Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Handari
"Transmisi utama penyakit menular seksual adalah perilaku seksual berisiko. Pengetahuan yang adekuat mengenai penyakit menular seksual mampu meminimalisir perilaku seksual berisiko remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang pengetahuan penyakit menular seksual di sekolah dengan dan tanpa program Pusat Informasi Konseling-Remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik pemilihan sampel berupa random sampling pada 216 murid. Penelitian ini menggunakan instrumen Sexually Transmitted Diseases Knowledge-Questionnaire.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pengetahuan murid tentang penyakit menular seksual di kedua sekolah (p<0.05) dan pengetahuan murid di sekolah dengan Pusat Informasi Konseling-Remaja lebih rendah dbandingkan sekolah tanpa Pusat Informasi Konseling-Remaja. Peningkatan efektifitas pelaksanaan Pusat Informasi Konseling-Remaja secara konsisten perlu dilakukan melalui seminar, konseling dan publikasi media cetak sebagai upaya peningkatan pengetahuan penyakit menular seksual.

Teens are susceptible on sexually transmitted disease (STD). An adequate knowledge about sexually transmitted disease can decrease sexual risk behavior in adolescent. This study aims to determine difference of knowledge about sexually transmitted diseases among student in Pusat Informasi Konseling-Remaja school and non Pusat Informasi Konseling-Remaja school. This study used cross-sectional design, sampling technique used is random sampling on 216 student in Senior High School. This study used Sexually Transmitted Diseases Knowledge-Questionnaire instrument.
The result showed, there was a significant difference of knowledge about sexually transmitted disease of student in both schools (p<0.05) and knowledge of student in Pusat Informasi Konseling-Remaja less than student in non Pusat Informasi Konseling-Remaja school. Increasing of effectiveness Pusat Informasi Konseling-Remaja program is needed by seminars, counseling and media publication as effort of increasing in knowledge about sexually transmitted diseases.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tika Widowati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan risiko terjadinya PMS (Penyakit Menular Seksual) pada anak jalanan remaja laki-laki Kota Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional pada 78 anak usia 11-20 tahun yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil uji analisis menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan risiko terjadinya PMS pada anak jalanan remaja laki-laki Kota Depok (p=0,948; α=0,05). Strategi pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan untuk mengefektifkan intervensi keperawatan komunitas.

The aim of the study was to determine the correlation between reproductive health knowledge and risk of STDs among male adolescent street children in Depok City. Cross-sectional study was conducted among 78 children aged 11-20 years whom selected by purposive sampling technique. Knowledge of reproductive health was no significantly associated with risk of STDs among adolescent male street children in bivariate analysis (p=0,682, α=0,05). Health education strategy must be adjusted to street children characteristics to streamline community nursing interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hubungan seksual sebelum nikah pada remaja merupakan masalah yang serius, berhubungan dengan peningkatan penularan penyakit menular seksual, mempunyai pasangan lebih dari satu, dan kehamilan dini. Suatu kerangka kerja model perilaku terintegrasi (Integrated Behavioral Model, IBM) digunakan untuk menilai berbagai faktor prediktor hubungan seksual prematur pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi inisiasi hubungan seksual sebelum nikah pada remaja level 10 dan 11 berdasarkan kerangka kerja IBM, meliputi komunikasi tentang seks kelompok peers, orang tua, paparan perilaku pornografi, kepercayaan normatif, agen personal, dan keinginan hubungan seksual. Metode yang digunakan adalah menyertakan 626 responden dalam survei awal. Responden adalah siswa sekolah menengah atas level 10 - 11 di kota Denpasar. Data dikumpulkan dengan kuesioner laporan sendiri khususnya prediktor inisiasi hubungan seksual sebelum menikah. Penelitian ini menemukan bahwa pajanan pornografi, perilaku langsung dan tidak langsung berhubungan secara signifikan dengan inisiasi hubungan seksual sebelum nikah (nilai p < 0,05). Remaja laki-laki tampaknya melakukan lebih banyak aktivitas seksual daripada remaja perempuan. Penelitian ini berimplikasi terhadap pemahaman perilaku langsung dan pajanan pornografi mungkin digunakan dalam meningkatkan program kesehatan dan kesehatan remaja.

