Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
CHK Karyadinata
Abstrak :
Madura adalah sebuah pulau sebagai salah satu kawasan tertinggal di Jawa Timur dimana guna mengejar ketertinggalan tersebut maka diperlukan peningkatan akses keluar masuk Madura melalui pembangunan Jembatan Suramadu sehingga memperlancar arus distribusi barang/jasa dan meningkatkan mobilitas penduduk. Kewenangan pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Jembatan Suramadu dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) dengan pedoman pelaksanaan kegiatan tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan Wilayah Suramadu 2010-2024. Besarnya dampak pengembangan wilayah Suramadu dianalisa menggunakan Tabel Input Output Madura Tahun 2008 yang diturunkan dari Tabel Input Output Jawa Timur Tahun 2008 dengan variabel yang dilihat berupa peningkatan output, pendapatan dan lapangan kerja. Sektor kunci dalam perekonomian Madura adalah sektor 8 : industri, sektor 10 : air bersih, sektor 15 : angkutan jalan raya, sektor 20 : bank dan sektor 21 : lembaga keuangan bukan bank. Dampak pengembangan wilayah Suramadu terhadap peningkatan output pada tahun 2010 sebesar Rp. 28,955 milyar; tahun 2011 sebesar Rp. 1,584 trilyun; tahun 2012 sebesar Rp. 2,150 trilyun; tahun 2013 sebesar Rp. 2,310 trilyun dan tahun 2014 sebesar Rp. 3,634 trilyun sehingga total output meningkat sebesar Rp. 9,709 trilyun atau meningkat 26,7723%. Dampak pengembangan wilayah Suramadu terhadap peningkatan pendapatan pada tahun 2010 sebesar Rp. 2,104 milyar; tahun 2011 sebesar Rp. 302,830 milyar; tahun 2012 sebesar Rp. 393,473 milyar; tahun 2013 sebesar Rp. 428,841 milyar dan tahun 2014 sebesar Rp. 479,485 milyar sehingga total pendapatan meningkat sebesar Rp. 1,606 trilyun atau meningkat 28,0943%. Dampak pengembangan wilayah Suramadu terhadap peningkatan lapangan kerja pada tahun 2010 sebanyak 76 orang; tahun 2011 sebanyak 29.151 orang; tahun 2012 sebanyak 37.043 orang; tahun 2013 sebanyak40.610 orang dan tahun 2014 sebanyak 52.159 orang sehingga total lapangan kerja meningkat sebanyak 159.039 orang atau meningkat 11,0954%. Pengembangan wilayah Suramadu yang dilakukan oleh BPWS memberikan dampak yang lebih baik karena persentase peningkatan output setara dengan skenario I, persentase peningkatan pendapatan tertinggi dibandingkan dengan skenario yang lain dan persentase peningkatan lapangan kerja yang cukup tinggi.
Madura is an island as one of the regions lagging in East Java where to catch it, needs to improve access in and out of Madura through the developmentm of Suramadu bridge so as to accelerate the flow of distribution of goods /services and increase the population mobility. Management authority and Regional Development Suramadu bridge implemented by the Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS- Regional Development Agency Suramadu) with guidelines for implementation of the activities listed in Suramadu Area Development Master Plan 2010-2024. Magnitude of the impact of regional development Suramadu analyzed using Input Output Table of Madura in 2008 are derived from Input Output Table of East Java in 2008 with the variable as seen in the form of increased output, income and employment. Key sectors in the economy of Madura is a sector 8: industry, sector 10: clean water, 15 sectors: road transport, 20 sectors: banks and 21 sectors: non-bank financial institutions. The impact of regional development Suramadu to increased output in 2010 amounting to Rp. 28.955 billion; in 2011 amounting to Rp. 1.584 trillion; year 2012 amounting to Rp. 2.150 trillion; year 2013 amounting to Rp. 2.310 trillion, and the year 2014 amounting to Rp. 3.634 trillion, so total output increased by Rp. 9.709 trillion, an increase of 26.7723%. The impact of regional development Suramadu to increased revenues in 2010 amounting to Rp. 2.104 billion; in 2011 amounting to Rp. 302.830 billion; year 2012 amounting to Rp. 393.473 billion; year 2013 amounting to Rp. 428.841 billion and the year 2014 amounting to Rp. 479.485 billion, bringing total revenues increased by Rp. 1.606 trillion, an increase of 28.0943%. The impact of regional development Suramadu to increased employment in the year 2010 as many as 76 people; in 2011 as many as 29,151 people; year 2012 as many as 37,043 people; of 2013 as many as 40,610 people and as many as 52,159 people in 2014 so that total employment increased by 159,039 people or an increase of 11.0954%. Suramadu regional development undertaken by BPWS provide more better impact because the percentage increase in output is equivalent to the scenario I, the highest percentage increase in revenue compared with other scenarios and it gives increasing percentage in employment is quite high.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T30227
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S8564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernan Rustiadi
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2011
307.1 ERN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Firman
Bandung: ITB Press, 2020
711.4 TOM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anshar
Depok: Rajawali Press, 2022
