Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kambu, Yowel
"ABSTRAK
HIV/AIDS mengancam eksistensi manusia, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan penularannya. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA. Desain penelitian adalah deskriptif analitik cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada dua rumah sakit Pemerintah dan satu Klinik Yayasan Sosial Agustinus di Sorong Papua Barat. Jumlah responden yang diperoleh 75 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penularan HIV adalah umur (p= 0,040; α= 0,05). Pada analisis regresi logistik ganda diketahui bahwa umur merupakan faktor yang paling mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV (p= 0,031; α= 0,05; 95% CI: 1.169-26.423). Umur muda berisiko menularkan HIV karena cenderung melakukan seks tidak aman. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus berfokus pada intervensi konseling bagaimana menghindari perilaku seks tidak aman."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kambu, Yowel
"HIV menjadi penyebab utama menurunnya sistem imun sekunder, yang lambat laun mengarah pada stadium AIDS. AIDS merupakan masalah epidemik dunia yang memerlukan penanganan serius karena mengancam eksistensi manusia, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan penularan HIV, khususnya oleh ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden yang diperoleh adalah 75 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA adalah umur (p=0,040). Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi adalah pengetahuan, tingkat pendidikan dan status perkawinan ( nilai p berturut-turut 0,102; 0,165; 0,165; 0,138). Pada analisis regresi logistik ganda diketahui bahwa umur merupakan faktor yang paling mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA (p=0,310 95% CI: 1.169-26.423). Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat hendaknya lebih difokuskan pada intervensi yang mengupayakan optimalisasi preventif dan promotif, yaitu penyuluhan bagaimana menghindari perilaku berisiko, penggunaan kondom yang benar dan penggunakan jarum steril oleh IDU baik pada ODHA umur muda maupun tua.

HIV has become a major causes of secondary immune system decreasing, which is gradually leads to stage of AIDS. AIDS is an epidemic problem that requires serious treatment of the world because it threatens the human existence, so it needs to be taken to prevent the HIV transmission, particularly by PLWHA. The aim of this study was to determine the factors that influence the act of HIV transmission prevention by PLWHA. The study design was cross sectional descriptive approach. The number of respondent who had obtained was 75 people. The result of analysed showed that factors corellated with HIV transmission prevention measures were ages (p=0,040). Other factors which also influence to the act of HIV transmission prevention by PLWHA are knowledge, level of education, and marital status (p-value are respectively 0,102; 0,165; 0,165; & 0,138). In multiple logistic regression analysis was known that ages is the most influence factor of the act of HIV transmission prevention by PLWHA (p=0,310 95% CI: 1.169-26.423). The provision of nursing care by nurse should be more focused on interventions that promote preventive and promotion optimization, that is to teaching how to avoid risk behavior, how to use right condom before any kind of sex and how to use sterile disposable injection by IDU in both older and younger PLWHA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30126
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silowati
"Penularan HIV/AIDS berkaltan erat dengan faktor sosial manusia yaitu perilaku. Dua perilaku yang erat kaitannya dengan kejadian peningkatan kasus berisiko HIV ndalnh perilaku pcnggunmm Jarum suntik tidak steril pada penasun dan perilaku sekksual berisiko baik homnseksual atau heteroseksual yang tidak menggunaknn pencegahan. Upaya penccgahan yang dilakukan berkaitan dengan penularan tersebut adaiah penggunnan Jarum tidak secara bersama alau berbcnti sama sckali, dan pcmakuian kondom. Tiga kelompok sasaran pencegahan penularan HIV/AIDS adalah kelompok rentan tertular HIV, keiompok risiko tertular HIV. dan kelompok tertular atau orang dengsn HIV/AIDS (ODHA).
