Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Handrawan Nadesul
Jakarta: Puspa Swara, 1997
616.54 HAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Fitri Islami
Abstrak :
Pesantren, asrama islam di Indonesia, mempunyai risiko yang cukup tinggi dalam penyebaran penyakit kulit infeksius karena sanitasi yang kurang dan tempatnya yang ramai. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui prevalensi dari penyakit kulit infeksius dan menganalisa hubungannya dengan pengetahuan mengenai kebersihan. Riset ini dilakukan di sebuah pesantren yang bertempatkan di Jakarta Timur dan menggunakan desain pembelajaran cross sectional. Data yang dibutuhkan diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tim dokter kulit dari RSCM serta pengisian kuisioner oleh santri dan santriwati. Riset ini dilakukan dari bulan Januari 2013 hingga Juli 2014. Data yang terkumpul diolah menggunakan SPSS 21 dan diuji menggunakan uji Chi-square serta uji Kolmogorov Smirnof. Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa prevalensi dari penyakit kulit infeksius di antara santri dan santriwati di sebuah pesantren di Jakarta Timur adalah 37.5% dengan tidak adanya hubungan yang signifikan antara penyakit kulit infeksius dan pengetahuan mengenai kebersihan.
Pesantren, an Islamic boarding school in Indonesia, has a high risk of infection because it has low sanitation and is very crowded. The objective of the study is to know the prevalence of infectious skin disease in a pesantren in East Jakarta and analyze its relation with one of the contributing factors, which is knowledge about hygiene. The cross sectional study was done at a pesantren, located at East Jakarta. The data were obtained from all students by anamnesis and dermatological examinations done by dermatologists. Students were also asked to fill out some questionnaires to know their knowledge about hygiene. Data collection was done from January ? May 2014, processed using SPSS 21, tested with Chi-square and Kolmogorov Smirnof Test. Result showed that the prevalence of infectious skin disease in male and female students of a pesantren in East Jakarta was 37.5% with no significant relationship between infectious skin disease and knowledge about hygiene both in male and female students.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah Boediardja
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011
616.54 SIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Graham-Brown, Robin
Jakarta: Erlangga , 2005
616.5 GRA d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
R 616.5 ILM (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Lucky Indah Baskara Putri
Abstrak :
Penyakit kulit sering kali muncul pada komunitas padat penghuni dan prevalensi penyakit kulit masih tergolong tinggi di negara berkembang terutama di Indonesia. Di sebuah Pesantren yang terletak di Jakarta Timur, prevalensi penyakit kulit dilaporkan tinggi. Perilaku higienis diduga menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi penyakit kulit di Pesantren tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit di Pesantren yang terletak di Jakarta Timur serta hubungannya dengan perilaku higienis murid Pesantren atau Santri. Studi cross sectional ini dilakukan terhadap 184 santri sebagai subjek dari penelitian. Kuesioner yang berkaitan dengan perilaku higienis diisi oleh Santri, selanjutnya Santri akan diperiksa status kesehatan kulitnya oleh dokter spesialis kulit. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kulit menunjukkan, 144 Santri 78,3 memiliki berbagai jenis penyakit kulit dengan 69 Santri di antaranya 37,5 memiliki penyakit kulit infeksius sementara 75 Santri lainnya 40,8 memiliki penyakit kulit non-infeksius. Jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong baik adalah 107 Santri 81,7 , sementara jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong kurang baik adalah 37 Santri 69,8 . Tes Chi-Square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara prevalensi penyakit kulit infeksius dengan perilaku higienis p = 0.008 . Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prevalensi penyakit kulit dengan perilaku higienis Santri.
