Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herlambang Abytama
Abstrak :

Penelitian ini membahas hibriditas pada Masjid Raya Sultan Penyengat sebagai sebuah warisan cagar budaya di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai elemen hibrid pada variasi bentuk dan komponen bangunan masjid dari segi arsitektural dan ornamental. Menggunakan metode penelitian arkeologi Sharer dan Ashmore yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi untuk mengungkapkan unsur kebudayaan lokal maupun asing yang ada pada Masjid Raya Sultan Penyengat. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa Masjid Raya Sultan Penyengat memiliki unsur hibrid dari kebudayaan Turki, India, Kolonial dan Melayu yang terdapat pada bagian-bagian bangunannya.  ......This reaserch discusses the hybridity of the Sultan Penyengat Grand Mosque as a cultural heritage in the Penyengat Island, Tanjung Pinang City of Kepulauan Riau Province. The pourpose of this text to determine the various hybrid elements in the variety of shapes and components of mosque buildings in terms of architectural and ornamental. Using Sharer and Ashmore's archaeological methods, namely formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication to establish the local and foreign cultural elements that exist in the Sultan Penyengat Grand Mosque. Based on the results of the analysis, it indicate the Sultan Penyengat Grand Mosque has a hybrid element from Turkish, Indian, Colonial and Malay culture found in it’s building parts.

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afra Ghaniy Yoko Putri
Abstrak :
Istana Ali Marhum Kantor di Pulau Penyengat merupakan bangunan cagar budaya peninggalan masa Kesultanan Riau-Lingga (1900–1912) yang belum pernah difungsikan kembali secara permanen sejak ditinggalkan oleh Kesultanan Riau-Lingga. Bangunan ini mengalami degradasi fisik ringan secara konstan seperti pengelupasan cat bangunan, lepasnya lantai-lantai kayu, serta kotornya dinding yang ditutupi lumut-lumut dan jamur yang dibiarkan dan dibersihkan menyeluruh ketika ada pemugaran (biasanya setiap 10 tahun sekali). Bangunan ini juga memiliki riwayat pemugaran yang menyalahi panduan pelestarian karena menghilangkan ornamen Melayu pada fasad bangunan. Artinya, dengan tidak dimanfaatkannya bangunan ini mengancam pelestarian dan otentisitas bangunan itu sendiri. Oleh karena itu, melalui pendekatan manajemen sumber daya, sebuah bentuk alternatif pemanfaatan diajukan sebagai upaya optimalisasi bangunan Cagar Budaya. Penelitian terapan ini menggunakan tahapan penelitian Sharer dan Ashmore (2010), yakni formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Alternatif pemanfaatan dikaji berdasarkan rekomendasi pengelolaan Cagar Budaya yang dirumuskan oleh UU CB (2010) dan BPCB Sumbar (2017) serta studi komparatif dengan Istana Kampong Gelam Singapura. Keduanya merupakan bangunan cagar budaya tingkat nasional yang memiliki keterkaitan latar belakang sejarah dan budaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk alternatif pemanfaatan sebagai Pusat Informasi Kebudayaan Melayu dapat diterapkan di Istana Ali Marhum Kantor. ......The Istana Ali Marhum Kantor, a cultural heritage building on Penyengat Island, dates back to the Riau-Lingga Sultanate era (1900-1912). Despite its historical significance, the structure has remained unused since the Sultanate's departure. It has experienced gradual physical degradation, including peeling paint, detached wooden floors, and moss-covered walls. Past restoration efforts have removed Malay ornaments from the facade, further jeopardizing its preservation and authenticity. To address these challenges, a resource management approach is proposed for the optimal utilization of the Cultural Heritage building. Following the research stages by Sharer and Ashmore (2010), an alternative utilization plan is developed. It aligns with recommendations for Cultural Heritage management, adhering to the Cultural Heritage Law (2010) and the Regional Center for Cultural Heritage Preservation of West Sumatra (2017). A comparative study is conducted with the Istana Kampong Gelam in Singapore, another national-level cultural heritage building. The results of this study indicate that an alternative form of utilization as an Information Center for Malay Culture can be implemented at the Ali Marhum Palace Office.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
At first, Penyengat Island is merely an island that visited by sailor for taking fresh water supply. In the subsequent period, given the strategic significance of the island was later used as defense of the island. At a very critical condition, it threatens the existence of the Kingdom of Riau, the island is even used as a center of the kingdom but eventually as the collapse of Riau authority, the island was eventually abandoned.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library