Penelitian ini dltakukan untuk mendapatkan gamPatan perilaKu ODHA dalam pencegahAN penularan leBih lanjut HIV/AIDS, yang terjadi klien pada klinik IMS Pondok Sehati Kabupaten Bekasi, Desain penelitian yang digwtakan adalah desain penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam dan telaah dokumen. lnforman penelitian melibatkan 9 (sembilan) orang ODHA yang terdaftar dalam medical record klinik IMS Pondok Sehuti dan 5 orang petugas pada klinik IMS Pondok Sehati yang memberjkan pelayanan !angsur.g pada klien. Lama penelitian diiakukan selama 5 minggu pada bulan November dan Dcsember 2007, Informan ODHA pada penelitian ini mempunyai berbagai latar belakang cara penularan, yaitu melului hubungan homoseksual pnda waria. hubungan heteroseks:ual pada pasanga11 suami istri, hubungan heteroseksual pada pelanggan WPS, dan melaiui jarum suntik pada pcnasun.
Hasil temuan dari pcnclitian ini dapat menjelaskan bahwa, faktor ketergantungan penasun pada narkoba. mcmbuat sulutnya seorang pcnosun berhcenti mengkonsumsi narkoba terscl:
Temuan lain adalah, sebahagian ODHA melakukan test B'V lebih dari satu kali. ODHA yang mengetahui positif HIV lama, memiliki pengetahuan lebih balk dibanding dcngan ODHA yang mengetahui positif HIV relatif baru. Demikian juga ODHA yang ikut bcrgabung dnlam Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), memiliki pengetahuan dan stats mental yang lebih balk dibandingkan dengan ODHA yang tidak tergabung dalam KDS. Dukungan pasangan dan keluarga terhadap ODHA, relatif masih kurang. Hal ini disebabkan karena ODHA merahasiakan status HIVnya kepada keluarga. Dalam penggunaan fasilitas kesehatan, ODHA wemilib Klinik dibandingkan dengan Rumah Sakit, karena dianggapnya lebih cepat dan lebih spesifik.
Upaya peneegahan penularan HIV, selain meningkatkan pengetahuan ODHA melalui konseling dan pendampingan, diperlukan juga pendekatan khusus paCa ODHA yang menyentuh rasa kemanusiaa.Mya, agar lebih peduli pada o:nng lain agar mereka tidak menularkan HIV11-ya. Selain itu perlu peningkatan pengetahuan pada kelompok risiko tinggi tertular HIV atau masyarakat umum meialui konseling dan promosi kesehatan terutama kelompok remaja yang rentan terhadap narkoba, Memfasilitasi pembentukan KDS, sebagal wadah ODHA akan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hid up ODHA. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Eltapama Landika
"Skabies adalah penyakit kulit yang sering terjadi di pesantren. Untuk mencegah skabies, santri perlu diberikan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan dan pencegahan skabies. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 Juni 2012 menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang penularan dan pencegahan skabies. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square dan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan jumlah responden 181 orang; terbanyak pada usia ≤ 15 tahun (64,6%), laki-laki (60,8%) dan pendidikan tsanawiyah (60,8%), informasi skabies dari 3 sumber informasi (43,1%) dengan sumber informasi paling berkesan adalah dokter (76,8%). Sebelum penyuluhan tentang penularan 30,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 47,5% sedang, dan 21,6% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 56,3% berpengetahuan baik, 39,8% sedang, dan 3,9% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan tentang pencegahan 32,6% responden berpengetahuan baik, 48,6% dan 18,8% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 60,8% memiliki pengetahuan baik, 32,6% sedang, dan 6,6% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan berhubungan dengan umur, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi (p<0,05). Uji marginal homogeneity terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan responden mengenai penularan dan pencegahan skabies.

