Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fielda Djuita
"ABSTRAK
Terapi radiasi nerupakan salahsatu cara mengobati penyakit kanker. Telah banyak usaha untuk memperbaiki teknik ini setiap waktunya terutama untuk mengurangi efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. Maka, pasien selama pengobatan radiasi diamati keadaan umum dan status nutrisinya, termasuk meninjau berat badan dan nilai hemoglobinnya."
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Risky Auliana
"Latar Belakang : Pada penelitian sebelumnya, iradiasi menggunakan iradiasi pulsa LCU cenderung diikuti dengan suhu cahaya yang relatif rendah sehingga aman untuk pulpa gigi dan telah diaplikasikan untuk polimerisasi resin komposit nanofil dalam waktu 20 detik. berdenyut melawan kekuatan kompresi selama 5, 10, 20 detik. Metode : 60 spesimen resin komposit isi curah silinder diameter 3 mm dan tebal 6 mm, diiradiasi dengan LCU eksperimental iradiasi pulsa dan LCU komersial iradiasi kontinyu sebagai kontrol selama 5, 10, 20 detik. Kemudian direndam dengan air suling selama 24 jam. Spesimen kemudian diuji kuat tekannya menggunakan mesin uji universal (Shimadzu AGS-X 5kN, Jepang) dengan kecepatan crosshead 0,5m/s. Hasil: terjadi peningkatan kuat tekan resin komposit isian curah iradiasi
dengan LCU eksperimental selama 5, 10, 20 detik, memiliki hasil berturut-turut sekitar 209,43 hingga 241,80 MPa. Kemudian dengan iradiasi kontinyu LCU komersial memiliki hasil berturut-turut sekitar 210,69 hingga 261,72 MPa. Analisis one-way ANOVA dan post hoc bonferroni menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) nilai kuat tekan antara kedua metode penyinaran pada lama waktu yang sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada masing-masing metode iradiasi pada durasi yang berbeda. Sementara itu, mendeteksi perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kekuatan tekan resin komposit pengisian curah dengan penyinaran antara 5 dan 10 detik dan 5 dan 20 detik dengan metode penyinaran kontinu. Kesimpulan: kuat tekan resin komposit bulk fill baik dengan iradiasi pulsa maupun kontinyu selama 5, 10, 20 detik meningkat dengan bertambahnya lama iradiasi, dan iradiasi menggunakan metode pulsa dan
kuat tekan kontinyu menghasilkan resin komposit bulk fill yang tidak berbeda nyata.
Background : In previous studies, irradiation using LCU pulse irradiation tends to be followed by a relatively low light temperature so that it is safe for dental pulp and has been applied to polymerize nanofil composite resins within 20 seconds. pulse against the force of compression for 5, 10, 20 seconds. Methods : 60 specimens of cylindrical bulk-filled composite resin with a diameter of 3 mm and a thickness of 6 mm, were irradiated with pulse irradiation experimental LCU and continuous irradiated commercial LCU as control for 5, 10, 20 seconds. Then soaked with distilled water for 24 hours. The specimens were then tested for compressive strength using a universal testing machine (Shimadzu AGS-X 5kN, Japan) with a crosshead speed of 0.5m/s. Result: there was an increase in the compressive strength of the irradiated bulk filled composite resin with the experimental LCU for 5, 10, 20 s, had successive yields of about 209.43 to 241.80 MPa. Then with continuous irradiation commercial LCU has successive yields of about 210.69 to 261.72 MPa. One-way ANOVA and post hoc bonferroni analysis showed that the results were not significantly different (p>0.05) in the compressive strength between the two irradiation methods at the same time. There was no significant difference in each irradiation method at different durations. Meanwhile, detecting a significant difference (p<0.05) in the compressive strength of composite resin bulk filling with irradiation between 5 and 10 seconds and 5 and 20 seconds with the continuous irradiation method. Conclusion: the compressive strength of bulk fill composite resins both with pulse and continuous irradiation for 5, 10, 20 seconds increased with increasing irradiation time, and irradiation using pulse and pulse irradiation methods continuous compressive strength resulted in bulk fill composite resin which was not significantly different."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lama penyinaran matahari merupakan salah satu dari beberapa unsur
klimatologi, dan didefinisikan sebagai kekuatan matahari yang melebihi 120 W/m2.
