Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raditya Mahendra Putra
Abstrak :
Daerah penelitian berada pada daerah Mangkauk, Kalimantan Selatan, Indonesia dan terletak pada Formasi Tanjung Cekungan Barito. Area penelitian memiliki luas sebesar 4,92 km2 . Tersebar 32 data titik bor pada daerah penelitian dan menunjukkan orientasi strike dengan arah Timur Laut – Barat Daya (NE - SW) yang didukung oleh pengukuran orientasi perlapisan secara langsung dilapangan didapatkan nilai Strike & Dip N 225°E / 25°. Kondisi Geologi daerah penelitian tergolong kedalam kondisi geologi sederhana dikarenakan daerah penelitian tidak dipengaruhi oleh struktur geologi. Kemudian lapisan batu bara pada kelompok ini memiliki karakteristik yang relatif landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter hanya saja memiliki beberapa percabangan (B1, B2, B3, C1, C2, & D1) dan memiliki ketebalan yang bervariasi. Jarak acuan titik pengamatan dengan jarak estimasi terukur x ≤ 500 m, tertunjuk 500 m ≤ x ≤ 1.000 m dan tereka dengan jarak 1000 m ≤ x ≤ 1500 m menurut SNI-5015 (2019). Seam yang dilakukan pengestimasian yaitu Seam C1, C2, & D1 karena seam lain tidak memiliki data kualitas batu bara. Berdasarkan hasil akumulasi jumlah estimasi sumber daya batu bara yang terdeposit pada daerah penelitian yaitu estimasi terukur dengan jumlah 9.318.280,95 ton, estimasi tertunjuk dengan jumlah 3.846.800,86 ton, dan estimasi tereka dengan jumlah 567.529,04 ton. ......Research area is located in the Mangkauk area, South Kalimantan, Indonesia and is located in the Tanjung Formation of the Barito Basin. The research area has an area of 4.92 km2. There are 32 data points of drill points in the study area and show a kick beam in the direction of Northeast - Southwest (NE - SW) which was recorded by direct measurements of the layering emission in the field which obtained a Strike & Dip N value of 225°E / 25°. The geological conditions of the study area are classified into simple geological conditions because the study area is not influenced by geological structures. Then the coal seams in this group have the characteristics of being relatively sloping, continuing laterally for thousands of meters but having several branches (B1, B2, B3, C1, C2, & D1) and having varying thicknesses. The reference distance of the observation point with the estimated distance is measured x ≤ 500 m, indicated 500 m ≤ x ≤ 1,000 m and inferred with a distance of 1000 m ≤ x ≤ 1500 m according to SNI-5015 (2019). The seams that were estimated were Seams C1, C2, & D1 because the other seams did not have data on coal quality. Based on the accumulated estimates of the amount of coal resources deposited in the study area, namely measured estimates of 9,318,280.95 tonnes, indicated estimates of 3,846,800.86 tonnes, and inferred estimates of 567,529.04 tonnes.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pola percabangan ranting bambu apus [Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultes) Kurz.] di alam. Penelitian dilakukan di kawasan rumpun bambu Kebun Raya Bogor dan Laboratorium Biologi Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI Depok. Nodus ranting G. apus diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Dari 20 sampel ranting pada pengamatan makroskopis, hanya nodus kedua sampai nodus kelima dari masing-masing ranting, yang digunakan untuk penghitungan jumlah mata tunas. Berdasarkan penghitungan, jumlah mata tunas bervariasi, yaitu 1, 2 dan 3. Nodus ketiga ranting diketahui memiliki jumlah mata tunas terbanyak dan digunakan sebagai acuan pengambilan sampel pembuatan sediaan histologis melalui metode parafin dengan pewarna seri safranin-fast green. Berdasarkan pengamatan mikroskopis sayatan melintang (cross section) dan memanjang (long section) nodus ketiga ranting, terlihat bahwa dari nodus bagian basal mata tunas pertama (tunas primer), dapat terbentuk mata tunas kedua dan ketiga (tunas sekunder). Adapun asal pembentukan kedua mata tunas sekunder tersebut, tidak berasal dari nodus yang sama. Dengan demikian, branch complement pada ranting G. apus di alam adalah berasal dari satu tunas primer yang nodus basalnya mampu membentuk tunas sekunder. Sehingga diketahui tipe branch complement pada ranting G. apus adalah unrestricted monoclade. Selanjutnya, berdasarkan asal pembentukan branch iii Pola percabangan..., Saifudin, FMIPA UI, 2007 iv complement tersebut, dapat pula diketahui bahwa pola percabangan pada ranting G. apus di alam adalah pola percabangan tunggal (single branching).
Universitas Indonesia, 2007
S31524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library