Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuliani
Abstrak :
ABSTRAK
Jelly merupakan makanan kecil yang banyak beredar dipasaran dengan penainpilan menarik dan harga yang relatif murah. Sebagian besar konsumen Jelly tersebut adalah anak- anak, oleh karena,itu perlu dilakukan penelitian sejauh mana tingkat keamanan bahan-bahan yang terdapat dalam Jelly. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah peng- gunaan .bahan tambahan pengawet dan ■pemanis dalam Jelly sesuai dengan yang tertera dalam peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 722/MENKES/PER/IX/'88. Untuk memisahkan pengawet dari zat-zat lain yang mengganggii digunakan kloroform dan dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis dehgan eluen n-heksan-asam asetat glasial pada perbandingan 96:4. Penetapan kadar pengawet digunakan metode spektrodensitometri. Pada penetapan kadar pemanis, untuk sakarin dipakai metode kolorimetri. D.isini sakarin dengan penambahan fenol dan asam sulfat pada pemana- san 130-140*^0 dan dengan penambahan NaOH akan bdrwarna merah. Resapan maksimum diukur pada panjang gelombang 558 nm. . Sedangkan penetapan kadar siklamat menggunakan metode. gravimetri, dimana siklamat akan didestruksi menggunakan asam klorida pekat, keinudian diendapkan sebagai Barium sulfat.
1995
S32020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arya Tjipta Prananda
Abstrak :
LATAR BELAKANG. Makalah ini memberikan gambaran kualitatif dari tampilan histologis dan perubahan yang terjadi di tandur kulit manusia yang disimpan pada suhu 4oC dalam berbagai pengawet selama 1 minggu. Selama waktu penyimpanan, perubahan terlihat di semua lapisan epidermis dan dermis. Fitur awal yang paling terlihat adalah pembengkakan dan pleomorfisme nucleus dan seluler. Setelah 7 hari susut nucleus dan seluler, pembentukan halo dan pyknosis menjadi jelas. Fitur histologis yang paling mengkhawatirkan adalah terjadinya blebs dermoepidermal. Ini adalah terbukti dengan hari ke 7 dan akhirnya pemisahan lengkap dari epidermis dari dermis. METHODS. Tandur kulit manusia yang telah diambil ini akan disimpan dalam bentuk gulungan dan didalam suhu 4OC yang kemudian akan menunjukkan perbedaannya. Dan akan dibagi dalam dua kelompok yakni grup control dengan NaCL 0,9% dan grup percobaan dengan Gliserol 80%. Penelitian ini dilakukan secara prospektif, kemudian dinilai perbedaan secara histologisnya, dihitung sel pada grup NaCl dan gliserol. Kemudian hasil yang didapat akan dibandingkan dengan menggunakan Chi-Square (data kategorik dengan melihat terjadinya dermoepidermal blebs, halo formation, cellular pyknosis, nuclear dan cellular shrinkage pada hari ke-7). RESULTS. Hasil dengan menggunakan uji chi-square Asymp.Sig (2-sided) dengan nilai 0.001, p < 0.05. Hipotesis 0 ditolak, and hipotesis 1 diterima yang artinya ada perbedaan significant antara penggunaan NaCl 0.9% dibandingkan dengan glycerol 80% pada terjadinya dermoepidermal blebs, halo formation, cellular pyknosis, nuclear dan cellular shrinkage pada hari ke-7 penyimpanan tandur kulit. Tandur kulit yang disimpan dengan Gliserol 80% pada hari ke-7 mempunyai 4.25 resiko lebih besar terjadinya dermoepidermal blebs, halo formation, cellular pyknosis, nuclear dan cellular shrinkage dibandingkan dengan NaCl 0,9% dengan P = 0.001 (significant). Kami menyimpulkan viabilitas kulit akan semakin meningkat jika tandur kulit disimpan dalam bentuk gulungan dan dalam suhu 4OC serta dengan menggunakan gliserol 80%. Kata Kunci: Tandur kulit split-thickness, Pengawet, gliserol 80% ......BACKGROUND. This paper provides a qualitative description of the histological appearances and changes occurring in human split skin grafts stored at 4oC in various configurations over a 1-week period. During the storage