Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wike Warzukni
"Salah satu alat bantu untuk melakukan pengukuran dalam bidang psikologi yaitu Hand Test, yang menggunakcn metode proyektif Melalui Hand Test dapat dilihat kecenderungan individu dalam bertindak. Penelitian-penelitian Hand Test di luar negeri memperkuat asumsi bahwa Hand Test memang mengukur kecenderungan tingkah laku yang over dan mampu membedakan antara berbagai populasi yang tergolong normal dan populasi kelompok Idinis (Wagner, 1983). Salah satu populasi yang memiliki karakteristik yang khas yaitu penyalahguna narkotika dan obat-ohatan berbahaya (narkoba). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan antara Hand Test antara penyalahguna narkoba dengan yang tidak memakai narkoba. Adapun perbedaan yang dilihat yaitu pada jumlah respons pada tiap kategori dan sub kategori yang terdapat dari dalarn Hand Test.
Di dalam penelitian ini digunakan dua kelompok, yaitu kelompok penyalahguna narkoba (kelompok narkoba) dan kelompok yang tidak memakai narkoba (kelompok non narkoba). Jumlah subyek dalam masing-masing kelompok yaim 30 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan (dengan persentase yang banyak laki-Iakinya), berusia antara 18 - 25 tahun. Data Hand Test pada kelompok nnrkoba merupakan data skunder, sementara dari kelompok non narkoba merupakan data primer. Untuk membandingkan antara kedua kelompok ini, digunakan teknik t-test untuk kelompok sampel yang independen, dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal jumlah respons AGG, DEP, dan WITH, di mana kelompok narkoba terlihat memiliki mean yang lebih. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok narkoba cenderung memberikan respons AGG, DEP, dan WITH yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non narkoba.
Respons AGG tampaknya berkaitan dengan dengan kecenderungan penyalahguna dalam bertindak secara agresif dan hal ini sejalan dengan yang dikatakan Vaillant (dalam Nathan, 1988); Papalia, Olds, & Feldman (2001).
Sedangkan respons WITH berkaitan dengam pengabaian peran yang dilakukan oleh penyalahguna narkoba, di mana seseorang yang terlibat penyalahguna narkoba terutama heroin. Tingginya respons DEP berkaitan dengan ketergantungan emosional yang oleh penyalahguna narkoba. Selain itu mereka juga tergantung dalam hal Enansial kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhaannya akan narkoba yang seakan tidak terbatas.
Sebagai penutup, diberikan samn-saran untnk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya hendaknya membandingkan respons Hand Test dalam hal kualitas dari isi (konten) jawaban subyek, jadi tidak hanya dilihat dari jumlah respons saja. Selain itu juga hendaknya memakai rentang usia subyek yang lebih luas sehingga dapat digeneralisir untuk seluruh populasi penyalahguna narkoba. Sedangkan manfaat dari hasil penelitian ini, dapat menjadi masukan bagi program rehabilitasi penyalahguna narkoha, misalnya deng-an mendiskusikan bersama penyalahguna narkoba mengenai kecenderungan bertindak yang mereka miliki.
Melalui hal ini diharapkan mereka memiliki pemahaman tentang dirinya, dan dapat lebih mengontrol dirinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Arindha Sari
"Jumlah penyalahguna narkoba dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini perlu menjadi perhatian kita karena efek yang ditimbulkan oleh narkoba selain berbahaya bagi pemakainya, juga memberikan efek negatif bagi lingkungan. Seringkali penyalahguna narkoba terlibat dalam tindak kriminal untuk memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Banyak usaha djlakukan oleh keluarga penyalahguna narkoba untuk menghentikan ketergantungan mereka terhadap narkoba. Namun, sulit untuk berhenti dari ketergantungan terhadap narkoba, apalagi jenis heroin yang tinggi tingkat adiksinya. Angka kekambuhan (relapse) setelah seorang
penyalahguna menjalani rehabilitasi cukup tinggi.