711.3 MUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga Kajian LC,
360 SOL
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Revaldo Agdhitya Pradipta
Abstrak :
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki jalur sepanjang 142 km melewati 4 stasiun yaitu Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Dalam rangka meningkatkan revenue dan nilai kelayakan investasi, dilakukan penambahan fungsi berupa pengembangan wilayah Kota Baru Walini dengan luas area pengembangan sebesar 1126 ha. Pada penelitian ini pengembangan wilayah Kota Baru Walini dilakukan dengan mengkaji melalui 4 alternatif pengembangan kota sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat pertanian modern, dan pusat inovasi teknologi yang selanjutnya akan dipilih menggunakan metode paired comparison. Di dalam rancangan pengembangan Walini sebagai pusat inovasi teknologi, akan dilakukan pembangunan kawasan residensial, komersial, perkantoran, industri berteknologi tinggi, pembangunan research universities, dan ruang terbuka dengan kelengkapan pembangunan infrastruktur publik seperti jalan, rel kereta, dan stasiun kereta api baru dengan biaya investasi diperkirakan mencapai Rp. 64,224,151.71. ...... High-Speed Train Jakarta Bandun Project has a path along 142 km through four stations; Halim, Karawang, Walini, and Tegalluar. In order to increase revenue and the feasibility of investement, the addition of function such as the regional development of Walini with an area of 1126 ha. In this research, the development of Walini done by examining four development alternatives, as a goverment centre, business centre, modern farming centre, and innovation of technology centre. In the Walini develoment planning as a centre of technological innovation, there will be the construction of residential area, commercial area, office area, high-technological industries, research universities, open space, and the construction of public infrastructure sucs as roads, railways, train station and new train stations with the estimated of investment cost reach Rp. 64.224.151,71.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Bima Ariateja
Abstrak :
Kota Pangkal Pinang di Provinsi Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi daerah hinterland berupa industri ekstraktif, pertanian, dan agroindustri dengan komoditas utamanya berupa timah. Namun performa infrastruktur transportasi yang ada masih kurang mampu mendukung kegiatan distribusi sehingga menempatkan Kota Pangkal Pinang berada pada Kuadran III yang termasuk ke dalam kota - kota yang skor performa infrastruktur transportasinya berada pada kelas menengah kebawah di Indonesia. Sehingga Pengembangan Pelabuhan mampu memberikan dampak social dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuisoner dalam 4 tahapan dan dianalisa menggunakan SPSS dan teknik Relative Importance Index untuk mengurutkan dampak dari yang terbesar hingga yang terkecil. ......Pangkal Pinang in Bangka Belitung province is one of the provinces in Indonesia which has the potential of hinterland areas such as extractive industries, agriculture and agro-industry with primary commodities such as tin. However, the performance of the existing transport infrastructure is still less able to support distribution activities thus putting Pangkal Pinang located in Quadrant III belonging to the city - the city transport infrastructure performance scores are in the middle class in Indonesia. Port Development thus able to provide social and economic impact. This study uses the instrument in the form of questionnaires in four stages and analyzed using SPSS and techniques Relative Importance Index to sort the impact from the largest to the smallest.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryorespati Xavier Sastrowardoyo
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki salah satu potensi terbesar di dalam kebermanfaatan sektor perairan, dengan luas laut teritorial sebesar 70 , Indonesia masih memiliki kekurangan angka kontribusi infrastruktur terhadap total GDP negara. Sebuah penerapan konsep seatropolis/port-cities yaitu sebuah konsep yang menjelaskan mengenai bagaimana hubungan antara perkembangan sebuah pelabuhan akan berpengaruh terhadap perkembangan wilayah di sekitarnya. Dalam melakukan preliminary design untuk proyek ini, diperlukan beberapa variabel yang akan mempengaruhi industri-industri pelabuhan yang akan dikembangkan pada nantinya, beberapa diantaranya adalah PDRB daerah dan juga jumlah penduduk. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sektor industri utama yang patut dikembangkan di dalam suatu wilayah adalah dengan metode location quotient. Dalam proses disain ini juga akan ditemukan nilai initial cost yang dibutuhkan agar dapat direalisasikan dengan nyata. Analisis case study dilakukan pada Kota Dumai sebagai kota pelabuhan yang memiliki sarana penunjang kegiatan perdagangan dan pengangkutan yang cukup dan kemajuan PDRB-nya dari sektor sekunder dan tersier. Pengerjaan proyek ini dilakukan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah dengan mengembangkan kota berbasis pelabuhan. Desain wilayah yang didapatkan akan membutuhkan Rp. 33,468,682,451,227.10,- dengan luasan 142 ha.
