Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Uswatun Hasanah
Abstrak :
Sintesis senyawa fenolipid berbasis asam risinoleat telah dilakukan pada penelitian ini. Sebelum sintesis fenolipid, dilakukan metilasi terhadap asam risinoleat terlebih dahulu. Keberhasilan reaksi metilasi diuji dengan penentuan persen konversi dan identifikasi menggunakan instrumentasi FTIR. Keberhasilan metilasi ditunjukkan dengan hilangnya gugus O-H karboksilat pada produk metilasi yang berada pada bilangan gelombang 3200-2400 cm-1 dengan persen konversi sebesar 94%. Sintesis senyawa fenolipid dilakukan dengan mereaksikan metil ester hasil sintesis dengan asam galat, menggunakan katalis ZnCl2 pada suhu 70 – 80 oC. Kedua reaksi dilakukan selama 6 jam dalam sistem refluks. Rendemen senyawa fenolipid hasil sintesis adalah 70,7%. Hasil sintesis diidentifikasi menggunakan instrumentasi FTIR dan juga dilihat keberhasilannya menggunakan KLT. Campuran kloroform/metanol (93:7) digunakan sebagai eluen pada KLT yang menghasilkan perbedaan nilai Rf pada ketiga sampel yang diuji. Nilai Rf yang dimiliki oleh senyawa fenolipid hasil sintesis 0,84, nilai ini merupakan nilai terbesar, sehingga menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki sifat paling nonpolar dibanding yang lain. Selanjutnya identifikasi FTIR menghasilkan pita serapan baru yang kuat pada bilangan gelombang 758,06 cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus C-H aromatik (tekuk) pada produk hasil sintesis yang mengindikasikan keberhasilan dari proses sintesis yang dilakukan. Uji aktivitas antioksidan senyawa fenolipid dengan metode DPPH menunjukkan nilai persen inhibisi dengan kisaran 30-33%. Uji emulsifier senyawa fenolipid hasil sintesis menunjukkan kestabilan emulsi yang cukup baik pada pengamatan hingga 24 jam, dengan tipe emulsi yang terbentuk yaitu air dalam minyak (W/O). Selain itu, dilakukan analisis potensi antibakteri senyawa fenolipid terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. ...... Synthesis of phenolipid compounds based on ricinoleic acid has been carried out in this study. Before phenolipid synthesis, methylation of ricinoleic acid is carried out first. The success of the methylation reaction was tested by determining percent conversion and identification using FTIR instrumentation. The success of methylation is shown by the loss of the carboxylic O-H group in the methylation product which is at wave number 3200-2400 cm-1 with a conversion percentage of 94%. Synthesis of phenolipid compounds was carried out by reacting the synthesized methyl esters with gallic acid, using a ZnCl2 catalyst at 70-80 oC. Both reactions are carried out for 6 hours in the reflux system. The yield of synthesized phenolipid compounds is 70.7%. The synthesis results were identified using FTIR instrumentation and seen its success using TLC. A mixture of chloroform/methanol (93: 7) was used as an eluent in TLC which resulted in different Rf values in the three samples tested. The Rf value owned by the synthesized phenolipid compound is 0.84, this value is the largest value, thus indicating that the compound has the most nonpolar properties compared to the others. Furthermore, identification of FTIR produced a strong new absorption band at wave number 758.06 cm-1 indicating the presence of aromatic C-H groups (bending) on the synthesized product which indicated the success of the synthesis process carried out. The antioxidant activity test of phenolipid compounds with DPPH method showed a value of percent inhibition in the range of 30-33%. The emulsifier test of the phenolipid compound synthesized showed the stability of the emulsion was quite good at observations of up to 24 hours, with the type of emulsion formed, namely water in oil (W / O). In addition, an analysis of the antibacterial potential of phenolipid compounds against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis was carried out.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prasetyo
Abstrak :
Asam stearat banyak digunakan sebagai agen pengemulsi ketikaditambahkan suatu basa seperti KOH atau trietanolamin yang membuat sebagian asam stearat berubah menjadi bentuk garamnya. Oleh karena itu diperlukan suatu prosedur untuk menetapkan kadar asam stearat total dalam sediaan lulur secara kromatografi gas (KG). Dalam suatu sediaan lulur, terdapat produk yang ditambahkan urea sebagai humektan untuk membuat kulit lebih halus.Penelitian sebelumnya untuk penetapan kadar urea dalam sediaan kosmetik dilakukan dengan menggunakan metode KCKT yang lebih rumit sehingga dibutuhkan metode yang lebih mudah dan tervalidasi dengan menggunakan spektrofotometri. Kondisi KG yang digunakan untuk analisis asam stearat adalah suhu terprogram dengan suhu awal kolom 170C, kenaikan suhu2°C/menit sampai 190°C(ditahan 2 menit), menggunakan helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 1,0mL/menit. Metode ini linier dengan koefisien korelasi 0,9992, dalam rentang konsentrasi 202,4-1214,4ppm.Batas deteksi (LOD)dan batas kuantitasi (LOQ)(KV)1,83-1,99%.Penerapanmetode inipadaduasampel lulur menunjukkan bahwa semua sampel mengandung kadar asam stearat dengan kadar yang bervariasi.Kadar asam stearat pada sampel A (0,51±0,006)%; pada sampel B (1,48±0,0117)%. Analisis urea menggunakan spektrofotometri juga telah divalidasi untuk menetapkan kadar urea dalam lulur.Metode ini linier dengan koefisien korelasi 0,9997,dalam rentang konsentrasi 0-120ppm. Batas deteksi (LOD)dan batas kuantitasi(LOQ)urea adalah 3,08ppm dan 5,729ppmdan memiliki koefisien variasi (KV)1,14-1,96%.Pada penetapankadar urea dalam lulur, hanya sampel A saja yang memiliki kandungan urea yaitu sebesar (O,59 ± 0,0026)%.
