Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Croteau, David
Los Angles: Sage, 2022
302.15 CRO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ayu Wulansari
Abstrak :
Mengacu kepada konsep jender yang menganalisa kedudukan wanita dari dua segi, yaitu segi konstruksi simbolik dan segi peran sosial, terungkap adanya suatu kontradiksi dalam pemahaman kedudukan wanita dalam masyarakat Okinawa. Dari segi konstruksi simbolik, wanita Okinawa memiliki kedudukan yang kuat dan mulia, karena dalam konteks kebudayaan Okinawa, khususnya yang berkenaan dengan nilai-nilai simbolik dalam mitologi dan konsep-konsep keagamaan, wanita Okinawa digambarkan sebagai mahluk yang memiliki muatan nilai-nilai kesucian dan kemuliaan karena wanita dianggap memiliki sifat-sifat utama para dewa yang dapat melahirkan, membesarkan dan melindungi manusia. Wanita Okinawa secara simbolik juga ditampilkan sebagai mahluk yang memiliki kekuatan spiritual yang tinggi. Dengan kekuatan spiritual yang dimilikinya ini, wanita Okinawa dianggap mempunyai kemampuan untuk menjaga dan melindungi manusia serta mampu menghubungkan manusia dengan dewa maupun roh nenek moyang. Oleh karena itu, wanita memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan di Okinawa, di mana hanya wanita yang dapat menduduki status sebagai pendeta wanita (nuru) maupun sebagai dukun wanita (yuta).

Namun hal ini tidak berarti bahwa wanita Okinawa selalu mempunyai kedudukan yang kuat dan mulia dalam semua segi kehidupan. Dari segi peran sosial, wanita Okinawa justeru ditempatkan pada posisi yang lemah dan tidak jarang mendapat perlakuan yang diskriminatif. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam sistem kekerabatan Okinawa yang bersifat patrilineal dengan kelompok kekerabatannya yang disebut munchu, maupun dalam sistem pewarisan altar pemujaan nenek moyang (tootoomee). Dalam sistem kekerabatan Okinawa yang berpusat pada munchu, konsep yang diutamakan adalah konsep shiji, yaitu konsep hubungan darah melalui garis keturunan pria. Konsep ini menekankan bahwa yang dapat menjadi penerus dalam suatu keluarga adalah anak laki-laki pertama dan orang yang tidak mempunyai hubungan darah melalui kerabat pria tidak bisa dijadikan anak angkat dan menjadi penerus suatu keluarga. Dengan demikian, sistem kekerabatan yang mengutamakan garis keturunan pria ini sangat menomor-duakan posisi wanita, karena secara tegas menutup kemungkinan seorang wanita untuk menjadi penerus keluarga.

Dalam sistem pewarisan altar pemujaan nenek moyang (tootoomee) yang juga berarti pewarisan rumah tempat tinggal berikut harta benda lainnya, wanita Okinawa kembali mendapat perlakuan yang diskriminatif. Menurut kepercayaan orang Okinawa, altar pemujaan nenek moyang tersebut hanya dapat diwariskan kepada anak laki-laki, terutama anak laki-laki tertua. Tradisi seperti ini jelas-jelas menomor-duakan posisi wanita, karena wanita tidak diberikan hak yang sama dengan pria untuk mewarisi tootoomee. Akibat negatif yang dirasakan oleh wanita bukan saja dalam hal pewarisan harta, tetapi juga dalam melahirkan anak, karena seorang istri yang belum melahirkan anak laki-laki diharapkan melahirkan anak terus sampai mendapatkan anak laki-laki. Dengan demikian, pengutamaan kaum wanita dalam mitologi dan kehidupan keagamaan di Okinawa sangat berkontradiksi dengan pengutamaan kaum pria dalam kehidupan sosial. Secara teoritis, nilai-nilai positif yang diberikan kepada wanita Okinawa dalam dimensi simbolik tidak begitu saja akan terwujud dalam peran dan hubungan sosial yang nyata.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S13686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariqoh Marwa Rohadatul’aisy Firdausy
Abstrak :
Stratifikasi sosial tertutup seperti kasta merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang hingga kini bertahan dan salah satunya pada masyarakat Bali. Dalam kasta ini pembagian kelas dan status sosial sangat tegas dan jelas yakni dari kaum bangsawan (Brahmana dan Ksatria), kaum menengah (Waisya), dan kaum rendah (Sudra). Pembagian status sosial tersebut disesuaikan dengan peran sosial yang dimiliki. Peran sosial yang berbeda sering kali mengakibatkan konflik dan memengaruhi eksistensi mereka. Hal tersebut tergambarkan dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini yang menjadi objek penelitian. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan sosiologi sastra, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan eksistensi perempuan Sudra dalam kehidupan perkawinan dengan keluarga Brahmana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi perempuan Sudra memiliki perbedaan yakni ketika sebagai perempuan Sudra dan menjadi bagian dari keluarga Brahmana. Ketika berada di keluarga Sudra, eksistensinya sebagai pribadi diakui. Berbeda ketika dia menikah dan masuk di keluarga Brahmana, eksistensi sebagai perempuan Sudra itu melebur bahkan hilang.   ......Social stratification, the caste system, is an ancestral legacy in Indonesia that persists to this day, particularly evident in Balinese society. Within this caste system, the divisions of classes and social statuses are distinct and clear, namely among the noble class (Brahmins and Kshatriyas), the middle class (Vaishyas), and the lower class (Shudras). These social statuses correspond to the social roles individuals hold. Different social roles often lead to conflicts and impact their existence. This is depicted in the novel 'Tarian Bumi' by Oka Rusmini, which serves as the subject of study. Using qualitative research methods and a sociological literary approach, this study aims to elucidate the existence of Shudra women in marital life within Brahmin families. The research findings indicate that the existence of Shudra women differs when they are within their own Shudra families compared to being part of Brahmin families. While their existence as individuals is recognized within their Shudra family, it often dissolves or even disappears when they marry into a Brahmin family.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halida Nabilla Salfa