ABSTRACT
ndonesia is an archipelagic country with one of the greatest potentials in the utilization of the water sector, with an area of 70 of the territorial sea, Indonesia is still lacking the contribution of infrastructure to the country 39 s total GDP. An application of the concept of seatropolis port cities is a concept that explains about how the relationship between the development of a port will affect the development of the region around it. In conducting preliminary design for this project, several variables that will affect the port industry will be developed in the future, some of which are regional GDP and also population. One approach that can be done to get the main industrial sector that should be developed within a region is by using the location quotient method. In this design process will also find the initial cost value needed to make this design realistic. The case study analysis was carried out in Dumai City whis is to be designed as a port city with adequate supporting facilities for trade and transportation and its PDRB progress from the secondary and tertiary sectors. The project 39 s work is done to improve the regional economic development by developing port based cities. The design of the region will require Rp. 33,468,682,451,227.10, with an area of 142 ha.
2017
S68281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Dandy Adhityo
Abstrak :
ABSTRAK
Bandara merupakan kawasan infrastruktur publik yang dipergunakan dalam mengakomodir aktivitas penerbangan antar wilayah. Keberadaan bandara sebagai tempat terjadinya pergerakan penumpang, logistik, bisnis, dan lainnya dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah suatu kawasan. Berdasarkan PDRB, kota Bandar Lampung merupakan salah satu kawasan yang tertinggal di Indonesia, untuk melakukan peningkatan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut, penelitian ini bermaksud untuk membuat desain konseptual dan menghitung biaya investasi awal initial cost Bandara Radin Inten II berbasis aerotropolis. Konsep aerotropolis bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bandara dengan pusat-pusat pertumbuhan kota, merencanakan pembangunan pada tiap koridornya, sehingga menghasilkan bentuk integrasi yang tertata, efisien, dan efektif dalam memberikan manfaat. Untuk mengetahui persebaran sektor potensial yang akan dikembangkan maka penggunaan metode Location Qotient untuk permodelan kawasan dan analisis time value of money dalam melakukan estimasi biaya investasi awal. Hasil dari penelitian ini adalah pengembangan kawasan aerotropolis yang terdiri dari berbagai jenis industri pengolahan, kawasan mixed use, infrastruktur penunjang seperti pembangkit listrik, unit pengolahan air terpadu, dan penyediaan transportasi masal berupa bus rapid transit BRT dengan total biaya investasi awal sebesar Rp 180,028,903,958,327.
ABSTRACT
Airport is a public infrastructure area that used to accommodate inter regional activities. The existence of the airport for the passengers movement, logistical supply chain, business area, and etc can be the key driving factors for economic growth and added value to the region. Based on the regional rsquo s gross domestic product, Lampung Province is one of the lagging regions in indonesia, hence to increase economic growth in the region, this research is aimed to generate conceptual design and initial cost calculation of Raden Inten II airport based on aerotropolis. The concept of aerotropolis is aimed to improve airport rsquo s accessibility along with urban growth center, plan the development on each corridor, to make well developed, efficient, and effective. To identify the distribution of potential sector as the baseline for development purposes, hence the method of location quotient is applied to design the region and time value of money to estimate initial cost of investment. The result of this research is by developing Lampung Province that consist of industrial area, mixed use area, supporting infrastructure such as power plant, integrated water and waster water treatment plant, and massive public transport named bus rapid transit BRT with total of investment is Rp 180,028,903,958,327.
2017
S68853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>