Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Rutiatik Ruslim
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Palmeter, David
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2004
382.92 PAL d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bossche, Peter van den
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2013
343.087 BOS l
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Albert Abdi
Abstrak :
Penulisan tesis ini dilatarbelakangi oleh lahirnya kebijakan mobii nasional yang ternyata memiliki implikasi internasional, yakni munculnya gugatan tiga negara utama penghasil mobil dunia (Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat) di Forurn WTO. Permasalahan yang berkaitan dengan sengketa mobil nasional dalam forum WTO, berangkat dari adanya perbedaan pandangan diantara pihak yang bersengketa dalam menilai kebijakan mobil nasional menurut ketentuan WTO, dimana pada satu menganggap kebijakan mobil nasional bertentangan dengan ketentuan WTO, sementara pada sisi lainnya menganggap kebijakan mobil nasionai dibenarkan oleh ketentuan WTO.
Tujuan dari penelitian tesis ini adalah ingin mengetahui pandangan pihak-pihak yang bersengketa dalam menilai kebijakan mobil nasional menurut ketentuan WTO dan menganalisis proses penyelesaian sengketa yang terjadi di forum WTO. Untuk menjawab permasalahan yang acla, kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada pendekatan teori ekonomi politik internasional, khsususnya teori tentang pengambilan keputusan dan rezim internasional. Penulisan tesis ini menggunakan analij.a deskriptif dengan melihat pengaruh masing-masing independent variable terhadap dependent variable. Adapun data yang digunakan dalam studi ini sendiri diperoleh melalui studi kepustakaan.
Hasil penelitian yang penulis peroleh momperlihatkan bahwa adanya perbedaan pandangan dianiara negara penggug.at dan negara tergugat dalam rnelihat kebijakan mobil nasional menurut ketentuan WTO, sesuai dengan "kepentingan nasional" rnasing-masing, telah menimbulkan sengketa dagang di forum WTO. Oleh karenanya dalam menerapkan :;uatu kebijakan, pemerintah hendaknya berlaku adil (tidak diskriminatif) dan b'Srsikap transparan. Disamping itu kuatnya keterkaitan / ketergantungan antar negara-negara di dunia (globalisasi), kebijakan domestik yang diambil suatu negara harus mengacu kepada ketentuan yang berlaku di tingkat internasional.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T508
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Imelda Diana. author
Abstrak :
ABSTRAK
In the Treaty of Rome 1957, agriculture sector has been recognized as an important feature regarding its strategic values, such as the natural factor with its major role, food endurance and its susceptibility toward competitive pressures although its contributions on economics declined.
On 30 July 1962, Common Agricultural Policy (CAP) was introduced after three years of negotiations in line with the mechanism settlement and its organizations as a whole. Various agricultural problems in member states were the causes of the difficulties in achieving agreements on CAP mechanism.
Protectionism through market mechanism (price intervention and subsidies) which tried improving the welfare of farmers was the central focus of CAP. But as time goes, this mechanism burdens the European Union's budget. The EU's budget allocation to CAP in 1990 was almost 60% which lead to debates between France and United Kingdom on Budgeting 2007-2013. The EU's enlargement in 2004 was also a cause that burdens the budget. Other factors are the demand from the international trade regulations in GATT, then WTO which tried to establish international trade liberalization through reducing protectionism such as reducing tariffs and subsidies. Various requests on environment conservations, rural development and biotechnology improvement were backgrounds of Mac Sharry Reformations, Agenda 2000 and Reformation 2003.
Pros and Cons on CAP within the European Unions didn't affect the EU's integration because of the common perspectives on uniting Europe as a whole. Less debates within the CAP would shift the focus on external issues therefore strengthen the international positions of EU. But even though EU is powerful enough, deadlock against United States would still remain.
These days international trade is already relative free where barriers in trade are declined. Therefore CAP is no longer a relevant issue. It can block the international trade liberalization because the protectionism still exists. It will be a difficult task for the European Union to completely remove CAP because of its importance for the member states. Currently the European Union is only able to reduce its protection value in phase.
