Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Reza Firmansyah
Abstrak :

Pengecoran merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk menghasilkan produk aluminium. Sifat mekanis dari produk cor aluminium merupakan parameter penting yang mengindikasikan kualitas dari produk pengecoran yang dihasilkan. Pada prakteknya, sifat dari produk cor aluminium dapat berkurang karena cacat porositas yang diakibatkan oleh adanya reaktivitas yang tinggi dari aluminium dengan gas hidrogen. Oleh karena itu, gas hidrogen yang ada pada lelehan aluminium perlu dihilangkan dengan cara melakukan metode degassing. Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan hasil dari metode degassing dengan menggunakan bahan yang berbeda, yaitu antara tablet degasser berbasis NaF-NaNO3 dengan gas argon teknis dan murni. Temperatur peleburan yang digunakan pada penelitian ini adalah 750oC, dan temperatur penuangan dari aluminium dilakukan pada suhu 670oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet degasser berbasis NaF-NaNO3 dan gas argon murni memiliki kemampuan yang paling baik dalam mengurangi jumlah gas hidrogen didalam produk cor aluminium. Terdapat peningkatan sifat mekanis dari produk cor yang dihasilkan, yaitu peningkatan dari kekuatan tarik maksimum terbesar dari 62,17 MPa menjadi 214,26 MPa, peningkatan dari kekerasan terbesar dari 15 BHN menjadi 79,67 BHN, dan peningkatan dari harga impak terbesar dari 0,202 J/mm2 menjadi 0,408 J/mm2.

 