time, changes were seen in all layers of the epidermis and dermis. The most notable early features were nuclear and cellular swelling and pleomorphism. After 7 days nuclear and cellular shrinkage, halo formation and pyknosis became evident. The most worrying histological feature was the development of dermoepidermal blebs. These were evident by day 7 and progressed to cleavage off and ultimately complete separation of the epidermis from the dermis. METHODS. A comparison of these features in human split skin grafts stored as sheets stored rolled, at either strictly or roughly 4oC revealed differences. And consist in two preservant group, the control is using NaCl 0,9%, and the trial is using glycerol 80%. The study was conducted prospectively, see the state or characteristic of the early skin graft preservation and preservation day 7 between the use of 0.9% NaCl solution and 80% glycerol solution. Comparing the results using chisquare test (categorical data with categorical that the use of 0.9% NaCl and 80% glycerol to the occurrence or non-occurrence of the dermoepidermal blebs, halo formation, cellular pyknosis, nuclear and cellular shrinkage on day 7) RESULTS. This research use a chi-square test. Results seen as Asymp.Sig (2-sided) with a value of 0.001, meaning meets p < 0.05. Hypothesis 0 is rejected, and Hypothesis 1 is accepted which means that there are significant differences between the use of NaCl 0.9% compared with 80% glycerol on the incidence dermoepidermal blebs, halo formation, cellular pyknosis, nuclear and cellular shrinkage on day 7 skin graft preservation. Skin grafts that were preserved using 0.9% NaCl on day 7 had a 4.25 times greater risk for experiencing dermoepidermal blebs, halo formation, cellular pyknosis, nuclear and cellular shrinkage compared with the preserved skin graft using glycerol 80% at day 7 with P = 0.001 (significant). We conclude that the viability of stored skin is improved if it is stored at a uniform 4oC as rolled sheets and preserved with glycerol 80%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Margi Astuty
Abstrak :
Senyawa fenolik yang terkandung dalam ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) memiliki sifat antibakteri yang dapat menahan pertumbuhan bakteri . Isolasi senyawa fenolik dilakukan dengan pelarut etanol. Sebelumnya telah dilakukan penelitian dengan penggunaan ekstrak jahe sabagai pengawet susu pasteurisasi. Dari penelitian tersebut, didapatkan bahwa penggunaan ekstrak jahe mampu menahan pertumbuhan bakteri pada susu pasteurisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak jahe sebagai pengawet susu segar. Variasi yang dilakukan adalah bentuk sediaan ekstrak jahe yaitu, irisan jahe, sari rimpang jahe, oleoresin, dan mikropartikel kitosan alginat yang dimuati ekstrak jahe. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah kandungan total fenol, efisiensi enkapsulasi mikropartikel, loading, jumlah bakteri, serta organoleptis pada susu segar. Kandungan total fenol tertinggi yaitu 513.23 mg GAE/g pada oleoresin. Sementara untuk matriks alginat-oleoresin sebesar 499.68 mg GAE/g, mikropartikel kitosan?oleoresin dan mikropartikel kitosan oleoresin tersalut alginat sebesar 39.09 mg GAE/g, sari rimpang jahe 2.13 mg GAE/g, dan terendah pada irirsan jahe sebesar 0.214 mg GAE/g. Efisiensi enkapsulasi mikropartikel kitosan-oleoresin, kitosan-oleoresin tersalut alginat dan alginat-oleoresin masing-masing sebesar 76.16%, 76.16% dan 97.36%. Persentase efisiensi enkapsulasi berbanding lurus dengan nilai loading pada mikropartikel, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah bakteri antar sediaan. Selain itu sediaan dalam bentuk mikropartikel tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap warna, aroma, dan rasa dari susu