Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daryono Soebagiyo
Abstrak :
Studi ini mencoba melihat persoalan hubungan keuangan pusat-daerah khususnya lnpres Dati I terhadap perkembangan perekonomian daerah di Indonesia.Hipotesis yang diketengahkan disini adalah bahwa pengeluaran pemerintah daerah dalam mempegaruhi alokasi kebijaksanaan Inpres secara keseluruhan, dan dampok kebijaksanaan alokasi dana pusat-daera hkhusunyanya lnpres Dati I dapat mempengaruhi perkembangan perekonomian daerah. Konsep-konsep dasar keuangan daerah khusunsya alokasi dana pusat-daerah digunakan sebagai landasan pemikiran analitis dari studi ini. Studi ini menggunakan analisi data secara simultan dengan metode two stage least square [TSLS] di dalam menerangkan hubungan variabel-variabel ekonomi dan keuangan daerah melalui penyederhanaan masalah yang dihadapi. Dengan mengggunkan pooling data selama tahun 1981-1992 antara variabel pengeluaran pemerintah daerah deng jumlah seluruh Inpres, secara timbal-balik, bersama-sama dengan beberapa variabel instrumen pendapatan asli daerah, pendapatan per-kapita, jumlah penduduk dan variabel gangguan diperolej hasil bahwa secara timbal-balik semakin besar pengeluaran pemerintak daerah akan mengakibatkan semakin besar pula jumlah Inpres. Sementara itu secara timbal-balik analisis hubungan antara jumlah Inpres Dati I dengan perkembangan perekonomian daerah bersama-sama dengan beberapa variabel instrumen panjang jalan daerah, jumlah penduduk, pembentukan modal derah dan variabel gangguan, menunjukkan kecenderungan bahwa semakin besar Inpres Dari I akan mengakibatkan semakin besar pula perkembangan perekonomian suatu daerah. Dengan demikian studi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk kebijaksanaan pemberian alokaso dana kepada daerah.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjamsu Rahardja
Abstrak :
After the severe fall of oil price in 1986, Indonesia has consistently maintained structural adjustment policy which has successfully shift it dependence from the oil sector to the non-oil sector. This alteration was absolutely necessary due to the fact that Indonesian economic performance could never rely anymore on oil revenue, which also meant reducing the goverment role in driving the economic growth. In order to achive that goal, several macroeconomic policies such as deregulations have been conducted to give private sector more space and a bigger role in the economy. The bigger role for the private sector, the more market mechanism will take place in controlling the equilbrium process. Yet another problem raised, particularly in the regional point of view, that private sector always seek profit opportunity in areas which have large marginal revenue of product. This condition is significantly taking place in Indonesia with the Western part of Indonesia playing as an ace for private investors. This regional imbalance between the Western and Eastern part of Indonesia has not also been creating resources accumulation in the Western part but also dragging resources out from the Eastern part. This condition will eventually restrain overall economic maximization since the Eastern part: production and consumption possibility are non-optimized. This study will analyze the impact of the incerase in development expenditure ,especially infrastructure, on Eastern part's economic dynamic : growth, private investment and strucutral transformation, using a regional macroeconometric model. Other objective is to compare those dynamics under several development scenarios : growth centre scenario and underdevelopment areas scenario. Regional economic consideration has been taken place since we finally realized the fact that national oriented macroeconomic policy often fails to create the desired performance. The nobility of top down approach is faced with the prevailing facts that different regional characteristics, which used to be taken for granted, caused each region acts differently or even oppositely from what is expected to be. According to this issue, this study also addresses its analysis in comparing results from top down to bottom up policy excercise in developing Eastern part of Indonesia's economy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Wardono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawang Sri Esti Koesoemohadibroto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1973
S16339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Regional Institute of Higher Education and Development , 1976
378.009 HIG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2003
330.9598 LAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Panennungi, Maddaremmeng A.
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017
330.959 8 PAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Every form of price fixing agreementamong competitors in order to raising certain level of price, fixing or reducing level of price of goods or services is ultimately unlawfull.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liesye Wuntu
Abstrak :
Pendahuluan
Bertitik tolak dari suatu pengamatan, akhir-akhir ini aspek globalisasi seringkali menjadi sorotan, baik pemerintah maupun masyarakat, bahkan dapat dijadikan kerangka acuan dalam melakukan suatu pengkajian dan perencanaan pembangunan.

