Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulfizar Rivai
Abstrak :
Skripsi ini membahas masalah politik diplomasi Indonesia pada masa perang kemerdekaan terutama peranan-peranan Mohamad Roem di dalam perundingan Indonesia - Belanda yang mencapai puncaknya sewaktu Van Royen-Roem Statement. Dalam pembahasannya penulis menggunakan metode yang lazim dipakai pada penyusunan suatu karya tulis ilmiah, yakni metode penelitian lapangan field research ) dan metode perpustakaan (library research ). Mohamad Roem adalah seorang pejuang perunding. Namanya sudah dikenal sejak zaman pergerakan. Masa muda Roem dilalui dengan penuh romantika mencari ilmu dengan bersekolah sampai ketingkat yang tertinggi yang ada dinegerinya. Kemudian ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan melalui organisasi kepanduan dan kepartaian yang berjalan di atas jalan tuntunan Islam. Dalam masa mudanya itulah tertempa jiwa dan kepribadian, untuk kemudian tumbuh menjadi pemimpin dan pemuka. Ternyata Kepemimpinannya tidak saja diterima dilingkungan organisasi dan golongannya, akan tetapi pada suatu masa kepemimpinannya itu benar-benar dirasakan dan diterima oleh Bangsanya. Sif at yang menonjol dapat diringkaskan pribadi yang mempunyai semangat tinggi untuk berjuang. Selain sebagai pejuang Roem ternyata juga sebagai perunding, yang memperoleh kesempatan emas dalam kehidupannya untuk mengembangkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya. Kesempatan sebagai perunding ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh Roem sewaktu terjadi perundingan yang kemudian terkenal dengan Van Royen-Roem Statement. Perundingan ini berhasil melahirkan suatu persetujuan pada tanggal 7 Mei 1949, yang menghasilkan pernyataan-pernyataan dari ketua delegasi Belanda, Van Royen dan ketua delegasi Indonesia, Mohamad Roem. Di dalam pernyataan ini pihak Belanda bersedia mengembalikan pemerintah Indonesia Re Yogya. Dan sebaliknya Soekarno-Hatta menyetujui turut sertanya pemerintah Republik Indonesia ke Konferensi Meja Bundar, di mana akan dibicarakan perihal penyerahan kedaulatan kepada Negara Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Ardelia Saptono
Abstrak :
Pada 2006 Pemerintah Belanda mengeluarkan Canon van Nederland mengenai para tokoh, benda-benda, dan peristiwa penting dalam sejarah dan budaya Belanda. Canon tersebut digunakan sebagai panduan pendikan sejarah dan kewarganegaraan bagi para guru sekolah dasar dan menengah. Oleh karena muncul kritik terhadap Canon tersebut, pada 2020 pemerintah Belanda merevisinya, termasuk venster (jendela) Indonesia mengenai Perang Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini membahas perubahan wacana Perang Kemerdekaan Indonesia dalam Canon van Nederland sebelum dan sesudah revisi. Penelitian ini menggunakan metode campuran, yaitu menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif, dengan pendekatan poskolonial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah direvisi, wacana Perang Kemerdekaan dalam Canon van Nederland merepresentasikan lebih banyak keberagaman gender dan etnis dibandingkan sebelumnya. Canon van Nederland revisi juga merepresentasikan orang kulit berwarna dengan agency atau keberdayaan yang lebih besar dari sebelumnya. Canon van Nederland revisi memperlihatkan upaya menghindari bias Eropa dengan menyajikan perspektif yang lebih beragam tentang Perang Kemerdekaan Indonesia dan memasukkan penelitian terbaru tentang kekerasan pasukan Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. ......In 2006 the Dutch Government launched the Canon van Nederland of important figures, objects and events in Dutch history and culture. The Canon is used as a guide for history and civics education for primary and secondary school teachers. Due to criticism of the Canon, in 2020 the Dutch government revised it, including the Indonesia venster (window) on the Indonesian War of Independence. This research discusses the changes in the discourse of the Indonesian War of Independence in Canon van Nederland before and after the revision. This research uses mixed methods, combining quantitative and qualitative methods, with a postcolonial approach. The results show that after the revision, the discourse of the War of Independence in Canon van Nederland represents more gender and ethnic diversity than before. The revised Canon van Nederland also represents people of colour with greater agency than before. The revised Canon van Nederland shows an attempt to avoid European bias by presenting a more diverse perspective on the Indonesian War of Independence and incorporating recent research on Dutch military violence in the Indonesian War of Independence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library