Untuk memahami apa yang mendorong seorang individu menampilkan suatu perilaku, bisa dilihat dari kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kebutuhan merupakan suatu pendorong bagi diti individu untuk melakukan sesuatu. Jika diketahui kebutuhan apa yang mendominasi perilaku individu penyalahguna narkoba, dalam proses konseling, konselor bisa membantu pengguna untuk lebih mengenali dirinya sendiri, menyadari kebutuhannya dan membantu mencari alternatif penyaluran Icebutuhan yang lebih tepat. Untuk membantu mengenali
kebutuhan kebutuhan apa yang ada dalam diri, diperlukan sebuah alat tes. Salah satu alat tes yang bisa digunakan adalah EPPS (Edwards Personal Preference Schedule). Konstruk alat tes ini dikembangkan dari teori kepribadian Henry Murray (1983). Alat tes ini mengukur 15 needs (need for achievement,preference, order; exhibition; autonomy; intraceptfon; succorance; dominance; abasement; afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression). Dengan bantuan alat tes ini, peneliti akan melihat kebutuhan apa yang dominan
dan menjadi karakteristik kepribadian dari individu penyalahguna narkoba Diharapkan bisa diperoleh suatu karakteristik yang membedakan antara individu penyalahguna dan bukan penyalahguna obat terlarang. Penelitian menggunakan sumber data sekunder dan pasien yang menjalani perawatan di RSKO (khususnya mereka yang mengalami ketergantungan heroin), sementara untuk kelompok bukan pengguna, peneliti mengadministrasikan tes EPPS pada subyek yang tidak menyalahgunakan narkoba.
Dari hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan profil EPPS yang signifikan antara penyalahguna dan bukan penyalahguna narkoba, kecuali pada needs for dominance dan need for heterosexuality terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok tersebut. Sementara dari perbandingan nilai mean kedua kelompok, ada kebutuhan yang eenderung iebih tinggi pada kelompok penyalahguna, yaitu : need for deference, exhibifion, auronom, afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression. Sedangkan nilai mean yang cenderung lebih rendah adalah: need for deference, order, inrracepton, succorance, dominance, abasement, dan nurrurance.
Selain itu, diperoleh juga gambaran perilaku penyalahgunaan narkoba dari kelompok penyalahguna. Mereka kebanyakan memulai dari usia remaja awal dan teman adalah orang yang memperkenalkan mereka pada penyalahgunaan narkoba. Setelah ketergantungan pada heroin, sebagian besar subyek melakukan tindak kriminal untuk membiayai pemakain narkobanya. Cara pemakaian heroin yang mereka lakukan adalah dengan menggunakan janun suntik. Hampir seluruh subyek menggunakan secara bergantian, perilaku ini beresiko menularkan virus
HIV/AIDS. Usaha untuk menghentikan ketergantungan terhadap heroin sudah
pernah dilakukan, namun seringkali mereka mengalami relapse.
Selanjutnya penelitian ini djharapkan bisa menjadi masukkan bagi pengembangan penelitian dibidang dan membantu konselor atau praktisi lainnya untuk lebih peka terhadap kebutuhan yang dimiliki oleh individu penyalahguna narkoba."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Pratiwi
"Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba dicerminkan salah satunya dari hal rehabilitasi penyalahguna narkoba. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa hanya sekitar 18 di kelompok rumah kos yang pernah mencari pelayanan rehabilitasi. Keterpaparan informasi narkoba merupakan faktor yang cukup penting dalam perubahan perilaku terlebih untuk melakukan rehabilitasi. Rumah kos merupakan populasi rumah tangga yang dianggap rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi narkoba dengan perilaku pencarian rehabilitasi di rumah kos.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahguna Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil populasi dan sampel pada rumah kos di 6 kota di 6 provinsi yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba di rumah kos yang terpapar informasinya baik memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pencarian rehabilitasi 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasinya kurang baik setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan dan pendapatan/uang saku perbulan.

The problem of drug abuse is reflected by the rehabilitation of drug abusers. Survey of BNN in 2015 said that only about 18 in boarding houses ever seek rehabilitation services. Exposure to drug information is an important factor in behavioral change especially for rehabilitation. Boarding house is vulnerable population to do drug abuse. The purpose of this study was to determin the relationship of drug information exposure with rehabilitation search behavior in boarding house.
This study uses secondary data from the Drug Abuse Prevalence Survey in Household in 20 Provinces Budget Year 2015 and uses Cross Sectional design study. In this study, only took the population and samples in boarding houses in 6 cities in 6 provinces namely Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado.