Casting is one of the methods commonly used to produce aluminum product. Aluminum casting products mechanical properties are a very important parameter that indicates the quality of the casting product. In reality, the properties of aluminum casting product can be reduced by porosity defects that appear because of aluminums high reactivity with hydrogen gas. Therefore, hydrogen gas that formed on melt aluminum should be removed by doing degassing method. In this research, the result of degassing method by using different materials were compared, it is by using NaF-NaNO3-based tablet degasser and argon gas, pure and technical. The melting temperature used in this research was 750oC, and the aluminum was poured at 670oC.  The result shows that NaF-NaNO3-based tablet degasser and pure argon gas has the best ability to reduce the number of hydrogen gas formed in aluminum casting product. The aluminum casting products mechanical properties were enhanced, for the ultimate tensile strength the highest elevation occurs from 62,17 MPa to 214,26 MPa, for the hardness strength the highest elevation occurs from 15 BHN to 79,67 MPa, and for the impact strength the highest elevation occurs from 0,202 J/mm2 to 0,408 J/mm2.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Hadiqah
Abstrak :
Pengecoran merupakan salah satu metode untuk memproses paduan aluminium sehingga menghasilkan produk. Parameter penting yang dapat menentukan kualitas produk hasil pengecoran adalah kemurnian dan sifat mekanis. Dalam proses pengecoran, kelarutan gas hidrogen dan reaktivitas aluminium terhadap atmosfer akan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur dan dapat mengakibatkan cacat porositas serta inklusi yang akan berpengaruh pada kebersihan produk hasil cor dan menurunkan sifat mekanisnya. Untuk menghindari cacat pengecoran tersebut dapat dilakukan perlakuan dengan penambahan fluks. Pada penelitian dan literature review ini dilakukan studi pengaruh temperatur peleburan aluminium dengan perlakuan penambahan cleaning flux berbasis NaCl-KCl-Na2SiF6. Cleaning flux dibuat dengan variasi komposisi berdasarkan Na2SiF6 sebesar 5wt%, 10wt%, 15wt%, 20wt%. Material yang digunakan dalam literature review adalah paduan Al-Si-Cu dengan variasi temperatur peleburan 700oC, 740oC, 780oC, 790oC. Karakterisasi material dilakukan dengan menggunakan DSC, OM, SEM, perhitungan inklusi, pengukuran kepadatan dan pengujian tarik. Hasil penelitian dan literature review menunjukkan bahwa peningkatan komposisi Na2SiF6 dalam fluks akan menurunkan temperatur dekomposisi fluks dan meningkatkan efisiensi pengangkatan inklusi dalam aluminium cair. Kemurnian dan sifat mekanis tertinggi diperoleh pada temperatur peleburan 740oC. ......Casting is one of methods for processing aluminum alloys to produce aluminum products. Important parameters that can determine the quality of casting products are purity and mechanical properties. In the casting process, the solubility of hydrogen gas and aluminum reactivity to the atmosphere will increase along with rising temperatures and can result in porosity defects and inclusions that will affect the cleanliness of the cast product and decrease its mechanical properties. To avoid casting defects can be treated with the addition of flux. In this research and literature review, a study on the effect of aluminum melting temperature with the addition of NaCl-KCl- Na2SiF6-based cleaning flux was carried out. Cleaning fluxes were made with composition variation based on Na2SiF6 of 5wt%, 10wt%, 15wt%, 20wt%. The material used in the literature review were Al-Si-Cu alloys with melting temperature variation of 700oC, 740oC, 780oC, 790oC. Material characterization was determined using DSC, OM, SEM, inclusion measurement, density measurement and tension testing. The results of the research and literature review show that increasing the composition of Na2SiF6 in flux decreases the flux decomposition temperature and increases the efficiency of removing inclusions in liquid aluminum. The highest purity and mechanical properties are obtained at melting temperature of 740oC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan
Abstrak :
ABSTRAK
Proses pengecoran logam merupakan proses yang rentan terjadinya cacat serta membutuhkan waktu dan biaya yang besar dalam merancang disain yang baik karena harus melalui proses trial dan error. Skripsi ini berisi tentang penilitian dan perhitungan terhadap transfer panas dan koefisien transfer panas yang terjadi selama pengecoran aluminium murni 99.5%. Pengecoran dilakukan dengan cetakan pasir dengan bahan green sand dan pengukuran perpindahan panas yang terjadi selama pengecoran dilakukan dengan termokopel tipe K serta menggunakan data logger sebagai pencatat data perubahan temperatur yang dideteksi oleh termokopel. Disain yang digunakan dalam penilitian ini berupa silinder dengan tiga ketebalan berbeda. Berdasarkan hasil analisa data, disain berbentuk silinder cocok dan tepat digunakan untuk pengkuran transfer panas selama pengecoran dengan memberikan fleksibilitas penempatan termokopel yang bagus. pada proses transfer panas ketika pengecoran, uap dari impurity serta kelembaban pasir dapat sebagai penghalang dalam transfer panas. Pada bagian antarmuka antara logam dan pasir cetak terdapat gap udara yang menyebabkan harga koefisien transfer panas pada antarmuka tersebut susah untuk ditentukan. Dengan menggunakan perhitungan dengan titik acuan posisi yang paling dekat dengan bagian antarmuka tadi, nilai keofisien transfer panas dapat ditentukan. Dengan ditentukannnya nilai koefisien transfer panas tersebut dapat dilakukan penyempurnaan dalam database software z-cast sehingga untuk melakukan pengecoran bisa disimulasikan lewat computer tanpa ada proses trial dan error yang memakan waktu dan biaya.
ABSTRACT
Metal casting process is a process of defect prone and requires substantial time and cost in designing a good design because of trial and error method. This thesis contains research and the calculation of the heat transfer coefficient and heat transfer occurring during 99.5% pure aluminum casting. Casting is done by sand casting molds with green sand materials and the measurement of heat transfer that occurs during casting is done by using the K type thermocouple data logger as well as data recording temperature changes which detected by thermocouple. Design used in this research in the form of cylindrical design with three different thicknesses. Based on the data analysis, design with cylinder shape used for heat transfer during casting of taking the measurements with thermocouple placement gives good flexibility. In the heat transfer process when casting, impurity and moisture vapor from the sand act as a thermal barrier to heat transfer. At the interface between the metal and the molding sand there is an air gap that causes heat transfer coefficient at the interface difficult to determine. By using a calculation with a reference point position closest to the near interface, heat transfer coefficient value can be determined. By determining the heat transfer coefficient, the improvement of casting process using software database can be obtained so casting process can be performed by computer without any trial and error process that takes time and costs.
2013
S64617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
Abstrak :
ABSTRAK
Pada pengecoran aluminium dihasilkan limbah dross yang merupakan hasil oksidasi logam-logam yang berbentuk serbuk Dari hasil pengujian komposisi, ternyata dross ini memiliki kandungan alumina yang tinggi, yaitu 61,67 %. Dengan kandungan alumina yang tinggi ini make diusahakan pemanfaatan dross limbah ini sebagai refraktori alumina kadar tinggi, dengan melakukan penelitian terhadap sifat-sifat refraktorinya.

