Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj
Selangor: MPH Group Publishing Sdn Bhd, 2011
959.505 1 TUN l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S5812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weller, Patrick
Victoria: Penguin Books Australia Ltd, 1989
994.063 WEL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faisal
Abstrak :
Tinjauan pustaka ini meninjau mengenai literatur-literatur yang membahas kebijakan luar negeri Singapura dengan menggunakan metode penelusuran dan pengorganisasian secara taksonomi dan historis. Tinjauan ini mengambil referensi melalui buku serta artikel jurnal pada tahun 1965 hingga 2022. Dalam tinjauan literatur ini, ditemukan bahwa kebijakan luar negeri Singapura didasari oleh vulnerability atau kerentanan. Kerentanan tersebut terbentuk dari tiga faktor yaitu historis, etnis, dan geografis. Secara historis, tinjauan ini juga melihat perkembangan kebijakan luar negeri Singapura sejak 1965 hingga saat ini berdasarkan perdana menterinya. Tinjauan ini merefleksikan bahwa literatur-literatur masih secara dominan ditulis oleh penulis yang berasal dari Singapura. Sintesis yang ditemukan adalah Singapura membuktikan bahwa negara kecil juga dapat memberikan pengaruh secara regional dan global, berbeda dengan teori realisme dalam hubungan internasional. Tidak hanya itu, kerentanan terlihat sangat di’imani’ dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri Singapura. Penulis menarik kesimpulan bahwa kerentanan tersebut diimplementasikan oleh Singapura dengan memprioritaskan kebijakan luar negerinya terhadap AS dan Cina, dengan AS sebagai penyedia keamanan dan ekonomi global, serta Cina sebagai rising power dan kekuatan ekonomi regional. ......This literature review explores the works of literature on Singapore's foreign policy based on taxonomic and historical methods. Referring to books and journal articles from 1965 to 2022, its discovered that Singapore's foreign policy formed upon vulnerability, consisting of three key determinants, i.e. historical, ethnic, and geographical. Historically, this review discusses the development of Singapore's foreign policy from 1965 to the present based on its prime minister. This review reflects that the literature is still predominantly written by Singaporeans. The synthesis shows that Singapore proves that small countries can also exert influence regionally and globally, contrary to the realism theory in international relations. Additionally, vulnerability is seen as a 'high faith' in Singapore's foreign policy decision-makers. The author concludes that this vulnerability is implemented in Singapore by prioritizing its foreign policy toward the US and China, with the US as a provider of global security and economy, and China as a rising power and regional economic power.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Yustian Yusa
Abstrak :
ABSTRAK
Turki merupakan salah satu negara yang sedaang berkembang saat ini. Selama ini Turki dikenal sebagai negara yang probarat dan menganut paham sekularisme. Akan tetapi, Turki mulai berpindah fokus kebijakan luar negerinya, khususnya kebijakan dalam perdagangan luar negeri. Peristiwa revolusi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara semakin menegaskan bahwa Turki di era Perdana Menteri Erdoğan sudah mulai meninggalkan dunia barat, khususnya dalam masalah ekonomi. Oleh karena itu. penelitian ini mempertayakan apakah kebijakan perdagangan luar negeri Turki mulai berpindah dari dunia Barat (Uni Eropa dan Israel) menuju dunia Timur (Timur Tengah dan Afrika Utara).

Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah proses penyusunan dan pengambilan kebijakan luar negeri menurut perspektif aktor dan konstruktivisme. Data primer yang digunakan adalah pidato serta pernyataan Perdana Menteri Erdoğan di dalam maupun di luar negeri. Pidato/pernyataan ini merupakan representasi dari upaya Perdana Menteri Erdoğan untuk melakukan konstruksi sosial yang menghasilkan identitas kebijakan perdagangan luar negeri yang dijalankan oleh Turki.

