Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunga Kasih Samtesamka1
Abstrak :
Slash fiction bukan lagi menjadi fenomena baru di dunia fandom. Hingga saat ini, mayoritas produksi serta konsumsinya masih didominasi oleh perempuan. Slash fiction banyak ditemukan tersebar di internet, dan Twitter telah menjadi salah satu pilihan penggemar untuk mengakses slash fiction karena tidak membutuhkan rentang perhatian yang tinggi. Tulisan ini merupakan studi kualitatif dengan metode netnografi dan analisis tematik untuk mengeksplorasi bentuk textual poaching kekuasaan penggemar perempuan dalam memproduksi kembali teks menjadi slash fiction pada fandom My Hero Academia di Twitter. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa penggemar memiliki kuasa untuk menginterpretasikan karakter dalam narasi asli menjadi homoseksual, yang kemudian menjadi landasan untuk menulis slash fiction. Lebih jauh lagi, kegiatan menulis slash fiction bagi penggemar perempuan dapat berperan sebagai subversif terhadap budaya resmi yang ada serta menantang dominasi heteronormatif karena kemampuannya untuk menciptakan dunia cerita sendiri. ......Slash fiction is no longer a new phenomenon in the fandom world. Until now, women still dominate the majority of the production and consumption of slash fiction. On the internet, Slash fiction is everywhere, and Twitter has become one of the choices for fans to access slash fiction because it does not require a high attention span. This paper is a qualitative study using netnographic methods and thematic analysis to explore the form of textual poaching of female fans' power in reproducing text into slash fiction in the My Hero Academia fandom on Twitter. The findings of this study show that fans can interpret the characters in the original narrative to be homosexual, which then becomes the basis for writing slash fiction. Furthermore, writing slash fiction for female fans is subversive to the existing official culture and challenge heteronormative domination because of fans' ability to create their own story world.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Dyah Savira
Abstrak :
Fandom sebagai ruang yang didominasi perempuan seringkali dianggap lebih ramah gender. Melalui berbagai aktivitas, seperti menulis fanfiksi, menggambar fan art, dan mengonsumsi juga membagikan karya pengemar lain, serta membangun jejaring sesama penggemar, para penggemar perempuan dapat berkegiatan dengan relatif lebih bebas, tanpa batas-batas yang ditetapkan lelaki. Penelitian ini bertujuan untuk mencaritahu cara-cara penggemar perempuan dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya di fandom, dan bagaimana kegiatan mereka dalam ruang penggemar dapat berkelindan dengan hal tersebut. Melalui pendekatan etnografi, dengan metode observasi partisipan dan wawancara mendalam secara daring, studi ini juga menggunakan studi pustaka untuk memperkaya analisa. Hasilnya menunjukkan bahwa informan dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan gender mereka melalui berbagai kegiatan penggemar, termasuk terlibat dalam, atau sekadar memperhatikan, diskursus yang sering muncul dalam fandom. Sekalipun ruang fandom masih heteronormatif, informan dapat menentukan sendiri pendekatan mereka pada fandom, termasuk dalam menghadirkan diri mereka. ......Fandom as a female-dominated space is often considered more gender-friendly. Through various activities, such as writing fan fiction, drawing fan art, consuming and sharing the fan works of other fans, as well as building networks with fellow fans, female fans can carry out their activities relatively freely, without scornful limitations imposed by men. This research aims to find out the ways female fans can explore and express themselves in fandom, and how their activities in the fan space can be related to this. Through an ethnographic approach, with participant observation methods and online in-depth interviews, this study also uses literature research to enrich the analysis. The results show that informants can explore and express their gender through various fan activities, including engaging in, or simply paying attention to, discourses that often arise in fandom. Even though the fandom space is still heteronormative, informants can determine their own approach to fandom, including in presenting themselves.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library