Skin diseases often arise among crowded community and the prevalence of skin diseases is still high in developing country particularly in Indonesia. In a Pesantren that is situated in East Jakarta, a high prevalence of skin diseases is reported. Hygienic behavior of the individuals evidently plays a role in the prevalence of skin diseases. The objective of this research is to know the prevalence of skin diseases in a Pesantren in East Jakarta and its relation with hygienic behavior of the Pesantren students or called Santris. This cross sectional study was conducted among 184 Santris as the subjects of this research. The questionnaires regarding hygienic behavior are completed by the Santris and thereafter the Santris are examined by dermatologists. The examination result by dermatologists reveals approximately 144 Santris 78.3 experience various kinds of skin disease 69 Santris 37.5 with infectious skin disease while the other 75 Santris 40.8 experience non infectious skin disease. The number of Santris with infectious skin disease in poor hygiene is 107 Santris 81.7 and the number of Santris with skin disease in good hygieneis 37 Santris 69.8 . Chi Square test indicates significant difference between the prevalence of skin diseases and hygienic behavior p 0.008 . Therefore, there is a relation between the prevalence of skin diseases and the Santris rsquo hygienic behavior.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: FKUI, 2015
616.951 ATL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiono
Abstrak :
Pendahuluan: Dampak kesehatan akibat pajanan pelarut organik cukup serius baik yang bersifat akut maupun kronis. Pengendalian lingkungan kelja dan pemantauan kesehatan pekerja harus dilakukan sedini mungkin. Penggantian bahan pelarut organik dengan bahan lain yang lebih aman adalah pilihan terbaik untuk mengurangi dampak pada kesehatan pekelja. Namun pcnggantian bahan pelarut dengan bahan lain dapat berdampak pada proses produksi maupun mutu produksi. Oleh karena itu analisis dampak kesehatan pekelja sedini munglcin menjadi bagian yang sangat penting, sehingga ganggllan kesehatan pekcrja dapat diketahui secara dini untuk dilakukan penanganan.

Metode: Menggunakan metode penelitian potong lintang (Cross-Sectional study). Variabcl bebas adalah kadar MBK di udara tempat kexja dan kadar MEK di dalam air seni. Variabel terikat berupa gangguan kesehatan {penyakit lculit, saluran napas, iritasi mata dan gejala dini gangguan sistem sarat), Data penelitian adalah data primer dan sekunder dari hasil pengukuxan, pemeriksaan dan catatan medis.

Hasil: Kadar MEK di tempat kexja textinggi adalah 249 ppm, sedangkan pajanan terendah adalah 103 ppm. 30,2% responden ditemukan terpajan di alas NAB. Kadar IPB di dalam air scni tcrtinggi adalah 5,21 mg/1, sedangkan hasil terendah adalah 0,01 mg/l. Sebanyak 27,9% responden di atas IPB. Prevalensi gangguan kesehatan peke1ja akibat pajanan pelarut organik MEK adalah: penyakit kuiit (34,9%); penyakit saluran napas (55,8%); iritasi mata (4,7%); dan gejala dini gangguan sistem saraf (44,2%). Prevalensi gangguan kesehatan lebih banyak ditemukan pada pekerja yang terpajan MEK di atas NAB dibandingkan dengan di bawah atau sama dengan NAB. Kesimpulan: Hasil analisis muitivaliat membuktjkan adanya hubungan yang bermakna antara kadar MEK di udara tcmpat kcrja, kadar MEK di dalam air seni, status gizi dan lama kerja dengan gejala dini gangguan sistem sarai.
Introduction: The effect on health due to the exposure of Methyl Ethyl Ketone organic compound is a serious condition which related to acute and chronic eifccts. Exposure controlling work environments and monitoring the health status of employees must be done properly. Substituting the MEK organic compound with another safer substance is the best solution to reduce the health effect. However, it will give an impact to the product line and quality product. Early health effect detection is an important to find out the possibility of adverse health effect and manage the finding.

Method: Cross-Sectional Study is thc method in this research. The independent variables are the level of MEK in the work place and the level of MEK in the urine. The dependent variables are health effects (skin diseases, respiratory tract, eye irritation and early neurotoxic symptom). The data are taken from the Primary and Secondary Sources that are obtained by conducting a measurement, a physical exam as well as collecting and analyzing the medical records.