Abstrak :
Teori Peran sosial menjelaskan bahwa setiap perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan adalah hasil dari stereotype budaya tentang gender. Perempuan diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan gendernya, sehingga hal ini menyebabkan perbedaan tugas yang diberikan pada mereka oleh masyarakat. Perbedaan tugas ini mencolok di pekerjaan yang didominasi oleh perempuan, seperti pekerja kesehatan, guru playgroup dan guru Taman Kanak-Kanak, apabila disandingkan dengan pekerjaan yang didominasi laki-laki, seperti pekerja bangunan, montir atau tukang listrik. Dewasa ini, perbedaan tersebut juga dapat ditemui di komisi-komisi legislatif Indonesia. Komisi yang terkait dengan subjek kesehatan, kegiatan sosial, atau komisi-komisi dengan nuansa soft politics, tampak memiliki keterlibatan perempuan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan komisi-komisi yang terkait dengan urusan militer, dalam negeri, atau komisi-komisi lain dengan nuansa hard politics. Sehingga, riset mengenai perbedaan proposi gender antar komisi perlu untuk dilakukan untuk melihat dampak peran sosial kepada pembagian tugas di DPR RI. Menggunakan data yang dikumpulkan melalui proses wawancara dan studi literatur, riset ini menemukan bahwa peran sosial tidak mempengaruhi institusi legislatif secara system, tetapi lebih berakar pada pengaruh budaya yang membuat perempuan sulit untuk ikut terlibat dalam institusi legislatif. Walaupun masalah ini terus coba untuk diselesaikan oleh pemerintah, perempuan masih mengalami berbagai halangan untuk bergabung dalam institusi legislatif, karena mereka harus memiliki kemauan, kemampuan finansial, dan izin dari keluarga. Halangan-halangan ini tidak terjadi pada laki-laki karena peran laki-laki dalam keluarga masih diharapkan untuk menjadi pencari uang, memimpin, dan tergabung dalam pemerintahan. Sedangkan, perempuan masih diharapkan untuk mengambil peran sosial sebagai pengurus keluarga. Sehingga, peran sosial masih mempengaruhi perempuan untuk tergabung dalam institusi legislatif yang akhirnya membuat jumlah perempuan secara supply lebih sedikit dan tugas komisi yang mereka pilih juga masih dipengaruhi oleh peran sosial sebagai perempuan dalam keluarga. ......Social role suggests that almost all behavioral differences between male and females are the result from cultural stereotypes about gender. For women is expected to behave differently, task assigned to them in working space is also different. This differentiation in task assigned is stark in women dominated jobs, such as healthcare assistant, preschool and kindergarten teacher, compared to men dominated jobs, such as construction worker, mechanics and electrician. It has recently observed that the extension of gender- dominated jobfield might have extension to legislatif commission in Indonesia. Commission that deals with health issue, social work, and anything related to soft politics are high in women’s involevement, but not in commission that related to military, internal affairs, or anything that relates to hard politics. Thus, a study regarding the disproportional gender ratio between certain commission is required to examine the impact of social role to the job division among women in Indonesian legislatif. Using data gathered from interview and literature review, this research concludes that the social role does not affect the legislatif institutions by system, but it rather stems from cultural perspectives that stem from lack supply of women-gendered legislatif member. Although this problem is constantly being addressed by the government, women are still under various hindrace from joining the legislatif as they are limited by willingness, financial capability and approval from the family. These hindrances are virtually nonexistent to male, as they are expected to lead and get involved in the government as breadwinner, while women are still expected to take caretaking role of the family. Therefore, although the women are not systematically oppressed, the social role is still affecting their involvement in the legislatif process as they are naturally few in number by supply and has internal willingness to take task that is close to their social role as a woman in the family.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ariska Dewi