Scabies is skin disease that often occurs in Pesantren. To prevent scabies, students should be given the health promotion about the transmission and prevention of scabies. This study was needed to determine the effectiveness of health promotion in improving students? knowledge about the transmission and prevention of scabies. This study?s design was a pre-post study. Data was taken on June 10th, 2012 using a questionnaire containing 10 questions about scabies. The data processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square and marginal-homogeneity test. The results from 181 people show; highest at age ≤15 years (64.6%), male (60.8%) from tsanawiyah (60.8%), and from 3 sources of information (43.1%) with doctor as the most memorable source (76.8%). Before health promotion about transmission, 30.9% had good knowledge, 47.5% moderate, and 21.6% was poor. After health promotion 56.3% had good knowledge, 39.8% and 3.9% was poor. Before health promotion about prevention, 32.6% of respondents had good knowledge, 48.6% and 18.8% was poor. After health promotion 60.8% had good knowledge, 32.6% and 6.6% was poor. Before health promotion was held, knowledge level is related to age, education level, and number of sources (p<0.05). Marginal-homogeneity test found significant differences in knowledge level before and after health promotion (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Luthfi Afina
"Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang mudah menular dalam lingkungan padat seperti pesantren. Pemberantasan pedikulosis membutuhkan perilaku yang tepat, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik yang dapat diperoleh melalui penyuluhan. Karakteristik demografi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan sehingga penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan karakteristik demografi. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 151 santri pesantren X yang dipilih dengan metode total populasi. Data diolah dengan program SPSS 11.5.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah santri berusia 16-18 tahun (47%), laki-laki (58,3%), madrasah Tsanawiyah (50,3%). Tidak ada santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 23,2% santri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 76,8% santri memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan usia (p=0,587), jenis kelamin (p=0,814) dan tingkat pendidikan (p=0,358). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri tergolong buruk dan tidak berhubungan dengan karakteristik santri.

Pediculosis capitis is a skin disease that could be transmitted easily in a crowded environment like Islamic boarding school. Eradication of pediculosis needs appropriate behavior which requires good knowledge which can be given through health promotion. Demographic characteristics might influence the knowledge level, therefore health promotion needs to be adjusted according to the characteristic. This study aims to know the relationship between students? knowledge level about transmission and eradication of pediculosis capitis and their demographic characteristic. This study was conducted on January 22 2011 by giving questionnaire to 151 students (total population method). The data was processed using the SPSS 11.5 program.
The result showed that the majority of respondents are students aged 16-18 years old (47%), males (58,3%), Tsanawiyah students (50,3%). No student had good knowledge, 23,2% had fair knowledge, and 76,8% had poor knowledge. Based on chi-square test, there were no significant differences between knowledge level of transmission and eradication of pediculosis and age (p=0,587), sex (p=0,814) and grade of study (p=0,358). It was concluded that the students? knowledge about transmission and eradication of pediculosis was poor and had no association with their characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika
"Tuberkulosis (TBC) di Indonesia mencapai jumlah penderita terbanyak kedua di dunia pada tahun 2021 menyebabkan risiko penularan semakin tinggi. Saat ini, peningkatan kasus TBC anak mencapai hampir tiga kali lipat jika dibandingkan jumlah kasus di tahun 2021. Salah satu upaya pencegahan penularan adalah dengan pengembangan inovasi dalam memberikan asuhan keperawatan di komunitas serta untuk memudahkan dalam penerapannnya, dibuat dalam bentuk media berbasis aplikasi android “Gempita” yang diujikan pada praktik residensi keperawatan komunitas. Tujuan: Penerapan inovasi GErakan Masyarakat PedulI Tuberkulosis Anak bertujuan untuk meningkatkan perilaku pencegahan penularan dari orang tua selaku caregiver anak dengan tuberkulosis. Inovasi Gempita terdiri dari beberapa intervensi keperawatan yaitu melalui