Tulisan ini disusun sebagai upaya memperkenalkan besaran lama penyinaran
matahari kepada masyarakat umum. Dari beberapa jenis alat ukur yang ada maka
Campbell Stokes Recorder merupakan alat pengukur lama penyinaran matahari yang
secara resmi digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Alat ini
terdiri dari sebuah bola kaca berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagai lensa
cembung, dan kertas pias yang diletakkan di bagian fokus bola kaca. Kekuatan insolasi
yang melebihi 120 W/m2 akan meninggalkan jejak terbakar pada kertas pias yang
panjang jejaknya berkaitan dengan lama penyinaran matahari. Pengukuran yang
dilakukan oleh Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer di Bandung pada bulan Nopember
dan Desember tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pola penyinaran
matahari pada kedua bulan tersebut dan dapat dikaitkan dengan berlimpahnya jumlah
uap air di udara. Bulan Desember yang ditandai dengan banyaknya curah hujan
memiliki lama penyinaran dominan 0-2 jam/hari sebanyak 12 hari, dan sisanya
merupakan lama penyinaran matahari 2-8 jam/hari, sedangkan bulan Nopember
memiliki distribusi lama penyinaran matahari yang relatif lebih merata."
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Innawaty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyinaran menggunakan LED dan pemanasan awal menggunakan Micerium ENA Heat terhadap depth of cure resin komposit bulk-fill. Alat dan bahan: Enam puluh spesimen Filtek Bulk-Fill Posterior Restoratives ketebalan 4 mm dan diameter 3 mm; tanpa dan dengan pemanasan awal pada temperatur 39 C dibagi ke dalam 3 kelompok sesuai dengan durasi penyinaran 5 detik, 10 detik, dan 15 detik. Spesimen dipolimerisasi menggunakan LED Curing Unit 3MTM Elipar, 1.200 mW/cm2 dan diuji kekerasan mikro menggunakan Vickers Microhardness Tester Shimadzu, Japan untuk menghitung nilai depth of cure. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Kruskall-Wallis dan Post-Hoc Mann Whitney-U.
Hasil: Adanya perbedaan yang tidak bermakna p ge;0,05 untuk nilai depth of cure pada keenam kelompok tanpa dan dengan pemanasan awal. Walaupun nilai depth of cure tersebut tidak bermakna namun telah mencapai nilai minimum yaitu ge; 80. Selain itu terdapat perbedaan yang bermakna p.

Aim Evaluate the influence of different exposure time and pre heating on its depth of cure of bulk fill composite. Methods Sixty cylinder shaped specimens of Filtek Bulk Fill Posterior Restoratives 4 mm of thickness x 3 mm of diameter with and without pre heating at 39 C were divided into 3 subgroups according to exposure times 5, 10, and 15. All specimens were polymerized using LED Curing Unit 3MTM Elipar, 1.200 mW cm2 and tested using Vickers Microhardness Tester Shimadzu, Japan to determine its microhardness for calculating its depth of cure. Data were statistically analyzed using Kruskall Wallis and Post Hoc Mann Whitney U test.
Results A no significant differences p ge 0,05 in depth of cure amongst the six groups of non preheated and preheated bulk fill composite. However, all of the groups have reached a minimum value of ge 80 depth of cure. Moreover, there is a significant differences in microhardness in all of the six groups of non preheated and preheated bulk fill composite and between 5 and 15 of exposure times in both groups. Conclusion Exposure times and pre heating at 39 C had an influence on microhardness of bulk fill composite.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesy
"Latar belakang: Resin komposit Bulk-fill merupakan material tumpatan gigi yang dapat digunakan pada kavitas gigi posterior sedalam 4-5mm dengan satu kali penyinaran. Durasi penyinaran dan metode penyinaran mempengaruhi derajat polimerisasi dari suatu material tumpatan gigi. Sehingga derajat polimerisasi akan mempengaruhi sifat mekanik salah satunya adalah kuat tarik diametral suatu material resin komposit Bulk-fill. Tujuan: Untuk mengetahui kuat tarik diametral resin komposit Bulk-fill yang disinar menggunakan Light Curing Unit eksperimental metode penyinaran pulsa dan Light Curing Unit komersial metode penyinaran kontinu selama 5 detik, 10 detik dan 20 detik. Metode: Enam puluh spesimen resin komposit Bulk-fill (diameter 6mm dan ketebalan 3mm) yang dibagi menjadi 2 kelompok metode penyinaran (pulsa dan kontinu) dan 3 kelompok durasi penyinaran (5 detik, 10 detik, 20 detik) dan direndam didalam 5ml akuades kemudian disimpan dalam inkubator 37oC selama 24 jam. Spesimen lalu dilakukan uji kuat tarik diametral menggunakan Universal Testing Machine dengan beban uji sebesar 250kgFdengan crosshead speed 0,5 mm/menit Hasil: Terdapat peningkatan nilai kuat tarik diametral selama 5 detik, 10 detik dan 20 detik pada metode penyinaran pulsa (53,90±8,53 MPa, 54,94±7,68 MPa, 56,18±6,99 MPa) dan metode penyinaran kontinu (53,26±5,78 MPa, 56,40±5,15 MPa, 57,17±5,70 MPa). Uji One-Way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara durasi penyinaran dan juga metode penyinaran. Kesimpulan: Kuat tarik diametral pada metode penyinaran pulsa memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan metode penyinaran kontinu.