Premarital sexual inisiation on adolescence is a serious problem, associated with increased transmition sexually transmitted disease/STD, had having more partners, and early pregnancy. An Integrated Behavioral Model (IBM) framework used to assess predictors of premarital sexual on adolescents. The purpose of this research is to explore predictors of premarital sexual inisiation in adolescents grade 10 and 11 based on IBM framework, includes: communication about sex with peers, parents, pornography exposure, attitude, normative belief, personal agency, and intention to have sex. Method that used is 626 respondent included in earlier survey, and respondent were students of senior high school grade 10 ? 11 in Denpasar City. Data collected with self reported questionaire particularly predictor of premarital sexual initiation. The result found that pornography exposure, indirectly attitude, and directly attitude were significantly associated with premarital sexual initiation (p < 0,05). Male adolescents engage in more sexual activity like premarital sexual inisiation than female adolescents. This study has implications for understanding how directly attitude and pornography exposure may be used in intervention to promoting adolescents health program and adolescents ressiliency."
Jakarta: Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar Bali, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Theresia Yanuaria Rainy Tukan
"Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga dalam kehidupan perlu mendapat informasi dan pendidikan yang layak baik secara ilmu pengetahuan maupun keagamaan. Pengetahuan yang benar dan pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya penyakit menular seksual (PMS) sangat penting untuk kehidupan remaja agar tidak terjebak dalam pola kehidupan yang salah. Di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi informasi tentang penyakit menular seksual, mengingat data tentang penyakit menular seksual yang didapat remaja dari petugas kesehatan 60%, orang tua remaja 65%, dan presentase tertinggi di peroleh remaja dari teman yaitu sebesar 77,3%, data tersebut menunjukkan peran orang tua dan petugas kesehatan masih kurang sehingga remaja lebih cendrung memilih bertanya pada teman. Informasi yang di peroleh dari teman belum tentu sepenuhnya benar dan bisa membawa dampak negatif bagi remaja itu sendiri. Kasus AIDS tertinggi dilaporkan di DKI dan kasus AIDS yang bertahan hidup tertinggi di Papua (122,22/100.000).
Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengetahuan remaja SMAN 30 Jakarta tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS serta Faktor-faktor yang Menpengaruhi Pengetahuan tersebut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik,laki-laki sebanyak 36,0% dan perempuan sebanyak 63,0%, pendidikan ayah paling banyak adalah tamat SMA 47,2% dan pendidikan ibu paling banyak 50,9% adalah tamat SMA, orang tua tidak pernah memberikan informasi sebesar 62,7%, pernah 59,1%, tenaga kesehatan pernah memberikan informasi sebesar 56,2% dan tidak pernah sebesar 70,6%, teman sebaya pernah memberikan informasi sebesar 56,2% dan tidak pernah memberikan sebesar 66,2%, remaja lebih banyak mendapatkan informasi melalui media cetak dan elektronik sebesar 59,6% sedangkan tidak pernah sebesar 85,7%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dikarenakan nilai p value > α.

Teens are the future generation of the nation that in lives they are need to be informed and proper education either science or religion The right knowledge and the provision of information about reproductive health in particular Sexually Transmitted Diseases STDs are very important for teenage life in order not to get stuck in a pattern of life which is wrong In Indonesia still needs to be improved further information about sexually transmitted diseases given the data on sexually transmitted diseases teen obtained 60 of health care workers parents of teenagers 65 and the highest percentage of teens get a friend that is equal to 77 3 the data demonstrate the role of parents and health workers are lacking so that more teens tend to choose ask a friend Information that was obtained from a friend is not necessarily completely true and can have negative impacts on adolescents themselves Highest AIDS cases reported AIDS cases in the city and the highest survival in Papua 122 22 100 000
Research purposes to find out how teens SMAN 30 Jakarta knowledge about STDs and HIV AIDS and Factors Influencing the Knowledge This study uses cross sectional study design cross sectional. The results showed that based on the characteristics as many men as much as 36 0 and 63 0 of women most of father s education is 47 2 graduated from high school and the mother s education is at most 50 9 graduated from high school the parents did not Never give information for 62 7 59 1 never ever health workers provide information for 56 2 and 70 6 never never give information peers at 56 2 and never giving by 66 2 more teenagers getting information through print and electronic media by 59 6 and amounted to 85 7 never The results showed no significant relationship between gender father s education mother s education and the knowledge source informs teens about sexually transmitted diseases and HIV AIDS due to the value of p value
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library