Dalam era globalisasi, hampir semua segi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara di seluruh dunia menunjukkan sifat-sifat global dalam arti memiliki persamaan dan persesuaian, serta memiliki sifat saling ketergantungan. Khususnya hal ini berlaku di bidang ekonomi, terutama pada perdagangan internasionai, karena adanya ketergantungan antarnegara di bidang perdagangan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berkaitan dengan hal ini timbul suatu pertanyaan, bagaimanakah peranan hukum dalam globalisasi ekonomi tersebut?

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, terlepas dari resesi yang dialami, pada umumnya perekonomian dunia mulai pulih kembali, dan pertumbuhan ekonomi mulai terlihat sejalan dengan berkembangnya bidang industri.

Perdagangan hasil industri, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri, atau kegiatan eksport/impor, tidak dapat dielakkan lagi. Ketergantungan antar negara akan kebutuhan primer maupun sekunder masyarakatnya, makin menonjol.

Kegiatan perdagangan basil industri tersebut tentu saja tidak dapat berdiri sendiri. Tanpa ditunjang oleh prasarana dan sarana terkait lainnya yang memadai, tentu saja kegiatan itu tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh, sarana angkutan yang merupakan unsur penting dalam kegiatan perdagangan. Kegiatan angkutan itu sendiri, di satu sisi hanya merupakan sarana penunjang dari suatu kegiatan perdagangan barang. Namun dari sisi lainnya, kegiatan angkutan tersebut merupakan suatu jenis jasa yang dapat diperdagangkan. Maka dalam kedua pengertian ini, kegiatan angkutan bukan hanya sarana penunjang perdagangan, tetapi suatu komoditi, yang dapat memasukkan devisa secara langsung karena jasa angkutan itu sendiri yang diperdagangkan.

Dengan berkembangnya bidang industri, maka semakin berkembang pula perdagangan basil industri, yang akhirnya diikuti dengan semakin berkembangnya perdagangan jasa angkutan. Sebaliknya apabila semakin menurun kegiatan perdagangan akibat lesunya perindustrian, maka akan berakibat menurun pula kegiatan jasa, termasuk perdagangan jasa angkutan.

Selain adanya hubungan timbal balik di atas, segi teknologi sangat berperan dalam penyelenggaraan angkutan. Sarana angkutan yang memadai akan melancarkan perpindahan barang dari satu tempat ke tempat yang dituju. Setiap sarana angkutan, baik itu angkutan udara, darat maupun angkutan laut, sarat akan penggunaan teknologi canggih. Sebagai contoh di bidang angkutan laut, dari mulai dengan kapal yang digerakkan oleh tenaga energi angin berkembang menjadi kapal yang digerakkan oleh energi minyak hingga energi nuklir. Demikian pula jenisnya, dari kapal kargo, dengan perkembangan teknologi, maka muncul jenis semi-container, container, dan Roro atau jenis Lash.

Setiap perubahan yang terjadi karena adanya perkembangan teknologi ini melahirkan juga dampak tersendiri. Antara lain dampak yang dapat diutarakan di sini adalah meningkatnya persaingan. Dalam dunia bisnis persaingan tidak hanya dapat dilihat sebagai sesuatu yang berakibat negatif, karena suasana persaingan itu sendiri dapat merupakan sarana pendorong, dalam arti bahwa yang dilakukan adalah persaingan yang wajar (fair competition). Dalam hal perdagangan jasa angkutan laut luar negeri Indonesia, persaingan yang wajar dapat terjadi jika perusahaan-perusahaan pelayaran asing yang ikut serta dalam pengangkutan barang-barang ekspor/impor Indonesia memiliki kemampuan, baik teknologi, managemen maupun finansial, yang seimbang dengan perusahaan-perusahaan pelayaran nasional.

1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanu Wijaya
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sebagai negara berkembang Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat pada dekade ini. Berbagai kebijaksanaan berupa deregulasi dan debirokratisasi terus diluncurkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pembangunan nasional. Salah satu sasaran yang panting adalah an mengurangi ketergantungan terhadap ekspor migas dengan peningkatan ekspor non-migas.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi terseb.ut, pertumbuhan pasar otomotif juga mengalami peningkatan walaupun sempat turun pada saat diluncurkan kebijaksanaan tight money policy. Berbagai indikator ekonomi menunjukkan potensi yang besar di masa mendatang bagi pertumbuhan-ekondmi dan pasar otomotif di Indonesia. Se ama dekade tahun delapan puluhan pertumbuhan sektor otomotif relatif rendah. Tetapi mengalami boom pada tahun sembilan puluhan pada saat ekonomi memuncak dan fasilitas. kredit sangat mudah dengan diluncurkannnya berbagai deregulasi sektor perbankan.