in posterior tooth cavities as deep as 4-5mm with one curing. The duration and method of curing affect the degree of polymerization of a tooth filling material. Therefore, the degree of polymerization will affect the mechanical properties, one of which is the diametral tensile strength of a Bulk-fill composite resin material. Objective: To determine the diametral tensile strength of Bulk-fill composite resins cured using the experimental Light Curing Unit pulses curing method and commercial Light Curing Units with continuous curing method for 5 seconds, 10 seconds and 20 seconds. Method: Sixty Bulk-fill composite resin specimens (6mm diameter and 3mm thickness) were divided into 2 groups of curing methods (pulses and continuous) and 3 groups of curing duration (5 seconds, 10 seconds, 20 seconds) then immersed in 5 ml distilled water and stored in 37oC incubator for 24 hours. Specimens were then tested with diametral tensile strength using a Universal Testing Machine with a test load of 5 kN with a crosshead speed of 0.5 mm/minute. Result: There was an increase in diametral tensile strength values for 5 seconds, 10 seconds, and 20 seconds in the pulse curing method (53.90 ± 8.53 MPa, 54.94 ± 7.68 MPa, 56.18 ± 6.99 MPa) and also an increase in the continuous curing method (53.26 ± 5.78 MPa, 56.40 ± 5.15 MPa, 57.17 ± 5.70 MPa). One-Way ANOVA test showed no significant difference (p> 0.05) between each duration and method of curing. Conclusion: The diametral tensile strength of the pulse curing method has a lower value compared to the continuous irradiation method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jung, Jumin
"Latar belakang: Light Curing Unit (LCU) LED metode pulsa iradiansi 900 mW/cm2 telah dikembangkan untuk menghasilkan suhu pada ruang pulpa lebih rendah dibandingkan metode kontinu akibat polimerisasi resin komposit Nanofill pada durasi penyinaran 20 detik. Tujuan: menganalisis pengaruh durasi dan metode penyinaran pulsa terhadap kekerasan permukaan dan Depth of Cure resin komposit Nanofill. Metode: Spesimen resin komposit Nanofill (diameter 6 mm dan tebal 2 mm) disinar dengan LCU LED metode pulsa beriradiansi 900 mW/cm2 selama 5, 10, dan 20 detik, lalu direndam di dalam 5 ml akuades (37˚C 24 jam). Setiap spesimen diuji dengan Knoop Microhardness Tester sebanyak 5 kali pada permukaan atas dan bawah dan dihitung depth of cure. Hasil: Terjadi peningkatan kekerasan permukaan yang disinar dengan LCU metode penyinaran pulsa dan kontinu selama 5 hingga 20 detik yaitu 45,9±1,6/26,4±1,6 KHN hingga 68,8±1,8/57,4±1,6 KHN, dan 46,8±1,6/28,2±1,5 KHN hingga 69,3±1,2/57,8±1,1 KHN. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kekerasan permukaan di kelompok durasi penyinaran dengan uji One-way Anova dan post hoc Tamhane. Pada nilai depth of cure resin komposit Nanofill yang disinar antara kedua metode penyinaran tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) secara statistik. Kesimpulan: Resin komposit Nanofill yang disinar pada durasi lebih lama menunjukkan kekerasaan permukaan atas maupun bawah lebih tinggi dibandingkan dengan durasi lebih pendek. Demikian pula, depth of cure pada durasi lebih lama menunjukkan nilai lebih tinggi. Penyinaran metode pulsa iradiansi 900 mW/cm2 dan kontinu iradiansi 900 mW/cm2 menunjukkan kekerasan permukaan dan depth of cure yang sama."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imanuddin Rahman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Elizhabet
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak sumber sinar Light Emitting Diode (LED) terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill. Resin komposit bulk-fill Tetric® N-Ceram Bulk-Fill, shade IVA (setara dengan warna VITA A2-A3) dibuat menjadi 30 spesimen berbentuk silinder dengan ukuran tebal 3 mm dan diameter 6 mm. Spesimen dibagi menjadi 3 kelompok variasi jarak penyinaran, yaitu 0 mm, 3 mm dan 5 mm. Penyinaran menggunakan LED Light Curing Unit Bluephase® Style (Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein) dengan durasi penyinaran selama 10 detik sesuai instruksi pabrik. Data dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA satu arah. Hasil analisis tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05) pada semua kelompok. Jarak sumber sinar LED ≤ 5 mm tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill.

