Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kresnanda Triputra
"Telah dilakukan penelitian mengenai komunitas dinoflagellata bentik penyebab Ciguatera Fish Poisoning (CFP) di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada Juli 2023 hingga Juni 2024. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan dan komposisi penyusun komunitas dinoflagellata bentik pada substrat buatan dan menganalisis hubungan antara parameter lingkungan terhadap perlakuan perbedaan waktu. Dinoflagellata bentik dikoleksi dari substrat buatan yang diletakkan di perairan selama 24, 48, dan 72 jam. Proses pencacahan dilakukan menggunakan Sedgewick-rafter Counting Cell dan diamati menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x. Analisis data menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) untuk menentukan faktor lingkungan yang mencirikan setiap perlakuan waktu. Diperoleh tiga genus dinoflagellata bentik, yaitu Prorocentrum, Ostreopsis, dan Sinophysis. Perlakuan 72 jam memiliki kelimpahan dinoflagellata bentik tertinggi sebesar 129,1 sel/cm2 dan genus Prorocentrum menjadi genus paling melimpah sebesar 141,6 sel/cm2. Berdasarkan hasil AKU, perlakuan 24 dan 48 jam dicirikan oleh suhu, salinitas, dan kecepatan arus, sedangkan 72 jam dicirikan oleh DO dan intensitas cahaya.

Study on the community of benthic dinoflagellates causing Ciguatera Fish Poisoning (CFP) in the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu, was conducted from July 2023 until June 2024. The aim of this research was to analyze the abundance and composition of the benthic dinoflagellate community on artificial substrates and to analyze the relationship between environmental parameters and different time treatments. Benthic dinoflagellates were collected from artificial substrates placed in the water for 24, 48, and 72 hours. Counting was performed using a Sedgewick-Rafter Counting Cell and observed using a light microscope at 100x magnification. Data analysis was conducted using Principal Component Analysis (PCA) to determine the environmental factors characterizing each time treatment. Three genera of benthic dinoflagellates were identified: Prorocentrum, Ostreopsis, and Sinophysis. The 72-hour treatment had the highest abundance of benthic dinoflagellates at 129,1 cells/cm², with Prorocentrum being the highest abundant genus at 141,6 cells/cm². According to PCA results, the 24 and 48-hour treatments were characterized by temperature, salinity, and current velocity, whereas the 72-hour treatment was characterized by DO and light intensity. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Afriyani
"Acanthaster planci anggota filum Echinodermata diketahui memiliki mekanisme pertahanan diri, baik mekanisme fisik maupun kimia. Pertahanan secara kimia karena adanya senyawa metabolit sekunder dalam Acanthaster planci yang diduga membuat hewan ini memiliki sifat antifeedant. Saponin adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang dominan dijumpai dalam A. Planci. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Acanthaster planci bersifat antifeedant, serta membuktikan apakah saponin adalah senyawa yang bertanggung jawab sebagai senyawa antifeedant. Uji kualitatatif senyawa saponin dilakukan dengan metode Liebermann Burchard pada ekstrak A. planci kering. Untuk mengetahui bahwa senyawa saponin yang bertanggung jawab dalam proses antifeedant tersebut, pengujian juga dilakukan dengan menggunakan ekstrak A. planci fraksi air, etil asetat, dan n-heksan. Objek pengamatan adalah ikan-ikan karang di perairan Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu, yang diberikan perlakuan berupa pemberian pakan kontrol dan pakan uji yang mengandung ekstrak metanol A. planci, kemudian diamati jumlah pakan yang dimakan, serta jenis dan perilaku ikan terhadap pakan yang diberikan. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan uji non-parametrik Wilcoxon dan Friedman. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak A. planci dengan fraksi air bersifat antifeedant, yang juga didukung dengan hasil positif adanya senyawa saponin pada ekstrak A. planci dengan pelarut air dan metanol. Hasil uji saponin pada fraksi n-heksan yang bersifat nonpolar bersifat negatif, sedangkan ekstrak A.planci dengan fraksi etil asetat yang bersifat semipolar menunjukkan adanya senyawa lain selain saponin, yaitu terpenoid.

Acanthaster planci as member of phylum Echinodermata having mechanical defense both physical defense and chemical defense. Its chemical defense showed by secondary metabolites that is consider as antifeedant. Saponin is one of dominant secondary metabolites on A. Planci star fish. The research determines A. planci extract is antifeedant, furthermore saponin is the compound which responsible of this. The Liebermann Burchard test to A. planci dry extract to determine the saponin. In order to know that saponin has consider to be antifeedant, the test also use to fractionation extract with three different solvents, aquades, n-hexane, and etile acetate. Antifeedant test use the reef fishes on Pramuka Island water-Seribu Islands, as predator. Feeding experiments involve reef fishes making choices between food treated with A. planci extract and control foods. The data contains food score and fish behaviours. Field experiments with food treated methanol extract analyze with Wilcoxon paired-sample test, and experiments with fractionation extract using Friedman non-parametric test. Experiments result show that A. planci with methanol extract and aquades fraction are antifeedant. It`s also support by qualitative test about saponin. Saponin found negative on extract with n-hexane and etile acetate fractions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library