pendekatan dukungan kelompok, edukasi kesehatan, demonstrasi dan keterampilan dalam pencegahan penularan dan perawatan TB pada anak. Pada media aplikasi yang dibuat, Gempita memiliki sajian menu berupa materi edukasi kesehatan, diskusi interaktif, pengingat jadwal minum obat dan makanan bergizi, sharing experience dan demonstrasi keterampilan dalam pengobatan dan pencegahan penularan TBC. Metode: Desain yang digunakan adalah studi kasus dengan menerapkan asuhan keperawatan komunitas. Pendekatan dukungan kelompok menjadi strategi pada 32 partisipan. Hasil inovasi menunjukkan peningkatan rerata tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pencegahan penularan TB sebelum dan setelah intervensi Gempita; peningkatan berat berat badan anak sebelum dan setelah intervensi Gempita dan perbedaan bermakna pada rerata pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam upaya pencegahan penularan TB sebelum dan setelah intervensi Gempita (p Value < 0,05). Kesimpulan ada pengaruh pelaksanaan inovasi Gempita pada perilaku pencegahan penularan pada kelompok caregiver anak. Inovasi Gempita yang dikembangkan sebagai aplikasi berbasis teknologi diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perilaku pencegahan TBC dan menekan peningkatan kasus TBC, khususnya TBC anak

Tuberculosis (TB) in Indonesia reached the second highest number of patients in the world in 2021, causing a higher risk of transmission. Currently, the increase in pediatric TB cases has almost tripled when compared to the number of cases in 2021. One of the efforts to prevent transmission is to develop innovation in providing nursing care in the community and to facilitate its application, it is made in the form of an android application-based media "Gempita" which is tested in community nursing residency practice. Objective: The application of the Gempita innovation aims to improve the transmission prevention behavior of parents as caregivers of children with tuberculosis. Gempita innovation consists of several nursing interventions, namely through a group support approach, health education, demonstrations and skills in preventing transmission and treating TB in children. In the application media created, Gempita has menu offerings in the form of health education materials, interactive discussions, reminders of medication schedules and nutritious food, sharing experiences and demonstrations of skills in the treatment and prevention of TB transmission.
Methods: The design used was a case study by applying community nursing care. Group support approach was the strategy for 32 participants. The results of the innovation showed an increase in the average level of knowledge, attitudes and skills in preventing TB transmission before and after the Gempita intervention; an increase in child weight before and after the Gempita intervention and a significant difference in the average knowledge, attitudes and skills in preventing TB transmission before and after the Gempita intervention (p value <0.05). It is concluded that there is an effect of the implementation of the Gempita innovation on transmission prevention behavior in the child caregiver group. The Gempita innovation developed as a technology-based application is expected to be used to improve TB prevention behavior and reduce the increase in TB cases, especially childhood TB.
"
Depok: Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Ajeng Novita
"Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk memberantas HIV yang saat ini menjadi beban kesehatan di Indonesia bahkan di dunia. Salah satu bentuk nyata dari
komitmen tersebut ialah dengan dirancangnya Permenkes nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu
ke Anak. Program yang telah berjalan ialah Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Pada tahun 2018-2019 merupakan tahap akses terbuka dengan target capaian kegiatan 60% ibu hamil diperiksa HIV. Kota Bandar Lampung hanya memiliki satu layanan PPIA di RSUD Abdul Moeloek, dimana RSUD tersebut merupakan RS rujukan Provinsi Lampung, maka dari itu perlu untuk dilakukan evaluasi terkait layanan PPIA di Kota Bandar Lampung untuk melihat capaian layanan PPIA di Kota Bandar Lampung. Evaluasi yang peneliti lakukan menggunakan desain penelitian kualitatif
dengan pendekatan sistem. Pengambilan data dilakukan di dinkes dan faskes yang menyelenggarakan layanan PPIA di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinkes Kota Bandar Lampung telah melaksanakan kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi terkait layanan PPIA, tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal dan terdapat perbedaan
capaian indikator yang tercatat manual di dinas kesehatan Kota Bandar Lampung dan di web SIHA.