2007
T17934
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Cheltenham: UK Edward Elgar, 2013
382.3 RES
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Annisa Ulfah
Abstrak :
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah pelaksanaan rekomendasi Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia apabila negara yang kalah tidak kooperatif. Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan, tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pemecahan dalam bidang hukum perdata internasional khususnya pada masalah perdagangan internasional yang diatur oleh Organisasi Perdagangan Dunia. Adapun yang menjadi tujuan khusus penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan rekomendasi Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia apabila negara yang kalah tidak kooperatif, terutama Korea dalam kasus Korea-Certain Paper.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian normatif yang menggunakan data sekunder berupa norma hukum tertulis dan data primer berupa wawancara dengan narasumber. Skripsi ini memaparkan tentang sistem penyelesaian sengketa di Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia, kasus Korea-Certain Paper secara singkat, dan pelaksanaan rekomendasi Badan Penyelesaian Sengketa sebagai produk hukumnya. Skripsi ini menyimpulkan bahwa Indonesia, dalam kasus Korea-Certain Paper, dapat mengambil beberapa tindakan yang dianggap perlu yang sudah diatur dalam ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia apabila Korea tidak kooperatif dalam melaksanakan rekomendasi dari Badan Penyelesaian Sengketa.
......The subject matter in this study is implementation of the recommendations of the World Trade Organization's Dispute Settlement Body if the losing party would not cooperative. Based on that subject matter, the objective of this study is to give contribution of idea and solution in private international law field, especially international trade law governed by World Trade Organization. The specific objective of this study is to understand about the implementation of World Trade Organization Dispute Settlement Body's recommendations if the losing party would not cooperative, especially South Korea in Korea Certain Paper case.
This study used normative research methods that use interviews with sources. This study explains about dispute settlement system in World Trade Organization's Dispute Settlement Body, Korea Certain Paper case and the implementation of recommendation. This study concludes that Indonesia, in Korea Certain Paper case, could take action(s) which considered necessary ruled by World Trade Organization if South Korea would not cooperative in implementing recommendation from Dispute Settlement Body.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S26283
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Elita
Abstrak :
Skema piramida yang berkedok Multi-Level Marketing (MLM) telah menjadi isu yang signifikan seiring dengan berkembangnya teknologi dan inovasi bentuk usaha dalam industri penjualan langsung dan pemasaran jaringan. Dalam hal mengatur terkait direct selling, pemerintah Indonesia dengan kedaulatannya memiliki limitasi dalam mengeluarkan regulasi. Batasan-batasan tersebut salah satunya bersumber dari perjanjian multilateral ataupun bilateral yang mengikat Indonesia. Skripsi ini bertujuan untuk mengeksplorasi titik temu antara pengaturan direct selling di Indonesia dan perjanjian perdagangan internasional yang mengikatnya mengenai praktik pemasaran berjenjang (MLM) dan skema piramida. Fokusnya adalah pada bagaimana Indonesia mengatur MLM, dan sejauh mana peraturan tersebut sejalan atau berpotensi bertentangan dengan perjanjian perdagangan Free Trade Agreement (FTA) dan WTO. Penelitian ini menggali kerangka hukum dan regulasi yang ada yang melindungi konsumen dari potensi penipuan dalam skema piramida dan prevalensi skema piramida di MLM, serta menganalisis bagaimana perjanjian-perjanjian perdagangan internasional mempengaruhi dan berdampak pada kebijakan MLM di Indonesia. Skripsi ini juga membandingkan pendekatan Indonesia dengan negara-negara seperti Tiongkok, yang telah mengadopsi kebijakan berbeda terkait penjualan langsung dan MLM di bawah kerangka WTO. Penelitian ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang upaya perlindungan konsumen dalam menghadapi skema piramida berkedok MLM dan menyoroti perlunya peningkatan kerja sama antara pihak berwenang, perusahaan MLM, dan konsumen dalam memitigasi risiko yang terkait dengan skema piramida.