segar. Sehingga sediaan dengan bentuk mikropartikel kitosan alginat dapat digunakan sebagai bentuk sediaan pengawet susu segar. ...... Phenolic compounds contained in extracts of Red ginger Rhizome (Zingiber officinale var. Rubrum) has antibacterial properties which can hold the growth of bacteria. Isolation of phenolic compound was done with ethanol as solvent. Previous research have been used ginger extract for pasteurized milk preservatives. From these research, it was found that the use of ginger extract able to hold the growth of bacteria in pasteurized milk.. This research aims to know the influence of the addition of ginger extract as a preservative fresh milk. Variation is done by preparation of ginger extract become sliced ginger, extract ginger, oleoresin, and chitosan alginate microparticle loaded with extract from ginger. The results obtained in this research is the content of total phenols, microparticles, encapsulation efficiency of loading, the number of bacteria, as well as organoleptis on fresh milk. The higest of content of total phenols is 513,23 mg GAE/g on oleoresin. Second is an alginat-oleoresin matrix of 499,68 mg GAE/g, and then microparticles chitosan ? oleoresin and microparticles chitosanoleoresin coating alginat of 39,089 mg GAE/g, ginger rhizome extract with 2,13 mg GAE/g, and the lowest at slice of ginger amounted to 0,214 mg GAE/g. Encapsulation efficiency of microparticles chitosan-oleoresin, microparticles chitosan-oleoresin coating alginate and matrix alginate-oeloresin each of 76,16%, 76,16% and 97,36%. Percentage of efficiency encapsulation is directly proportional to the value of loading on microparticles, but has no effect against a significant number of bacteria between preparations. In addition preparations in the form of microparticles have no significant influence against the color, aroma, and flavor of fresh milk. So the preparations with a alginat Chitosan microparticles form can be used as a form of preservative material of fresh milk.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Khorazon
Abstrak :
ABSTRAK
Formalin telah digunakan sebagai larutan pengawet untuk kadaver dan organ-organnya untuk waktu yang lama karena efektifitasnya dalam mempertahankan struktur kadaver, selain juga bersifat sebagai disinfektan. Namun, larutan formalin bersifat berbahaya terhadap orang-orang terkait, misalnya staf pengajar, mahasiswa, dan laboran karena sifat iritatifnya yang sangat kuat dan beracun. Karena itu, studi ini dilaksanakan untuk mencari larutan pengawet alternatif berkemampuan sebanding dalam mengawetkan, tetapi dengan efek berbahaya yang lebih rendah atau tidak ada. Larutan pengawet alternatif yang digunakan adalah CaCl2 dan gliserin. Paru diambil dari 36 tikus Sprague-Dawley berusia 6 minggu, setelah mereka di anesthesia dan di injeksi formalin (10% atau 25%) sebagai pengawet primer. Paru yang diambil kemudian diproses lanjut dengan pengawet lanjutan, yaitu larutan standard Departemen Anatomi FKUI sebagai kontrol, CaCl2 15% dan 20%, dan gliserin 70% + timol 0.1%. Organ yang telah diawetkan diobservasi struktur makroskopis (konsistensi) dan struktur mikroskopis. Paru yang diawetkan dengan CaCl2 15% dan CaCl2 20% konsistensinya menurun. Sedangkan paru yang diawetkan dengan larutan standard anatomi dan gliserin 70% + timol 0.1% berhasil dipertahankan konsistensinya atau bahkan lebih keras. Derajat abnormalitas struktur mikroskopis paru yang diawetkan dengan gliserin 70% + timol 0.1% lebih tinggi daripada yang diawetkan dengan larutan standard. CaCl2 terbukti tidak efektif untuk mengawetkan paru. Meskipun paru yang diawetkan dengan gliserin mempunyai struktur mikroskopis yang kurang baik dibandingkan dengan larutan standar, tetapi struktur makroskopisnya bagus.