Penelitian ini menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, Turki masih belum berpindah fokus kebijakan perdagangan luar negerinya. Turki masih probarat. Kedua, secara politik dan keamanan, identitas Turki terhadap dunia barat (Uni Eropa dan Israel) sebagai musuh dan di sisi lain sebagai teman dalam hal ekonomi. Ketiga, kebijakan luar negeri Turki mengandung idealisme (identitas keislaman dan ingin menjadi pemimpin kawasan) dan pragmatisme (keragaman pangsa pasar) dalam waktu yang sama. Turki ingin mendapat legitimasi dari dunia internasional sebagai pemimpin kawasan baik secara politik-keamanan dan ekonomi.
ABSTRACT
Turkey is well known as a secularism and prowestern nation since the time of Mustafa Kemal At-Türk. Latest development after Flotilla and ?Arab Spring‟, some of scholars perceived that the focus of Turkish foreign trade policy under Prime Minister Erdoğan administration was shifting from the West (European Union and Israel) to the East (Middle East and North Africa).

The approaches of this research is an actor-based analysis and a constructivism approach toward the foreign policy analysis. This research observes the speeches and the statements of Prime Minister Erdoğan in local and international events (e.g. his speech toward Turkish General Assembly and his interview on CNN). This research assumes that the speeches/statements represent the identity of social construction in Turkish foreign trade.

This research found several conclusions. First, Turkey still has not changed the focus of its foreign trade policy. Turkey is still pro-western nation. Second, the identity of Turkey to the West as the enmity and on the other side as a friend in economic terms. Third, the Turkish foreign policy consist of idealism (Islamic identity) and pragmatism (the diversification of market) in the same time. Turkey wanted to get a legitimacy from the international community as a regional leader both in politico-security and economic context.
2012
T30334
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mar Atul Mochtar
Abstrak :
Latar belakang penelitian ini adalah referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa Brexit yang dilaksanakan pada 23 Juni 2016. Hasil referendum menunjukkan 52 rakyat Inggris menginginkan keluar dari Uni Eropa dan 48 menginginkan tetap sebagai anggota. Akibat dari hasil tersebut, sehari setelahnya David Cameron langsung mengajukan pengunduran diri sebagai Perdana Menteri Inggris. Hal yang kontras terlihat mengingat bahwa David Cameron adalah salah satu tokoh yang mengkampanyekan Inggris untuk tetap bersama Uni Eropa meskipun ia berasal dari Partai Konservatif yang terkenal dengan sikap euroskeptisme dan sejak lama tidak sejalan dengan Uni Eropa. Berdasarkan hal tersebut, memunculkan pertanyaan mengapa David Cameron mengkampanyekan Inggris untuk tetap bersama Uni Eropa. Teori actor-specific digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan level analisis individu. Teori ini menggunakan aspek psikologi yaitu motivasi, emosi dan representasi masalah dalam menemukan alasan dibalik pembentukan sebuah keputusan. Berdasarkan teori, Cameron memiliki motivasi untuk dapat diterima dan dikenal sebagai pemimpin adil yang dapat menjembatani hubungan Inggris dan Uni Eropa dan ingin mempertahankan dan memperbesar pengaruh Inggris sebagai negara yang besar. Dari segi emosi, Cameron mempunyai emosi yang tenang dan penuh percaya diri yang dipengaruhi oleh karakter diri dan lingkungan yang mendukungnya. David Cameron merepresentasikan masalahnya berdasarkan keyakinan-keyakinannya yang dalam terhadap Eropa. Berdasarkan penelitian ini, hal tersebut membuktikan bahwa aspek-aspek psikologis seorang pemimpin juga memberi pengaruh dalam ditetapkannya sebuah keputusan. ...... The background of this study is a referendum on the British exit from the European Union Brexit held on June 23, 2016. The results of the referendum showed 52 of British people wanted to get out of the EU and 48 wanted to remain as members. As a result, a day later David Cameron immediately proposed resignation as Prime Minister of England. The contrast seems to be that David Cameron is one of the figures who campaigned for England to stay with the EU even though he was from the Conservative Party which is famous for its euroscepticism and has long been inconsistent with the European Union. Based on this situation, raises a question why David Cameron campaigned for Britain to stay with the EU. The actor specific theory was used in this study using individual level analyzes. This theory uses the psychological aspect of motivation, emotion and problem representation in finding the reasons behind the formation of a decision. Based on his motivations, Cameron wants to be accepted and known as a fair leader who can bridge the UK and EU relations and want to maintain and enlarge the influence of Great Britain as a big country. From his emotions, Cameron has a calm and confident emotion that is influenced by the character of himself and the environment that supports him. The last, David Cameron represents his problems based on his deep beliefs on Europe. Based on this research, it proves that the psychological aspects of a leader also give influence in the establishment of a decision.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T49878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library