Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S6869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hunila, Janjte G.
Abstrak :
Penglaju pekerja adalah orang yang secara rutin ke luar dari desanya menUju ke suatu tempat untuk bekerja dengan waktu minimum enam jam dan tidak lebih vdari dua puluh empat jam atau satu hari untukk kembali ke desa asal. Gerak pandudnk ke luar desa untuk bekenja setiap hari sudah lama terjadi dan sifatnya tetap, seperti membantu tanam dan panen di desa-desa lain, demikian pula perdagangan antar desa. Tetapi dengan semakin berkembangnya pusat-pusat kota dan dirangsang oleh transportasi yang lebih mudah telah merubah kesempatan gerak penduduk ini. Jumlah mereka semakin bertambah besar dan polanya pun menjadi tidak sederkana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan daerah asal dan pola penglaju pekerjanya. Daerah penelitian meliputi tiga belas desa yang berlokasi di sepanjang lintasan kereta api antara Serpong - Jakarta. Ketiga belas desa tersebut termasuk dalam Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat. Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian : 1. Karakteristik daerah asal penglaju pekerja di sepaniang lintasan kereta api antara Serpong - Jakarta berdasarkan keadaan sumber daya lingkungan fisik-biologis, sarana dan prasarana perhubungan adalah wilayah yang mempunyai luas penggunaan tanah pertanian kecil, kepadatan agraris tinggi dan kerapatan jaringan jalan rendah. 2. Pola penglaju pekerja di sepanjang lintasan kereta api antara Serpong - Jakarta berdasarkan kelompok daerah tujuan, jarak tempuh dan volume penglaju pekerja adalah : - penglaju pekerja antar desa di dalam batas kecamaatan berpola semakin bertambah jauh jarak tempuh maka semakin bertambah kecil volnme penglaju pekerja. - penglaju pekerja antar kecamatan di dalam batas kabupaten berpola semakin bertambah jauh jarak tempuh maka semakin bertambah besar volume penglaju pekerja hanya hingga jarak 12 - 16 kilometer. Lebih javili dari ,iarak 12 - 16 kilometer maka semakin bertambah kecil volume penglaju pekerja. - penglaju pekerja ke luar batas kabupaten berpola semakin bertambah jauh jarak tempuh maka semakin bertambali besar volume penglaju pekerja hanya hingga jarak 8-12 kilometer. Lebih jauh dari iarak 8-12 kilometer maka semakin bertambah kecil volume penglaju pekerja.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S33520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bellanti Nur Elizandri
Abstrak :
Minat penglaju perempuan pada penggunaan moda transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah desain kereta dan stasiun KRL Jabodetabek yang belum sepenuhnya merepresentasikan kebutuhan mobilitas ulang-alik harian dari penglaju perempuan. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menciptakan desain kereta dan stasiun KRL Jabodetabek yang ramah kepada perempuan, khususnya penglaju perempuan pengguna KRL Jabodetabek. Metode yang digunakan adalah metode gabungan dengan teknik pengumpulan data terdiri atas kuesioner tertutup (kuantitatif) serta kuesioner terbuka, observasi, dan wawancara mendalam (kualitatif). Data hasil keusioner—tertutup dan terbuka—dianalisis menggunakan statistik deskriptif, sedangkan data hasil wawancara dianalisis menggunakan koding. Pada hal ini, data hasil analisis deskriptif kuesioner terbuka dan koding dikomparasikan dengan data hasil observasi dan FGD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain kereta dan stasiun KRL ramah perempuan ditentukan oleh enam indikator, yaitu biaya tarif, aksesibilitas, ketepatan waktu, lingkungan alami, kenyamanan, dan keamanan. Hal tersebut menyimpulkan bahwa desain ramah perempuan terwujud melalui keselarahan ketiga pilar keberlanjutan—lingkungan, sosial, dan ekonomi. ......The interest of woman commuters in using Jabodetabek’s commuter line rail (KRL) is still low. One of the reason is the design of it’s waggons and stations that do not fully represent the daily commute mobility needs of woman commuters. Based on these problems, this study aims to create a design for the KRL waggons and station that are friendly to woman—woman commuters using KRL. The method used is a mix method with data collection technique are closed questionnaires (quantitative) and opened questionnaires, observations, and deep interview (qualitative). Questionnaire data—closed and opened—are analyzed using descriptive statistics, while interview data were analyzed using coding. In this case, the data from descriptive analysis of the open questionnaire and coding were compared with the data from the observation and FGD. The results show that the design of woman-friendly KRL waggon and stations is determined by six indicators, namely fare costs, accessibility, punctuality, natural environment, comfort, and safety. It concludes that woman-friendly design is realized through the alignment of the three pillars of sustainability—environmental, social, and economic.