ABSTRACT
Formalin has been used as a preservative solution for cadavers and organs for a long time due to its effectiveness in maintaining the structure and disinfectant properties. However, formalin solution tends to be harmful towards the surrounding people, such as teaching staff, students, and lab assistants due to its very irritable and toxic content. Therefore, this study is conducted to find alternative preservative solution with equal preservative effectiveness yet with lesser or even no harmful effects. The selected alternative solution were CaCl2 and glycerine. Lungs organ from a total of 36 six-week-old Sprague-Dawley rats were extracted after the mice were anesthetized and injected with formalin (10% or 25%) for primary preservative purpose. The extracted lungs organs were continued to be preserved in standard solution of Department of Anatomy Faculty of Medicine Universitas Indonesia as control, CaCl2 15% and 20%, and Glycerine 70% + Thymol 0.1%. The preserved organs were observed for macroscopic consistency and microscopic structure. Lungs organs that were preserved with both CaCl2 15% and CaCl2 20% turned out to have weaker consistency than the original. Meanwhile, lung organs which were preserved with standard anatomy preservative solution and glycerine 70% + thymol 0.1% managed to either maintain their original consistency or more solid, In glycerine 70% + thymol 0.1% solution, the microscopic tissue abnormality were higher than the ones preserved in standard anatomy solution. In conclusion, CaCl2 proved to be an ineffective solution for lungs organ preservation. Even though the microscopic results were not better than formalin solution, lungs organ preserved with glycerine turned to be able to yield good macroscopic results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Marsigit
Abstrak :
ABSTRAK
Formalin merupakan larutan pengawet utama dalam preservasi kadaver untuk tujuan pembelajaran. Walaupun formalin terbukti efektif untuk mengawetkan kadaver, ada beberapa efek berbahaya seperti karsinogen, memproduksi toksin, dan menimbulkan iritasi pada mata dan hidung. Karena itu, diperlukan pencarian jenis larutan pengawet lanjutan lain sebagai pengganti atau mengurangi pemakaian formalin. Riset ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari kandidat larutan pengganti formalin, yaitu CaCl2 dan gliserin sebagai larutan pengawet lanjutan untuk mengawetkan jaringan otak. Langkah yang dilakukan adalah otak diawetkan dengan larutan pengawet awal, yaitu 10% atau 20% formalin, lalu dibagi menjadi empat kelompok untuk diawetkan dengan empat jenis larutan pengawet lanjutan dengan, yaitu larutan kontrol berformalin (larutan pengawet standar Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), 15% CaCl2, 20% CaCl2, dan 70% gliserin + 0.1% timol dalam etanol. Observasi dan analisis dilakukan pada struktur makroskopis (konsistensi jaringan dan keberadaan jamur) dan mikroskopis (persentase nekrosis dan abnormalitas jaringan). Pemeriksaan makroskopis memperlihatkan bahwa semua otak yang diawetkan dengan larutan 15% CaCl2 menjadi sangat lembek; jamur tumbuh pada permukaan larutan. Pemeriksaan mikroskopis memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keempat larutan dengan gliserin 70% + timol 0.1% di etanol menunjukkan hasil yang terbaik untuk mengawetkan jaringan mikroskopis otak (p<0.05). Sebagai kesimpulan, gliserin 70% + timol 0.1% di etanol dapat digunakan sebagai pengganti larutan pengawet lanjutan
ABSTRACT
Formalin is the main preservative solution in preserving cadavers used for educational purposes. Even though formalin is proven to be effective in preserving cadavers, there are some harmful effects such as carcinogenic, toxigenic, and caused an irritation to the eyes and nose. That is why it is needed to look for other advanced preservative solution to replace or decrease the usage of formalin. This research is to evaluate the effect of formalin substitution candidates, which are CaCl2 and glycerin as advanced preservative solutions in preserving brain tissues. Steps were done were preserving the brain with the initial fixation, either formalin 10% or formalin 25%, then divided into four groups to be preserved with four types of advanced preservative solution, which is formalin controlled solution (standard preservative solution by Department of Anatomy, Faculty of Medicine Universitas Indonesia), 15% CaCl2, 20% CaCl2, and 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol. Observation and analysis were done on macroscopic structure (tissue consistency and presence of fungi) and microscopic structure (necrotic percentage and tissue abnormality). Macroscopic result showed that brains that were preserved in 15% CaCl2 had mushy condition with presence of surface fungi in the solutions. In microscopic examination, there were significant differences between four solutions with 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol showed the best result to preserve brain tissues (p<0.05). To conclude, 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol can be used as an advanced alternative solution.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erny Sagita
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan larutan pengawet dan larutan gula dengan konsentrasi yang ditentukan terhadap daya simpan manisan kering buah nanas serta kadar vitamin-c nya. hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpanan terlama adalah 35 hari dengan kadar vitamin C sebesar 0,0193% dimana sampel menngunakan larutan natrium bisulfit dengan konsentrasi sebesar 0,25% dan larutan gula dengan konsentrasi 60%.