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;;;, ], 2010
S33122
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Almaysh Haidar Rizqullah
Abstrak :
Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh berantai panjang yang merupakan komponen utama asam lemak dalam minyak jarak (Ricinus communis L.); turunan esternya diketahui dapat dimanfaatkan sebagai pengemulsi dan antibakteri dalam kosmetik. Penelitian ini berfokus pada pengaruh konsentrasi asam laurat terhadap sifat pengemulsi dan potensi antibakteri dari ester asam risinoleat teroksidasi. Hidrolisis minyak jarak dengan basa KOH menghasilkan persentase rendemen sebesar 97,82%. Asam risinoleat teroksidasi dalam penelitian ini diperoleh dari oksidasi minyak jarak kepyar yang terhidrolisis dan asam risinoleat komersial dengan KMnO4, yang menurunkan bilangan iod masing-masing sebanyak 5,25 mg/g dan 2,62 mg/g. Dengan bantuan ZnCl2, esterifikasi dilakukan dengan memvariasikan rasio molar asam risinoleat teroksidasi dan asam laurat menjadi 3:1, 2:1 dan 1:1. Produk yang telah diperoleh dikarakterisasikan dengan KLT dan FT-IR, lalu sifat pengemulsinya diuji. Potensinya sebagai antibakteri terhadap bakteri penyebab bau badan dibahas dengan mengulas berbagai artikel ilmiah yang berhubungan dengan komponen penyusun ester maupun metode uji antibakteri yang dapat digunakan. ...... Ricinoleic acid is an unsaturated fatty acid which is the main component of fatty acid in castor oil (Ricinus communis L.); its derivatives are known for their ability as emulsifier and antibacterial in cosmetics. This research focused on the effect of lauric acid concentration on emulsifying properties and antibacterial potential from oxidized ricinoleic acid esters. Castor oil hydrolysis with KOH base had chemical yields of 97,82%. Oxidized ricinoleic acid was obtained from the oxidation of hydrolyzed castor oil and commercial ricinoleic acid with KMnO4, which lowered their iodine value by 5,25 mg/g and 2,62 mg/g, respectively. With the help of ZnCl2, esterification was done by varying the molar ratio of oxidized ricinoleic acid and lauric acid by 3:1, 2:1 and 1:1. The obtained products were characterized with TLC and FT-IR, then their emulsifying properties were examined. Their antibacterial potential on bacteria causing body odor were discussed by reviewing many scientific articles related to the building components of ester and available antibacterial testing.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmad Priasmoro
Abstrak :
Reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam laurat dilakukan dengan katalis lipase terimmobilisasi di perforated rotating disc bioreactor untuk menghasilkan agen pengemulsi berupa dilaurin. Hasil analisis dengan tegangan permukaan menunjukkan bahwa putaran piringan optimum didapat pada 400 rpm yang mampu menurunkan tegangan permukaan air hingga 30,75 mN/m. Sedangkan laju alir optimum didapatkan pada laju alir 10 ml/min dengan nilai 30,75 mN/m. Kadar dilaurin pada sampel dengan laju alir 10 ml/min dianalisis dengan GC/MS didapatkan konsentrasi sebesar 32,28 %. ......Esterification between glycerol and lauric acid performed by an immobilized lipase in perforated rotating disc bioreactor to produce emulsifier which is dilaurin. The analysis with surface tension test shows that optimum agitation rate of 400 rpm can decrease the surface tension of water until 30,75 mN/m and optimum recirculation rate at 10 ml/min can decrease the surface tension of water until 30,75 mN/m. Concentration of dilaurin at recirculation rate 10 ml/min analyzed with GC/MS. The result show that dilaurin concentration 32,28 %.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52233
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfaria Rizki
Abstrak :