Penelitian dilakukan dengan menambahkan silika sebesar 5%; 7,5% dan 10% serta 5 % air dan 5% bentonit sebagai pengikat. Pada tahap awal dilakukan proses persiapan dross, yang meliputi penyaringan kasar, pengeringan, pengklasifikasian serta pemfotoan struktur serbuk dross. Tahap kedua adalah pembuatan sampel pengujian, yang meliputi pencampuran dross dengan air, bentonit dan silika tambahan; kompaksi dengan beban 400 kg/cm2; pengeringan dengan temperatur 400°C selama 1 jam dan pembakaran pada temperatur 1350°C selama 24 jam. Tahap terakhir adalah pengujian ekspansi termal, ketahanan kejut temperatur dan pengamatan struktur.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan koefisien ekspansi termal, yaitu berturut-turut untuk penambahan silika 5 % (9,04.10^-6 °c^-1); 7,5 % (8, 18.10^-6 °C^-1) dan 10 % (7,13.10^-6 °c^-1). Sementara hasil pengujian ketahanan kejut temperatur tidak memperlihatkan kecenderungan, yang kemungkinan disebabkan pada saat proses pengujian, maupun dari material dasarnya. Siklus untuk masing-masing penambahan silika 5 %; 7 ,5 % ; dan 10 % adalah lebih dari 30 siklus, 19 siklus dan 22 siklus. Untuk pengamatan struktur mengalami kesulitan karena fokus yang tidak tepat, akibat dari tidak meratanya permukaan sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah dross pengecoran aluminium dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan refraktori, karena sifat-sifat refraktorinya masih berada dalam batas-batas material refraktori. Refraktori dari dross limbah pengecoran ini dapat dimanfaatkan pada kondisi dengan beban yang tak berlebih, yaitu pada bagian atap dapur pengecoran.
ABSTRAK
The casting of aluminum yields the dross as the powder result of metal oxidation. Based on the composition testing, it's observed that this dross has high alumina content, i. e 61,6 7 %. In order to benefit its high alumina content, a research of dross on its characteristic as high alumina has been done.

The research is done by varying silica (5%; 7.5% and 10 %) added into the dross, mixed with 5 % water and 5% bentonite as the binders. The first step is the preparing of the dross by coarse screening, drying, sizing and dross structure photographing. The next step is making testing sample, through the mixing and blending dross with added silica, water and bentonite; compacting the sample under load of 400 kg/cm^2; drying in 400°C for an hour and firing in 13 50°C for 24 hours. The last step is testing the sample, i.e. thermal expansion testing, thermal shock resistance testing and structure observing.

Based on thermal expansion testing, thermal expansion coefficient decreased as the percentage of added silica is increased. The coefficient is 9.04 x 10^-6 °C^-1 in the adding 5 % silica; 8.18 x 10^-6 °c^-1 in 7.5% and 7.13 x 10^-6°C^-1 in 10%. The results of thermal shock resistance testing do not show any trend, which can be caused by condition of testing and the complexity of raw material. It is difficult to observe the structure because of the unflatness of the sample surface. It is concluded from this research, that the dross from aluminum casting can be used for the material of refractory bricks production, because its characteristics are in the range of requirement. This brick can be used where the condition is not overloaded, such as the roof of the furnaces.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library