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Univeristas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianawani
Abstrak :
ABSTRAK
Mobilitas penduduk Kelurahan Kukusan ke tempat bekerja didominasi oleh perjalanan menuju DKI Jakarta, dimana setiap individu memiliki karakteritisknya masing-masing, baik karakteristik sosioekonomi maupun wilayahnya, sehingga perbedaan tersebut membentuk suatu perilaku perjalanan yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola mobilitas penglaju berdasarkan karakteristik penglaju, serta pemilihan moda transportasi dan rute yang dipilih penglaju. Metode yang digunakan ialah metode analisis spasial dan deskriptif dengan teknik overlay peta dan statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penglaju yang tinggal di permukiman teratur, didominasi oleh pria dan wanita mapan, dimana wanita mapan cenderung menglaju ke wilayah CBD, sedangkan pria mapan menglaju ke wilayah non CBD. Adapun penglaju yang tinggal di permukiman tidak teratur jarang terdiri dari pria dan wanita, baik mapan maupun sederhana, dimana pria mapan cenderung menglaju ke wilayah non CBD. Selanjutnya, penglaju yang tinggal di permukiman tidak teratur padat didominasi oleh pria dan wanita sederhana yang cenderung menglaju ke wilayah non CBD. Adapun wanita dewasa mapan yang tinggal di perumahan teratur cenderung menggunakan mobil melalui jalan kolektor sekunder (Jln. Raya Kukusan ? Jln. Srengseng Sawah), sedangkan pria dewasa mapan yang tinggal di perumahan tidak teratur jarang dan pria dewasa sederhana yang tinggal di perumahan tidak teratur padat cenderung menggunakan motor melalui jalan kolektor sekunder (Jln. Raya Kukusan ? Jln. Srengseng Sawah). Sedangkan kendaraan umum (kereta) cenderung digunakan untuk perjalanan jauh oleh wanita dewasa sederhana yang tinggal di permukiman tidak teratur padat melalui jalan kolektor (Jalan Palakali) menuju jalan lokal di kawasan kampus UI untuk sampai di Stasiun Pondok Cina sebagai nodal interchange-nya.
ABSTRACT
Kukusan population mobility to the working place is dominated by the travel to DKI Jakarta, where every commuters have different sosio-economic and region characteristic, that would form different travel behavior. This research is going to describe how the mobility patterns of commuters based on the characteristics of commuters, as well as transportation modes choice and routes choice. The method used is spatial analysis and descriptive analysis with map overlay and simple statistical techniques. Analysis shows that commuters who live in regular settlements, dominated by upper class men and women,as for upper class women tend to commute to the CBD, while upper class men tend to commute to the non-CBD area. As for commuters who live in irregular settlements rarely consists of men and women, both upper and middle class, as for upper class men tend to commute to the non-CBD area. Furthermore, commuters who live in irregular settlements densely, dominated by middle class men and women who tend to commute to the non-CBD area. As for upper class adult women who live in regular settlements tend to use cars through secondary arterial roads (Jln. Raya Kukusan - Jln. Srengseng Sawah), while upper class adult man who live in irregular settlements rarely and middle class adult men who live in irregular settlements densely tend to use the motor through a secondary arterial roads (Jln. Raya Kukusan - Jln. Srengseng Sawah). While public transportation (train) tend to be used for long trips by middle class adult women who live in irregular settlements densely through the collector road (Jln. Palakali) onto local roads in the area of the UI campus to get Pondok Cina Station as its nodal interchange.
2016
S65404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library