......Pyramid schemes under the guise of Multi-Level Marketing (MLM) have become a significant issue along with the development of technology and innovation in business forms in the direct sales and network marketing industries. In terms of regulating direct selling, the Indonesian government with its sovereignty has limitations in issuing regulations. One of these limitations comes from multilateral or bilateral agreements that bind Indonesia. This thesis aims to explore the intersection between direct selling regulations in Indonesia and the international trade agreements that bind them regarding multi-level marketing (MLM) practices and pyramid schemes. The focus is on how Indonesia regulates MLM, and the extent to which these regulations are in line with or potentially conflict with the Free Trade Agreement (FTA) and WTO trade agreements. This research explores the existing legal and regulatory framework that protects consumers from potential fraud in pyramid schemes and the prevalence of pyramid schemes in MLM, as well as analyzing how international trade agreements influence and impact MLM policy in Indonesia. This thesis also compares Indonesia's approach with countries such as China, which have adopted different policies regarding direct sales and MLM under the WTO framework. This research provides a deeper understanding of consumer protection efforts in dealing with pyramid schemes under the guise of MLM and highlights the need for increased cooperation between authorities, MLM companies and consumers in mitigating the risks associated with pyramid schemes.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Foltea, Marina, 1977-
Abstrak :
"This book analyses the role of international organisations in WTO dispute settlement as arising from a number of WTO disputes. In particular, the roles of the IMF, WIPO, WCO and WHO are addressed. The use of the Vienna Convention rules of interpretation framework allows an evaluation of the weight attributed to this material by the WTO adjudicator. This allows specific conclusions to be drawn regarding the level of institutional sensitivity of the WTO adjudicator to each of the organisations. As well as being a valuable source of research, the analysis will appeal to international law scholars, civil servants and law practitioners interested in the WTO and dispute settlement"-- Provided by publisher.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2012
382.92 FOL i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Muhammad Iqbal Pratama
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas penyesuaian peraturan Tingkat Komponen Dalam
Negeri di Indonesia untuk bisnis retail modern dan ketentuan WTO mengenai Local
Content Requirements. Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Pembentukan WTO
dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization, namun sejak 2014, beberapa negara
anggota WTO telah mengajukan concern terkait ketentuan dalam Peraturan Menteri
Perdagangan No. 53/2012, 68/2012, dan 70/2013 yang beberapa pasalnya diubah
dalam 56/2014 yang mengharuskan retail modern untuk menyediakan barang
dagangan hasil produksi dalam negeri minimal 80% (delapan puluh persen) dari
jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan. Ketentuan ini bertentangan dengan
Perjanjian TRIMs, yang berlandaskan Pasal III GATT tentang prinsip National
Treatment dan Pasal XI tentang prinsip Elimination of Quantitative Restrictions,
yang merupakan lampiran dari Perjanjian Pembentukan WTO. Penyesuaian antara
peraturan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri Indonesia dan Ketentuan Local
Content Requirements akan dilakukan dengan menyesuaikan peraturan dan
penerapan pengecualian dalam ketentuan WTO. Berdasarkan ketentuan WTO,
ketentuan retail modern ini telah melanggar ketentuan WTO baik Perjanjian TRIMs
maupun GATT tanpa adanya pengecualian yang dapat diberlakukan. Untuk
menanggapi hal ini, pelaku usaha retail modern di Indonesia bersedia untuk
mematuhi peraturan perdagangan yang berlaku dan Kementrian Perdagangan akan
mengubah peraturan yang tidak sesuai dengan ketentuan WTO
ABSTRACT
This thesis examined the adjustment of domestic Local Content
Requirements rules in Indonesia for the implementation of Modern Retail business
in Indonesia and the Local Content Requirements provisions of the WTO. Indonesia
showed their self-approval to WTO by ratifying Law Number 7 of 1994 concerning
the Ratification of the Agreement Establishing The World Trade Organization on
November 2, 1994. However, since 2014, the Government of Indonesia has
received protests from WTO member countries in relation to the Local Content
Requirement policy in the form of fulfilling 80% (eighty percent) of domestic
products that must be sold on the modern retail market on Ministry of Trade
Regulation 53/2012, 68/2012, and 70/2013 which was replaced by Regulation
56/2014. These provisions are contrary to the TRIMs Agreement, principled by
Article III GATT on National Treatment and Article XI GATT on General
Elimination of Quantitative Restrictions, which is an annex to the WTO
Establishment Agreement that has been ratified by Indonesia. Comparison between
the regulations of Indonesia's local content requirements and WTO provisions will
be done by looking at the adjustments between regulations and the application of
WTO exceptions. Based on rules of Local Content Requirements, the Modern
Retail has violated TRIMs Agreement with no applicable exceptions on the
provisions. To respond to the concerns raised by member countries, modern
retailers in Indonesia are willing to comply with applicable regulations and the
Ministry of Trade are due to change regulations that are contrary to WTO rules
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library