Perkembangan sektor otomotif di Indonesia pada masa mendatang sangat dipengaruhi oleh kebijaksariaan pemerintah melalui paket deregulasi bulan juni 1993 yang memberikan insentif pada perusahaan ya g full manufacturing melalui program produksi dalam -negeri. Semakin besar ko ponen lokal maka semakin besar pula insentif yang diberikan. lnsentif tersebut antara lain berupe1 pajak atau bea masuk kornponen.

Perusahaan-perusahaan otomotif besar di Indonesia pada saat ini menunjukkan ketergantungan yang besar terhadap prinsipal luar negeri. Hal ini disebabkan oleh pengembangan teknologi dan modal yang relatif besar. Kondisi yang sama juga dialami oleh sektor komponen yang disebabkan oleh banyaknya merek dan jenis mobil yang ada di pasaran. Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka melalui deregulasi juni 1993 diharapkan perusahaan otomotif mampu meningkatkan kandungan lokal dan pengembangan produksi mobil dalam negeri.

Untuk memanfaatkan peluang tersebut PT. A sebagai perusahaan patungan antara perusahaan dalam negeri dan prinsipal luar negeri merencanakan untuk memproduksi dan memasarkan mobil di Indonesia sebagai pasar utama dan ekspor ke luar negeri sebagai pasar sekunder. Pendirian perusahaan patungan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan keunggulan di masing-masing perusahaan penanam modal. Sebagai prinsipal luar negeri maka endirian perusahaan di Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang relatif murah serta sebagai antisipasi blok-blok perdagangan di Asia pacific bagi pengembangan produknya. Sedangkan bagi perusahaan dalam negeri maka kedatangan prinsipal tersebut merupakan peluang untuk proses transfer teknologi, membuka kesempatan kerja serta penghematan devisa negara. Pada akhirnya tujuan d ri perusahaan ini adalah memberikan profit dan keuntungan bagi shareholder's melalui proses transfer teknologi dari negara prinsipal dan program full manufacturing yang akan merupakan salah satu keunggulan perusahaan ini.

Mengingat kompetisi yang ketat di industri otomotif maka jalur distribusi memegang peranan yang penting untuk memenangkao persaingan. Dari data yang ada menunjukkan bahwa pasar yang besar berada di wilayah Jabotabek yang hampir mencapai 80 % keseluruhan pasar di Indonesia. Untuk itu jalur distribusi di Jabotabek akan membe.rikan kOntribusi yang besar terhadap suksesnya recana usaha ini. Sebagai jaminan kualitas produk maka diperlukan outlet penjualan milik sendiri sebagai kontrol atas kegiatan para dealer independent.

Dengan mempertimbangkan kondisi pasar maka lokasi plant yang sesuai adalah di Cikampek Industrial Estate dengan berbagai fasilitas yang mempunyai kapasitas produksi sebesar 120,000 unit per tahun. Pemilihan lokasi plant berdasarkan pada kondisi pasar yang menunjukkan potensi pasar yang besar di wilayah Jabotabek. Selain itu dengan mempertimbangkan keunggulan produk prinsipal di luar negeri dan melihat kompetisi mobil di Indonesia maka sebagai strategi pemasaran yang sesuai adalah, penetrasi pasar dengan model Sportage yang diharapkan mampu memasuki pasar sebagai produk baru. Tahapan kedua adalah dengan memperkenalkan model Sephia sebagai produk alternatif. Kapasitas produksi direncanakan akan mencapai 120,000 unit per tahun, namun sebagai tahap awal maka akan diproduksi sebesar 70,000 unit dengan perincian 10,000 unit untuk model Sportage dan 60,000 unit untuk model Sephia.

Setelah dilakukan analisa lingkungan usaha atas industri otomotif di Indonesia dengan memperhatikan faktor eksternal dan internal maka pendirian perusahaan otomotif di Indonesia merupakan investasi yang menarik dan menunjukkan potensi yang cukup prospektif. Hal ini didukung dengan perhitungan analisa rasio keuangan antara lain Net Present Value dan analisa Break-Even Point yang menghasilkan nilai-nilai yang positif.

1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>