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai persepsi risiko kebakaran pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang beraktivitas di gedung Rektorat Universitas Indonesia setiap hari kerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif berdesain cross sectional dengan sampel sebanyak 240 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan persepsi risiko kebakaran pegawai sudah baik berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi risiko kebakaran. Dalam penelitian ini, secara khusus dianalisis hubungan faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi persepsi risiko kebakaran pegawai. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin, pengalaman menghadapi kebakaran, pelatihan menghadapi kebakaran, kondisi emosional pegawai ketika terjadi kebakaran, pengaruh perilaku orang lain dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran, dan tingkat lantai pegawai bekerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap persepsi risiko kebakaran. Sementara itu, faktor-faktor lainnya yaitu usia, pendidikan terakhir, pengetahuan mengenai kebakaran, kepercayaan pada pihak berwenang yang menanggulangi kebakaran, kredibilitas informasi kebakaran, lingkungan fisik gedung, dan peran sosial tidak mempengaruhi persepsi risiko kebakaran pegawai secara signifikan.
This study discussed the risk perception of Central Administration Staff of The University of Indonesia in facing fire if happening in Rectorate Building of the University of Indonesia. The design of this study uses a descriptive quantitative method with a cross sectional approach and the total sample is 240 respondents. The results of this study conclude that fire risk perception on the staff has been good generally based on the factors which influence the perception. It also proves that factors which influence the fire risk perception significantly are gender, fire experiences, fire training, emotional states, the behavior of others, and floor level. However, other factors do not influence the fire risk perception such as age, education, fire knowledge, trust in authorities, fire information credibility, physical environment, and social role.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Logan Gunadi Wirawan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena mahasiswa sebagai korban pinjol ilegal dan mengidentifikasi aspek kehidupan akademis yang mendorong mahasiswa menjadi pengguna pinjol ilegal. Pegumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur kepada tujuh mahasiswa korban pinjol ilegal. General strain theory digunakan untuk menjelaskan bagaimana lingkungan akademis menghasilkan tekanan yang mendorong mahasiswa menjadi pengguna pinjol ilegal. Analisis strain digunakan untuk mengkaji eksploitasi finansial, teror, dan intimidasi yang dialami mahasiswa selama dan setelah menjadi korban pinjol ilegal. Penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa mengalami strain dalam menjalani kehidupan akademis, berupa konflik peran dan kegagalan memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa dan tanggung jawab sebagai anak di dalam keluarga. Biaya pendidikan yang terus meningkat mahasiswa tidak memiliki akses penghasilan yang stabil karena keterbatasan pengalaman dan waktu menciptakan tekanan finansial. . Sementara beasiswa dan keringanan biaya akademis pada umumnya memiliki syarat yang terlalu rumit untuk diakses, sehingga tidak dapat membantu semua mahasiswa. Strain yang dialami membuat mengalami gangguan mental seperti stres, kecemasan, dan paranoia. Dalam kondisi strain mahasiswa terdorong untuk mencari solusi cepat dengan cara apapun, termasuk pinjol ilegal, sehingga mengabaikan risiko dan bahaya dari solusi tersebut. ......This research means to explain the growing phenomena of students as victims of illegal online lending and to identify aspects of academic living that push students to take on illegal debt. This research utilizes structured interviews to obtain data from seven student victims of illegal online lending. General strain theory is used to explain how academic environments create pressures on students that causes disturbances among students that lead to illegal online loan use. Strain analysis is used to gauge how students experience victimization from the financial exploitation, terror, and intimidation they undergo while or after using illegal online loans. This research's findings identify two main sources of strain among students. First is the social pressure for students to perform academically, causing students who fail to uphold social expectations to experience strain. Second is the rising price of academic participation, with rising tuition costs and high costs associated with maintaining academic presence. Students are also found to have very minimal ways to obtain a stable income because of their lack of experience and time. Scholarships and fee waivers are found to have too many complicated requirements to be able to reach all students who are suffering from financial problems. All those issues found cause students to experience strain that disturbs students and causes mental distress in the form of stress, anxiety, and paranoia. Under strain, students are pushed to utilize any solution available to them, including illegal online lending, causing them to ignore any risks and dangers associated with aforementioned solutions.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library