Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ganot Sumulyo
"Latar Belakang: Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan dengan kematian tertinggi pada wanita di seluruh dunia. Seringkali pasien dating dengan stadium lanjut dan memerlukan penanganan segera. Akan tetapi, terdapat berbagai penyebab terjadinya pemanjangan waktu tunggu operasi. Hal ini mungkin dapat menyebabkan perburukan klinis saat dilakukan tindakan operatif pada pasien.
Tujuan: Menentukan hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan perburukan klinis pada pasien kanker ovarium stadium lanjut.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia pada Januari 2019 hingga Juni 2019. Pasien kanker ovarium stadium lanjut yang dilakukan tindakan operatif diikutsertakan pada penelitian. Pasien yang terbukti tidak memiliki kanker ovarium stadium lanjut pada pemeriksaan histopatologi atau memiliki penyakit komorbiditas berat lainnya dieksklusi dari penelitian. Karakteristik dasar, waktu tunggu, status performa berdasarkan ECOG score, kadar haemoglobin dan albumin dasar, status nyeri, dan indeks massa tubuh dikumpulkan dan dilakukan analisis secara statistik.
Hasil: Didapatkan 90 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Didapatkan 25,6% subyek mengalami perburukan status performa, 11,1% mengalami perburukan haemoglobin, 61,1% mengalami perburukan albumin, 14,4% mengalami perburukan nyeri, 32,2% mengalami perburukan indeks massa tubuh, dan 77,8% mengalami perburukan klinis. Didapatkan nilai cutoff 73 hari untuk menentukan pemanjangan waktu tunggu operasi.
Kesimpulan Terdapat hubungan bermakna antara waktu tunggu terapi dengan perburukan klinis pasien kanker ovarium stadium lanjut.

Background: Ovarian cancer is one of the highest fatalities for cancer in women worldwide. Patients often come in an advanced stage and require immediate treatment. However, there are various causes for the extension of the waiting time for surgery. This might cause clinical deterioration during the operation.
Objective: To determine the relationship between the length of time waiting for surgery and clinical deterioration in patients with advanced ovarian cancer.
Methods: A retrospective cohort study conducted at the National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia from January 2019 to June 2019. Patients with advanced stages of ovarian cancer who performed operative measures were included in the study. Patients who were proven not having advanced ovarian cancer on histopathological examination or had other severe comorbidities were excluded from the study. Baseline characteristics, waiting time, performance status based on ECOG score, haemoglobin and albumin levels, pain status, and body mass index were collected and analyzed statistically.
Results: There were 90 study subjects who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. A total of 25.6% of subjects experienced a worsening of performance status, 11.1% experienced worsening of hemoglobin, 61.1% experienced worsening of albumin, 14.4% experienced worsening pain, 32.2% experienced a worsening of body mass index, and 77.8% experiencing clinical deterioration. A cutoff value of 73 days is obtained in order to determine the lengthening of the operating waiting time.
Conclusion There is a significant relationship between the waiting time of therapy with clinical deterioration in patients with advanced ovarian cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzaky Abdillah
"Latar Belakang
Pandemi COVID-19 merupakan kejadian luar biasa yang berdampak secara global. Pandemi ini sudah banyak memakan korban terutama pada pasien yang memiliki komorbiditas. Salah satu komorbiditas tersering adalah diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Kondisi hiperglikemia pada pasien DMT2 akan meningkatkan tingkat mortalitas pasien sehingga diperlukan suatu tatalaksana, yaitu insulin. Namun, beberapa studi melaporkan bahwa insulin ternyata berkaitan dengan meningkatnya angka mortalitas pada pasien yang mendapatkannya, tetapi masih banyak perselisihan mengenai efek dari insulin ini sendiri. Salah satu penyebab yang diduga adalah penggunaan insulin sebelum dirawat. Dalam penelitian ini, penulis secara khusus ingin melihat hubungan penggunaan insulin sebelum dirawat dengan perburukan klinis pasien DMT2 yang terinfeksi COVID-19 dan mendapatkan terapi insulin selama rawatan.
Metode
Studi kasus kontrol dengan total subjek penelitian 270 pasien yang mengalami DMT2 dan COVID-19 yang diberikan insulin. 110 subjek mengalami perburukan klinis dan 160 lainnya tidak mengalami perburukan klinis. Studi dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari data rekam medis pasien di RSCM Jakarta pada periode Maret 2020 – Maret 2023.
Hasil
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan insulin sebelum dirawat dengan perburukan profil klinis pasien (p = 0,517) dengan nilai OR 0,839 (0,493 – 1,428). Kesimpulan
Penggunaan insulin sebelum dirawat tidak berhubungan dengan perburukan klinis pada pasien DMT2 dengan infeksi COVID-19.

Introduction
The COVID-19 pandemic is a remarkable occurrence with worldwide implications. Numerous people have died as a result of this pandemic, particularly patients with comorbidities. One of the most common comorbidities is type 2 diabetes mellitus (T2DM). The high mortality risk associated with hyperglycemia in T2DM patients necessitates the use of insulin as a treatment. However, several studies indicate that insulin use is linked to higher patient death rates, yet, there is still some disagreement over the effects of insulin itself. Insulin before treatment is one of the possible causes. The study aimed to examine the link between preadmission use of insulin and clinical deterioration in T2DM patients who have COVID-19 infection and are getting insulin therapy during treatment.
Method
A case-control study included 270 research participants with COVID-19 and T2DM who received insulin. 160 patients did not have clinical deterioration, while 110 subjects did. The study was conducted using secondary data originating from patient medical records at RSCM Jakarta from March 2020 – March 2023.
Results
There was no significant relationship between insulin use before treatment and the worsening of the patient’s clinical profile (p = 0,517) with an OR value of 0,839 (0,493 – 1,428).
Conclusion
Preadmission use of insulin did not associate with clinical deterioration in T2DM patients with COVID-19 infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library