Laju produksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil / CPO) di pasar dunia dalam dua dekade ini terus mengalami peningkatan. Fenomena ini diproyeksikan akan terus terjadi hingga tahun 2020. Salah satu produk diversifikasi CPO yang bernilai ekonomi tinggi adalah fosfatidilkolin yang sering disebut juga sebagai lesitin. Lesitin merupakan suatu agen pengemulsi yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan, farmasi, maupun kosmetika. Untuk dapat bersifat sebagai agen pengemulsi, trigliserida yang terdapat pada CPO diubah menjadi monogliserida dan digliserida. Dalam pembuatan lesitin, diperlukan digliserida yang memiliki rantai asam laurat, yang disebut dengan dilaurin atau glyceryl dilaurate melalui reaksi esterifikasi-enzimatis. Reaksi ini berlangsung antara gliserol dengan asam laurat dan katalis enzim lipase. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menentukan kondisi operasi optimum dalam reaksi esterifikasi-enzimatis gliserol dan asam laurat dengan katalis lipase. Reaksi dilakukan pada reaktor batch dengan magnetic stirrer pada tekanan atmosferik dan pada temperatur 58_C. Pada reaksi divariasikan waktu reaksi (4 ; 6 ; 9 ; 12 ; 15 ; 24 jam ), perbandingan mol gliserol dengan asam laurat ( 1:3 ; 2:3 ; 3:3 ; 4:3 ; 5:3 ), dan jumlah katalis terhadap substrat ( 0,2% ; 0,4% ; 0,6% ; 0,8% ; 1% ). Produk dianalisis menggunakan GC/MS serta dilakukan uji tegangan permukaan dan uji kestabilan emulsi. Setelah melalui reaksi esterifikasi-enzimatis ini, dilaurin kemudian disintesis lebih lanjut untuk menghasilkan lesitin. Pengetahuan mengenai kondisi operasi optimum pada reaksi esterifikasi-enzimatis jelas akan mempengaruhi dilaurin yang dihasilkan, dimana dilaurin itu sendiri merupakan komponen yang penting dalam pembuatan agen pengemulsi lesitin. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan waktu reaksi optimum ialah selama 15 jam, perbandingan mol antara gliserol dengan asam laurat optimum ialah 4:3, dan jumlah katalis optimum ialah 1% terhadap berat substrat. Dari analisis menggunakan GC/MS, dapat dibuktikan kandungan produk dilaurin didalam sampel hasil penelitian. Dari uji tegangan permukaan, produk dilaurin tersebut terbukti dapat menurunkan tegangan permukaan air hingga 47 mN/m. Dan berdasarkan uji kestabilan emulsi, produk dilaurin tersebut dapat mengemulsikan campuran minyak dan air selama waktu tertentu. ......The flow production of crude palm oil in the world's market in this two decades is increasing. This phenomenon was project still happen until 2002. One of the diversification product of CPO that have economic value is phosphatidilcholine or as people knew as lecithine. Lecithine is an emulsifier that use in food industry, pharmation, or cosmetics. To be an emulsifier, triglyceride that contain in CPO has to changed as a monoglyceride and diglyceride. In lecithine synthesis, diglyceride that have lauric acid chain (called dilaurin or glyceryl dilaurate) is needed through esterificationenzymatic reaction. This reaction is between glycerol and lauric acid with lipase enzyme as a catalist. The purpose of this research is to determine optimum operation condition in esterification-enzymatic reaction between glycerol and lauric acid with lipase catalist. This reaction is work in batch reactor using reflux and magnetic stirrer in atmospheric pressure and temperature of 58_C. The reaction was variated in time (4 ; 6 ; 9 ; 12 ; 15 ; 24 hours), mol ratio of glycerol and lauric acid ( 1:3 ; 2:3 ; 3:3 ; 4:3 ; 5:3 ), and the amounts lipase catalist of substrate ( 0,2% ; 0,4% ; 0,6% ; 0,8% ; 1% ). GC/MS, surface tension, emulsion stability was used to analize the product. After esterification-enzymatic reaction, dilaurin is used in lecithine synthesis. The knowledge about optimum operation conditions in esterification-enzymatic reaction will impact the dilaurin that produced absolutely, which dilaurin itself is an important component in lecithine emulsifier synthesis. Based from the result of the research, optimum time reaction is 15 hours, optimum mol ratio of glycerol and lauric acid is 4:3, and optimum amounts lipase catalist of substrate is 1% (mass). GC/MS proves dilaurin product is contained in sample that produce from the reaction. Surface tension test proves that dilaurin can decrease the surface tension of water until 47 mN/m. And based from emulsion stability test, dilaurin can emulsion oil and water in time given.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Handayani