This study aimed to evaluate the effect of LED light source distance on diametral tensile strength of bulk-fill composite restorative material. Bulk-fill composite Tetric® N-Ceram Bulk-Fill, shade IVA (equal to VITA shade A2-A3) was formed into 30 cylindrical specimens with 3 mm in thickness and 6 mm in diameter. Specimens were divided into 3 groups with various curing distance: 0 mm, 3 mm and 5 mm. All groups were polymerized by LED Light Curing Unit Bluephase® Style (Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein) for 10 seconds based on manufacturer’s instruction. Data were statistically analyzed by one-way ANOVA The result showed insignificant differences in all groups (p>0,05). LED light source distance ≤ 5 mm was not significantly affected the diametral tensile strength of bulk-fill composite."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifdatul Husna Ahmad
"Pada penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat perangkat lunak simulasi penyinaran radiografi dengan metode ray tracing menggunakan bahasa pemrograman Python. Metode ray tracing dilakukan dengan menghitung intensitas yang diterima detektor setelah melewati suatu materi dan mengalami atenuasi. Penelitian ini dimulai dengan memodelkan fantom TOR 18FG sebagai objek penyinaran. Merancang dan membuat modul simulasi penyinaran monoenergi pada energi 50 keV dan melakukan validitas terhadap perangkat lunak dengan membandingkan citra hasil simulasi dengan citra referensi kemudian menghitung persentase kesalahannya pada geometri dengan perhitungan statistik Mean Absolute Error (MAPE) dan nilai kontras citra dengan perhitungan statistik Mean Absolute Percentage Error (MAE). Pada validasi geometri, persentase kesalahan absolut perangkat lunak sebesar 4,082%. Sedangkan pada validasi nilai kontras, besar kesalahan absolut perangkat lunak sebesar 27,5%. Hasil dari penelitian ini, didapatkan perangkat lunak sederhana yang menyajikan pemodelan penyinaran dengan metode ray tracing dalam bentuk GUI yang dapat menginput nilai intensitas awal berupa jumlah foton dan menghasilkan output berupa citra fantom dengan tingkat akurasi yang tinggi secara geometri, tetapi tingkat akurasi secara nilai kontras masih rendah.

In this study aims to design and manufacture radiographic irradiation simulation software using the ray tracing method using the Python programming language. The ray tracing method is performed by calculating the intensity received by the detector after passing through a material and experiencing attenuation. This research begins by modeling the TOR 18FG phantom as an irradiating object. Designing and manufacturing a monoenergy irradiation simulation module at 50 keV energy and validating the software by comparing the simulated image with a reference image and then calculating the percentage error in the geometry by calculating the Mean Absolute Error (MAPE) and the contrast value of the image by calculating the Mean Absolute Percentage Errors (MAE). In geometry validation, the software absolute error percentage is 4.082%. Whereas in the validation of contrast values, the software absolute error is 27.5%. The results of this study, obtained simple software that presents irradiation modeling with the ray tracing method in the form of a GUI that can input the initial intensity value in the form of the number of photons and produces an output in the form of a phantom image with a high degree of accuracy in terms of geometry, but the level of accuracy in terms of contrast value is still low."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Sharfina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak penyinaran terhadap depth of cure DOC resin komposit serat sebagai substruktur. Delapan belas spesimen EverX Posterior warna A3 berbentuk silinder diameter 6 mm dan tebal 4 mm dibagi menjadi 3 kelompok jarak penyinaran 0, 2, dan 4 mm yang dipolimerisasi dengan LED Litex 695, irradiansi 800 mW/cm2, selama 20 detik. Pengukuran DOC dilakukan melalui rasio kekerasan Vickers. Analisis data dilakukan menggunakan uji ANOVA satu arah. Hasil penelitian menunjukkan DOC pada jarak penyinaran 0, 2, dan 4 mm sebesar 79 0,7, 77 0,6, dan 75 0,8. Disimpulkan terdapat perbedaan bermakna pada nilai DOC pada seluruh jarak penyinaran.

This study aims to analyze the effect of light curing distance on the depth of cure DOC of fiber reinforced composite as substructure. Eighteen specimens consist of EverX Posterior shade A3, formed into a cylindrical shape 6 mm in diameter and 4 mm thickness divided into 3 groups according to light curing distance 0, 2, and 4 mm which were polymerized with LED Litex 695, irradiance 800 mW cm2, for 20s. Meansurement of DOC was carried out by Vickers hardness ratio of specimens. Data were analyzed statistically by one way ANOVA test. The result showed the DOC at a light curing distances of 0, 2, and 4 mm was 79 0,7, 77 0,6, and 75 0,8. It was concluded that there is a significant difference in DOC among the light curing distance."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>