The Government of the Republic of Indonesia has committed to eliminating HIV, which is currently a health problem in Indonesia, even in the world. One concrete form of this commitment is the drafting of the Regulation of the Minister of Health Number 52 Year 2017 concerning the Elimination of Mother-to-Child Transmission of Human
Immunodeficiency Virus, Syphilis, and Hepatitis B. The program that has been running is the Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV (PPIA) program. The 2018-
2019 period became an open access stage in which 60% of pregnant women being tested for HIV became the targeted achievement. Bandar Lampung has only one PPIA service in the Abdul Moeloek Hospital, which is the Lampung Province referral hospital. Therefore, it is necessary to conduct an evaluation regarding PPIA services in Bandar Lampung to see the PPIA service achievements in the city. This evaluation was a qualitative research design with a system approach. Data collection was carried out at the DHO and health facilities that held PPIA services in Bandar Lampung. The results showed that Public Health Office of Bandar Lampung had carried out activities ranging from planning, organizing, implementing, monitoring and evaluating related PPIA services, but it was not optimal in terms of execution and there were differences in the
manually-recorded achievement indicators between Public Health Office of Bandar Lampung and SIHA website.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Windiyaningsih
"Di seluruh dunia Tuberculosis masih masalah kesehatan yang utama. Koinfeksi TB + HIV dan TB resisten obat Menjadi beban di pemerintah maupun di masyarakat. Tujuan
pemberdayaan ini adalah membuktikan edukasi akan meningkatan pengetahuan wanita usia subur dalam pencegahan penularan Tuberkulosis sebelum dan sesudah diberikan materi pencegahan penularan tuberculosis. Sampel untuk wanita usia subur di Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) Bambu Petung sejumlah dan Payung Tunas Teratai sebanyak 139 Wanita Usia Subur (WUS). WUS secara sukarela yang mau melakukan pre, post dan visitasi tes.
Kuesioner yang dipergunakan sesuai standar Kementrian Kesehatan Tahun 2019. Analisis secara deskriptif dan analitik dengan Spearman Corelation:. Hasil Pengetahuan berhubungan bermakna nilai pretes dan post tes setelah dilakukan edukasi pencegahan penularan Tuberculosis pada
WUS dengan proposi yg menjawab salah pada pre tes 40WUS (28.8%) sedangkan post tes yang salah 10 WUS (7.2%) artinya ada penurunan proporsi yang menjawab pertanyaan tidak benar. Proporsi yang menjawab benar dari 70% menjadi 92.8% artinya ada peningkatan yang menjawab
pertanyaan benar sejumlah 22.8%. Hasil analisis statistik perbedaan penurunan dan kenaikan tersebut bermakna dengan nilai p 0.006, OR 6.788, 95%CI 1.659-27.779. Kesimpulan edukasi meningkatan pengetahuan WUS tentang pencegahan penularan Tuberculosis."
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2020
600 JPM 3:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi, Niken Wastu
"Malaria merupakan suatu penyakit yang penyebarannya sangat luas di negara yang beriklim tropis maupun sub tropis. Kabupaten Pesawaran salah satu kabupaten dengan tingkat endemisitas yang tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas tertinggi yaitu AMI 88,7 %, API 22,9% dan SPR : 27,2 %.Tujuan penelitian mengetahui hubungan keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian malaria di Puskesmas Hanura. Desain penelitian kasus kontrol, data primer. Jumlah sampel 396. Hasil menunjukkan variabel tempat perindukan nyamuk berhubungan bermakna dengan kejadian malaria. ( OR = 5,58 ; CI : 3,625 - 8,599). Rumah penduduk dengan tempat perindukan nyamuk berisiko 5,58 kali dibanding tidak ada tempat perindukan nyamuk.

Malaria is a disease that is very widely spread in most parts of the world, both the tropical and sub-tropics. Pesawaran District is one of the districts with high endemis in the province of Lampung. Hanura Health Center is on the highest endemy region of AMI 88,7 %, API 22,9% dan SPR (Slide Positive Rate): 27,2 %. This study aims to determine the relationship of mosquito breeding place presence with malaria finding at Hanura health center This research design is case control study, using primary data. The overall samples are 396. The results showed that the mosquito breeding places variables significantly associated with malaria incidence. ( OR = 5,58 ; CI: 3,625 - 8,599). People houses with mosquito breeding places at risk of 5,58 times compared with no mosquito breeding places."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21805
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susana
Jakarta: UI-Press, 2011
616.936 2 DEW d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>