measures of the foot on the elderly as much as 20 times for 25 40 minutes. Aimed as a relaxation technique with increased blood flow and oxygen rich nutrients to cells, decreasing morbidity due to distal tissue ischemia which, when worsened, can result in gangrene becoming more and more potent at risk of amputation. So the increasing rate of disability and mortality elderly which then degrade the quality of life of the elderly before the end of their life.
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elrica Sapphira
Abstrak :
Latar Belakang: Indocyanine green (ICG) telah banyak digunakan dalam prosedur rekonstruksi, salah satu penggunaanya adalah untuk menentukan ukuran flap dengan memanfaatkan fluoresens ICG yang menandai hotspot. Dalam penelitian ini, penulis menyoroti ICG untuk evaluasi perfusi flap, di mana membutuhkan beberapa kali penggunaan ICG. Akan tetapi, penggunaan ICG dengan konsentrasi standar untuk berkali suntikan mungkin mahal, oleh karena itu studi akan meneliti tentang konsentrasi ICG yang berbeda, yang dapat berguna untuk mengurangi biaya. Metode: Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan pada 25 ekor tikus Wistar. Subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok, dibedakan berdasarkan konsentrasi ICG yang disuntikkan; 1) larutan ICG standar (konsentrasi 100%); 2) 75% larutan standar; 3) 50% larutan standar; 4) 25% larutan standar, dan 5) 10% larutan standar. Flap abdomen pada tikus dielevasi dan vitalitasnya dievaluasi. Kemudian subjek akan disuntikkan larutan ICG dalam berbagai konsentrasi dan dinilai dengan menggunakan kamera dekat inframerah. Studi ini dilakukan sesuai dengan standar etik dan telah disetujui oleh komisi etik hewan di institusi kami. Analisis data menggunakan SPSS versi 20.0. Hasil: Para penilai tidak mengetahui intervensi yang diberikan pada saat mengulas video dari fluoresens ICG. Penilai pertama menemukan bahwa 1 fluoresens pada kelompok larutan dengan konsentrasi 25% tidak memberikan gambaran fluoresens yang adekuat, dan penilai kedua menilai seluruh gambaran fluoresens ICG adekuat. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok yang didapatkan dari hasil penghitungan ANOVA 1 arah (F = 1.00, p = 0.431). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa berbagai konsentrasi ICG yang diteliti dapat memberikan gambaran flap dalam keadaan vital. Kami menemukan dengan menggunakan konsentrasi serendah 10% dari larutan standar dapat memberikan gambaran fluoresens yang adekuat. Studi ini menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk penggunaan ICG lebih lanjut dalam praktik sehari-hari dengan biaya yang lebih rendah. Kata kunci: indocyanine green, ICG, fluoresens, perfusi flap, tikus, pengenceran
Background: Indocyanine green (ICG) has been used in many reconstructive procedures, one of them is for determining flap size by utilizing fluorescence of ICG marking the hotspot. In this study, author highlights the use of ICG for flaps with perfusion issues, at which the ICG is used in sequences. The use of the standard concentration for multiple injections, however, might be costly, therefore study on different concentrations might be useful to reduce the cost. Methods: This was an experimental study on 25 Wistar rats. Subjects were divided into 5 groups based on the concentrations of injected ICG; 1) Standard ICG solution (100% concentration); 2) 75% of standard solution; 3) 50% of standard solution; 4) 25% of standard solution, and 5) 10% of standard solution. The epigastric flap was raised and evaluated for its vitality. Then, subjects were injected using various concentrations of ICG and the perfusion of the flap was evaluated using modified Near Infrared Camera (NIR) system. The study was conducted in accordance with the ethical standards and approved by our institutional animal research ethics board. Data analysis was performed by using SPPS version 20.0. Results: Appointed assessors were blinded from the intervention given reviewed the videos of ICG fluorescence. The first assessor evaluated that 1 the ICG fluorescence in the 25% concentration was not adequate for depicting vital flap while the second assessor evaluated all ICG fluorescence was adequate. There was not a statistically significant difference between groups as demonstrated by one-way ANOVA (F = 1.00, p = 0.431). Conclusions: This study concluded that using various concentrations of ICG provided adequate fluorescence to depict vital flap. We found that as low as 10% concentration of standard ICG solution was able to depict adequate fluorescence. This study shows promising results for further usage of ICG in daily practice at a lower cost. Keywords: indocyanine green, ICG, fluorescence, flap perfusion, rats, dilution