Palembang: Kopertis wilayah II Palembang, 2007
507 MANDIRI 9:3 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alex Agustin
Abstrak :
ABSTRAK
Asam benzoat, asam sorbat, nipagin dan nipasol merupakan pengawet yang sering digunakan pada makanan dan sediaan farmasi. Pengawet-pengawet ini umumnya terdapat dalam jumlah yang kecil dan bercampur dengen komponen-komponen lainnya. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan pada pemeriksaannya Pada penelitian ini ingin dicari cara pemeriksaan yang tepat dan sederhana berdasarkan metoda yang sudah ada. Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan jalan kromatografi kertas dan kromatografi lapisan tipis. Pada pemeriksaan kuantitatif, pengawet mula-mula diekstraksi dengan pelarut yang sesuai kemudian dimurnikan dengan jalan kromatografi lapisan tipis, dan kadarnya ditetapkan secara densitometri atau spektrofotometri. Pada penelitian ini ternyata campuran asam benzoat dan asam sorbat tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan eluen yang ada. Dari percobaan dapat dilihat, penetapan secara densitometri dan spektrofotometri, setelah dielusi dengan n heksana asam asetat (96:4) untuk asam benzoat dan asam sorbat memberikan hasil yang cukup me muaskan, hasil serupa dicapai pula untuk nipagin, nipasol dan campuran keduanya dengan menggunakan eluen n peritanaasan asetat (88:12)
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elda Bahar
Abstrak :
Glycyrrhizae Succus dan air yang terdapat di dalam Obat Batuk Hitam akan mempermudah tumbuhnya mila'oorganisme sehingga Obat Batuk Hitam tidak bisa tahan lama. Telah di: lakukan perielitian stabilitas mil'obio1ogik Obat Batuk Hi tam de=an pengawet NiDagin dan Asam Benzoat. Femeriksaan stabilitas milobiologik dilakukan de - ngan menghiturig jumlah miioo.anis1e total yang, terdaçat di dalam Obat Batuk 1-litam den-an mempergunakan perbenihan Agar tripton soya. Untuk pemeriksaan bakteri patogen Esche richia coli, Salmonella, Shigella..dan Staphylococcus aureus digunakan perbenihan perbenihan Agar Endo, Agar EMB, Agar Salmonella Shigella dan perbenihan gula-gula. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Obat Batul: - Hitam dent--an pengawet Nipagin 0,1% ; 0,15% dan 02% sesu - dali enam bulan masih memenuhi syarat. Demikian juga Obat - Batuk Hitam dengan pengawet Asam Benzoat 0,05% ; 0,1% dan 0,15% sesudah enambulan masih memenuhi syarat. ......The Glycyrrhizae Succus and water contained in Potio Nigra Contra Tussim will make the microorganism's growth easier, that cause Potio Nigra Contra Tussim unstable.There fore the study to determine microbiological stability of Po tio Nigra Contra Tussim with Ni pagin and Benzoic acid .• as reservatives have been done. The observation of microbiological stability carried out by counting the total microorganism contained in Potio Nigra Contra Tussim using Tryptic soya agar medium • To observe patogeni.cmicrooranism such as Escherichia coli, Salmonella, Shigella and Staphylococcus aureus, the media Endo agar, EMB agar, Salmonella Shigella agax and sugars media have been used. The result obtained showed Potio Nira Contra Tussim containing Nipagin 00% ; 0,15% and 0,2% after six month still qualified. The Potio Nigra Contra Tussim that contained Benzoic acid 0,05% ; 00% and 0,15% after six month also give the same result
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>