The results of this study is drug abusers that exposed to good information have a tendency to conduct rehabilitation seeking behavior 3,8 times higher than those who exposed to poor information after controlled by age variable, occupation and income allowance per month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmatun Karimah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang gambaran masalah penyalahgunaan tramadol yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Bangka Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah menggali secara mendalam perilaku dan faktor pendukung serta penghambat perilaku remaja penyalahgunaan tramadol dengan menggunakan teori Sosio Ekologi Model SEM . Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode life history. Hasil dari penelitian menemukan bahwa perilaku remaja menjadi penyalahguna tramadol dimulai dari usia 12 hingga 19 tahun. Terdapat gejala ketergantungan tramadol yang dialami oleh beberapa subyek ditandai dengan peningkatan dosis obat, gejala putus obat dan intoleransi obat. Subyek remaja pekerja dan non pekerja memiliki pola konsumsi yang berbeda. Ada penggunaan obat/zat lain pada perilaku penyalahgunaan tramadol. Faktor pendukung dan penghambat perilaku penyalahgunaan tramadol meliputi seluruh level perilaku yaitu intrapersonal, interpersonal, komunitas dan kebijakan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa perilaku penyalahgunaan tramadol sudah menjadi hal yang wajar bagi remaja di kabupaten Bangka Selatan, berbagai faktor telah mempengaruhi remaja dalam penyalahgunaan tramadol. Upaya pencegahan dan penanganan segera diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini.

ABSTRAK
This study discusses about the image of tramadol abuse doing by adolescents in South Bangka County. The purpose of this study is to explore deeply the behavior, supporting and inhibiting factors of adolescent on tramadol abuse by using the Socio Ecological Model SEM theory. This is qualitative research with life history method. The results show that the juvenile rsquo s behavior on misuse of tramadol started from ages 12 to 19 years. The symptoms of tramadol dependence experienced by several subjects are marked with the increasing of drug dose, withdrawal symptoms and drug intolerance. Both of working and non working youths have different consumption patterns. There is the use of other drugs substances in tramadol abuse behavior. Supporting and inhibiting factors of tramadol abuse behavior include entire levels of behavior such as intrapersonal, interpersonal, community and policy. The conclusion of this study are tramadol abuse behavior has become a habit for adolescents in South Bangka County and multiple factors have affected adolescents on tramadol abuse. Immediate preventive and responsive efforts are needed to solve this problem."
2017
S68658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwoko Nugroho
"Maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa tentu perlu mendapat perhatian yang serius. Diperlukan sebuah langkah strategis guna mengatasi permasalahan demand ini, salah satunya adalah melalui pendidikan karakter dan pemberian motivasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan karakter dan motivasi terhadap perubahan perilaku pelajar penyalahguna narkoba. Fokus dalam penelitian ini adalah pelajar SMP Master Kota Depok yang pernah menyalahgunakan narkoba. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui alat ukur berupa 53 item pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner, yang dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif melalui alat berupa wawancara (mixed-methods explanatory). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 34 pelajar menggunakan purposive sampling. Data kuantitatif yang didapat akan diuji dengan uji regresi linear berganda menggunakan aplikasi SPSS 23.0. Data kualitatif yang didapat akan digunakan sebagai pelengkap data kuantitatif. Terdapat dua temuan dalam penelitian ini, dimana temuan pertama didapat bahwa variabel pendidikan karakter dan motivasi memengaruhi variabel perubahan perilaku sebesar 59.7%. Artinya masih ada variabel lain yang juga memengaruhi perubahan perilaku sebesar 40,3%. Melalui pendekatan kualitatif, penulis mencoba menggali variabel lain tersebut dan didapatkan temuan yang kedua bahwa ada variabel dukungan sosial yang juga memengaruhi perubahan perilaku namun belum diketahui seberapa besar variabel dukungan sosial memengaruhi perubahan perilaku.

The rise of drug abuse among students and students certainly needs serious attention. A strategic step is needed to overcome this demand problem, one of which is through character education and motivation. For this reason, this study aims to see the effect of character education and motivation on changes in behavior of drug abusers. The focus of this research was Depok Middle School students who had abused drugs. This study uses a quantitative approach through measuring instruments in the form of 53 items in the questionnaire, followed by a qualitative approach through mixed-methods explanatory. The sample used in this study amounted to 34 students using purposive sampling. The quantitative data obtained will be tested by multiple linear regression tests using the SPSS 23.0 application. Qualitative data obtained will be used as a complement to quantitative data. There are two findings in this study, where the first finding is that character education and motivation variables influence the behavior change variable by 59.7%. This means that there are still other variables that also affect behavior change by 40.3%. Through a qualitative approach, the author tries to explore other variables and found the second finding that there are social support variables that also influence behavior change but it is not yet known how much the social support variable influences behavior change."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library