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Indriani
Abstrak :
Latar Belakang: Statin (3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A reductase inhibitors) melalui efek pleiotrofiknya telah terbukti menurunkan angka kejadian kardiovaskular mayor (KKM) setelah intervensi perkutan pada pasien angina pektoris stabil maupun pasien sindroma koroner akut. Namun masih banyak perdebatan mengenai manfaat statin segera sebelum dilakukan intervensi perkutan primer (IKPP) pada pasien IMA-EST. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi akut atorvastatin dosis tinggi (80 mg) dan plasebo sebelum IKPP terhadap perfusi mikrovaskular pada pasien IMA-EST yang dinilai dengan teknik IRM (indeks resistensi mikrovaskular). IRM merupakan pemeriksaan mikrovaskular yang spesifik dan bersifat kuantitatif, dapat memberikan nilai prognostik dan prediktor perbaikan fungsi ventrikel kiri setelah dilakukannya IKPP. Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental acak yang tersamar ganda. Diberikan atorvastatin dosis 80 mg atau plasebo. Sampel diambil secara consecutive dari populasi terjangkau IMA-EST yang menjalani IKPP dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Reperfusi miokardium dinilai dengan parameter IRM dengan menggunakan kawat dengan sensor tekanan dan suhu setelah IKPP selesai dilakukan. Hasil Penelitian: Terdapat 66 sampel yang terbagi dalam 2 kelompok yakni 32 orang mendapatkan atorvastatin 80 mg dan 34 orang mendapatkan plasebo. Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada kelompok yang mendapatkan atorvastatin 80 mg dan plasebo dalam hal parameter fractional flow reserve (FFR) (0.94 vs. 0.96, p = 0.39), coronary flow reserve (CFR) (1.1 vs. 1.2, p = 0.09) dan IRM (41.54 [12.8-198.2] vs. 41.60 [10.4 ? 200.3], p = 0.61). Kesimpulan: Pemberian terapi atorvastatin dosis tinggi 80 mg sebelum tindakan IKPP pada pasien IMA-EST tidak memberikan pengaruh terhadap perfusi mikrovaskular yang dinilai dengan parameter IMR. ......Background: Statin (3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A reductase inhibitors), given before percutaneous coronary intervention (PCI) was proven to reduce Major Cardiovascular Events (MACE) in patient with stable angina as well as acute coronary syndromes through its pleiotropic effect. Nevertheless, the debate regarding statin administration before primary PCI (PPCI) in STEMI patients is still on the rise. Objective: To establish therapeutic effect of high dose atorvastatin (80 mg) and placebo before primary PCI on microvascular perfusion in STEMI patient using index of microcirculatory resistance (IMR). IMR are specific and quantitative assessment of coronary microvascular dysfunction, reliable on-site predictors of short-term myocardial viability and left ventricle functional recovery of patients undergoing primary PCI for STEMI. Methods: This study is a double blind randomized controlled trial. A high loading dose of atorvastatin (80 mg) or placebo was administered before PPCI. Samples were taken from the population of STEMI patients which underwent PPCI and meet the inclusion and exclusion criteria. The primary end point of this study is IMR. After successful primary percutaneous coronary intervention, IMR was measured using a pressure-temperature sensor-tipped coronary guidewire. Result: Total of 66 patients was divided into 2 groups, atorvastatin group (32 patients) and placebo group (34 patients). There were no significant differences between both groups in regard of fractional flow reserve (FFR) (0.94 vs. 0.96, p = 0.39), coronary flow reserve (CFR) (1.1 vs. 1.2, p = 0.09) and also IMR (41.54 [12.8-198.2] vs. 41.60 [10.4 ? 200.3], p = 0.61). Conclusion: Administration of high loading dose of atorvastatin (80 mg) before primary PCI in STEMI patients didn?t have effect on microvascular perfusion measured by index of microcirculatory resistance.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhaliza Negarani
Abstrak :