Abstrak :
Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas pertanian yang sangat potensial sebagai penghasil minyak nabati yang dibutuhkan dalam industri kosmetik, farmasi, makanan, dan lain-lain. Saat ini kebutuhan wijen terus meningkat, hal ini dibuktikan dengan peluang wijen dalam mendominasi pasar dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Salah satu produk diversifikasi wijen yang bernilai ekonomis adalah Phosphatidylcholine (PC) yang sering disebut lesitin atau crude lecithine. Bahan baku agen pengemulsi yang berasal dari bahan baku nabati memiliki keunggulan tersendiri bila dibandingkan dengan agen pengemulsi yang bahan bakunya berasal dari bahan baku petrokimia. Reaksi yang terjadi dalam riset ini adalah reaksi esterifikasi-enzimatis antara gliserol dan asam laurat dengan katalis lipase dari biji wijen (Sesamum indicum L.) yang menghasilkan dilaurin. Setelah melalui reaksi esterifikasienzimatis ini, dilaurin kemudian disintesis lebih lanjut sehingga menghasilkan lesitin. Dalam reaksi sintesis lesitin, reaksi esterifikasi-enzimatis memegang peranan yang sangat penting. Pada reaksi ini dilakukan variasi perbandingan jumlah mol gliserol dan asam laurat (1:3, 2:3, 3:3, 4:3, dan 5:3), waktu reaksi esterifikasi-enzimatis (12, 15, 18, 21, dan 24 jam), dan persentase berat penambahan wijen terhadap substrat (50%, 60%, 70%, 80%, dan 90%). Dilaurin dihasilkan melalui reaksi esterifikasi-enzimatis yang digunakan sebagai bahan baku lesitin. Kondisi operasi optimum pada reaksi esterifikasi-enzimatis ini jelas akan mempengaruhi dilaurin yang dihasilkan, dimana dilaurin itu sendiri merupakan komponen yang penting dalam agen pengemulsi lesitin. Dari hasil penelitian reaksi esterifikasi-enzimatis diperoleh kondisi operasi optimum yaitu pada perbandingan jumlah mol gliserol dan asam laurat 3:3, waktu reaksi esterifikasi-enzimatis 18 jam, dan persentase berat penambahan wijen terhadap substrat sebesar 90% dengan nilai penurunan tegangan permukaan air setelah ditambahkan agen pengemulsi sebesar 21,6 mN/m dan stabilitas emulsi minyak-air setelah ditambahkan agen pengemulsi sebesar 150,6 detik. ......Sesame seed (Sesamum indicum L.) is an agricultural commodity which has potential as vegetable oil product that needed with cosmetic, farmacy, food industries, etc. In this time the sesame seed demand increased continually, this thing is proven that the opportunity of sesame seed for dominating market with many potential haven it. One of the sesame seed diversification which has economic value is Phosphatidylcholine (PC) which called by lecithine or crude lecithine. If we compared, emulsifier raw material from vegetable oil is better than petrochemical raw material. The reaction which has occurred in this research is enzymatic esterification reaction between glycerol and lauric acid with lipase catalyzed from sesame seed (Sesamum indicum L) that produces dilaurin. Through this enzymatic esterification, and then dilaurin produce synthesized that produces lesitin. In synthesis reaction variation comparing glycerol mole and lauric acid (1:3, 2:3, 3:3, 4:3, and 5:3), enzymatic esterification reaction time (12, 15, 18, 21, and 24 hour), and the percentage added sesame seed weight to substrate (50%, 60%, 70%, 80%, and 90%). Dilaurin has produced through enzymatic esterification reaction that used a lesitin raw material. The optimum operation condition at enzymatic esterfication was influenced. Its dilaurin is important component in lecithine emulsifier. The enzymatic esterification reaction gets optimum operation condition in comparing glycerol mole and lauric acid is 3:3, the time enzymatic esterification reaction is 18 hour, and the percentage added sesame seed weight to substrate is 90% with value the increasing water surface tension after that emulsifier added is 21,6 mN/m and the oil-water emulsion stability that has added with emulsifier is 150,6 seconds.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library