Results: The highest level of MBI( in the work place is 249 ppm and the lowest is 103 ppm. There are 30.2% respondents exposed to MEK above the Thresh Hold Limit Value (TLV). The highest Biological Exposure Index (BEI) urine is 5.2lmg/l and the lowest is 0.01 mg/l. There are 27.9% respondents with the level of MEK above the BEI. The prevalence of health effect due to the exposure of MEK is skin diseases (34.9%), 'respiratory tract diseases (55.8%), eye irritation (4.7%) and early neurotoxic symptom (44.2%). The prevalence of health problem is more Hequent to the respondents who are above the TLV than less than the TLV. Conclusion: Multivariate analysis indicated a significant correlation among MEK, BEI, nutritional status and length of work with early neurotoxic symptom.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Almer Sahala
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit kulit sering terjadi pada masyarakat yang hidup dalam lingkungan padat misalnya di asrama. Pesantren adalah asrama sekolah Islam yang biasanya padat penghuni sehingga mudah terjadi penularan, terutama penyakit kulit. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit dan hubungannya dengan perilaku dan tingkat pendidikan santri. Desain riset adalah cross-sectional dengan subyek seluruh santri di sebuah pesantren di Jakarta Selatan. Pengambilan data menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan mengenai perilaku kebersihan dan pemeriksaan dermatologi pada bulan Juli sampai September 2013. Pengolahan data menggunakan SPSS 20 dan uji Fischer untuk menguji statistik. Hasil penelitian dari 98 santri, 88 orang mempunyai penyakit kulit (prevalensi 89,7%). Penyakit kulit menular yang paling banyak terjadi adalah scabies dengan prevalensi 49,3% (67 kasus). Sebanyak 78 santri (88,6%) dari total santri yang mengidap penyakit kulit mempunyai perilaku kebersihan yang buruk. Hanya 10 santri yang tidak mempunyai penyakit kulit. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi penyakit kulit dengan perilaku kebersihan (p=0,350). Tingkat pendidikan ibtidaiyah mempunyai santri paling banyak yang berpenyakit kulit (51,2%). Terdapat perbedaan bermakna antara prevalansi penyakit kulit dengan tingkat pendidikan (p<0,001). Disimpulkan prevalensi penyakit kulit tidak berhubungan dengan perilaku kebersihan namun berhubungan dengan tingkat pendidikan.
ABSTRACT
Skin diseases are very common in places where the society lives closely together. Pesantren is an example of a place where people live in a crowded situation and have high frequency of direct and indirect contact from one people to another. The objective of this research is to identify the association between the prevalence of skin diseases with the hygiene behavior and level of education of santris (students of pesantren). A cross-sectional study design was used for this study that was conducted from July to September 2013, in a pesantren in South Jakarta. The collection of data was carried out through questionnaire that consist of ten questions, which concerns hygienic behaviors and dermatological examinations. SPSS 20 was used to analyze the data and Fischer?s exact test was the chosen statistical test. Results showed that out of 98 santris, 88 of them have skin diseases (89.7% prevalence). The most frequent infectious skin disease is scabies with 49.3% prevalence (67 cases). Furthermore 78 (88.6%) out of those santris who got skin diseases, were categorized to have poor hygienic behaviors. There were only 10 santris that did not have any skin disease, three of them have good hygienic behaviors. There is no significant difference between hygienic behaviors of santris with the presence of skin disease (p=0.350). Regarding level of education, ibtidaiyah has the highest number of santris affected by skin disease with 51.2%. Fisher?s exact test shows that there is significant difference between level of education and the prevalence of skin disease (p<0.001). In summary there is no association between skin disease and hygienic behaviors however, there is an association with level of education.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Girsang
Abstrak :
Penyakit kulit merupakan penyakit yang sangat umum pada manusia. Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit dengan penyebaran paling luas di dunia. Banyaknya jenis penyakit kulit yang ada membuatnya sulit untuk di identifikasi dengan benar. Identifikasi penyakit kulit sangat penting dilakukan untuk mengetahui tindakan medis apa yang akan dilakukan pada penyakit tersebut. Dengan memanfaatkan machine learning, identifikasi penyakit kulit dapat dilakukan dengan lebih cepat dan dapat menjadi bantuan agar menjadi diagnosa awal penyakit kulit. Penelitian ini melakukan pengujian pada model deep learning untuk mengidentifikasi penyakit kulit yang ada di dalam dataset DermNet. AlexNet adalah model deep learning yang telah digunakan untuk mengklasifikasikan objek dengan dataset yang besar. Hasil pengujian pada penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan perbandingan dalam perkembangan deep learning. Nilai akurasi validasi yang didapat dari model mencapai 44,25%. ......Skin disease is a widespread disease in humans. Skin disease is one of the most pervasive diseases in the world. The many types of skin diseases make it difficult to identify correctly. Identifying skin diseases is essential to determine what medical action will be taken for the disease. By utilizing machine learning, the identification of skin diseases can be done more quickly and aid in making an early diagnosis of skin diseases. This study tested a deep learning model to identify skin diseases in the DermNet dataset. AlexNet is a deep learning model used to classify objects with large datasets. The test results in this study can be used as a comparison in developing deep learning. The validation accuracy value obtained from the model reaches 44.25%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>