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan integritas kulit dengan erosi jaringan subkutan di bawahnya. Ulkus terjadi akibat adanya gangguan mikrovaskular dari saraf pada penderita diabetes melitus. Ulkus yang tidak kunjung sembuh dipengaruhi karena vaskularisasi yang buruk. Salah satunya dikarenakan penyakit arteri perifer seperti aortoiliac disease. Asuhan keperawatan perioperatif yang diberikan pada pasien aortoiliac disease bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan perifer atau kecukupan aliran darah melalui pembuluh kecil di ujung kaki dan tangan untuk mempertahankan fungsi jaringan. Melalui tindakan latihan kaki diabetes pada pasien pre maupun post thromboendarterectomy artery dapat meningkatkan sirkulasi sehingga perbaikan luka menjadi lebih baik. ......Diabetic ulcers are damage to the integrity of the skin with erosion of the underlying subcutaneous tissue. Ulcers occur due to microvascular disorders of the nerves in people with diabetes mellitus. Ulcers that do not heal are affected due to poor vascularization. One of them is due to peripheral artery disease such as aortoiliac disease. Perioperative nursing care given to patients with aortoiliac disease aims to maintain peripheral tissue perfusion or adequate blood flow through the small vessels at the ends of the feet and hands to maintain tissue function. Through the action of diabetic foot exercises in patients pre and post thromboendarterectomy arteries can increase circulation so that wound repair becomes better.
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Citra Anggestia
Abstrak :
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang menyerang secara spesifik sel limfosit tubuh dan menyebabkan kondisi imunodefisiensi pada individu yang terinfeksi. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV dimana terjadi kondisi imunodefisiensi yang menyebabkan mudah terjadinya infeksi lain atau disebut sebagai infeksi oportunistik. Toksoplasma ensefalitis merupakan salah satu infeksi oportunistik yang disebabkan oleh protozoa T. Gondii dan sering terjadi pada individu dengan AIDS. Proses infeksi dari toksoplasma ensefalitis dapat menyebabkan terjadinya edema vasogenik akibat dari peningkatan permeabilitas blood-brain barrier yang dapat menekan jaringan serebral dan meningkatkan tekanan intrakranial. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir Ners ini untuk menganalisis penerapan pemberian asuhan keperawatan generalis untuk mengatasi masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif dengan manajemen tekanan intrakranial, nyeri akut dengan manajemen nyeri dan nausea dengan manajemen mual. Penilaian tanda peningkatan tekanan intrakranial menggunakan monitoring hemodinamik dan respon pupil, penilaian skala nyeri dengan menggunakan numeric rating scale (NRS), dan penilaian respon mual menggunakan index of nausea, vomiting and retching(IVNR). Hasil dari karya ilmiah ini menunjukkan tidak terjadinya peningkatan tekanan intrakranial, penurunan skala nyeri, dan penurunan respon mual. Penerapan manajemen tekanan intrakranial, nyeri akut, dan mual dapat diadaptasi sebagai salah satu intervensi keperawatan pada kasus AIDS dengan toksoplasma ensefalitis. ......Human immunodeficiency virus (HIV) is a virus that specifically attacks the body's lymphocyte cells and causes immunodeficiency conditions in infected individuals. AIDS is the final stage of HIV infection where there is an immunodeficiency condition that makes it easy for other infections to occur or is referred to as an opportunistic infection. Toxoplasma encephalitis is one of the opportunistic infections caused by the protozoan T. gondii and often occurs in individuals with AIDS. The infectious process of Toxoplasma encephalitis can cause vasogenic edema due to increased blood-brain barrier permeability which can suppress cerebral tissue and increase intracranial pressure. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to analyse the application of general nursing care to overcome the risks of ineffective cerebral perfusion with intracranial pressure management, acute pain with pain management and nausea with nausea management. Assessment of signs of increased intracranial pressure using hemodynamic monitoring and pupillary response, assessment of pain scale using numeric rating scale (NRS), and assessment of nausea response using nausea, vomiting and vomiting index (IVNR). The results of this scientific work showed no increase in intracranial pressure, decrease in pain scale, and decrease in nausea response. The application of management of intracranial pressure, acute pain, and can be adapted as one of the intervention interventions in AIDS cases with toxoplasma encephalitis.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library