Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gitta Raditya Listyani
"[ABSTRAK
Dalam bangunan seperti mall, interioritas menjadi aspek yang sangat
penting karena dapat menarik pengunjung untuk sekedar mampir atau tinggal dalam
waktu yang lama pada suatu toko. Sebagai ruang transit yang ada di dalam
bangunan mall, skywalk memiliki lalu lintas pengunjungnya yang lebih cepat
dibandingkan dengan area lain. Hal ini menjadikan interioritas pada skywalk tidak
begitu terasa di dalamnya, sehingga tidak banyak pengunjung yang singgah dalam
waktu lama. Karena itu lah, skywalk menjadi ruang yang ?terluka?. Proses
penyembuhan luka merupakan proses alami yang terjadi pada tubuh manusia.
Tugas akhir ini mempelajari seberapa jauh mekanisme proses penyembuhan luka
pada kulit dapat diaplikasikan terhadap proses penyembuhan luka pada ruang dan seberapa jauh ruang dapat disembuhkan.

ABSTRACT
In buildings such as malls, interiority become a very important aspect
because it can attract visitors to simply stop by or stay in a long time in a store. As
a transit space in the mall building, skywalk has traffic of visitors faster than other
areas. This makes the interiority of the skywalk not so pronounced in it, so there
aren?t many visitors who stop in a long time. Because of it, the skywalk classified
a space that is "wounded". The process of wound healing is a natural process that
occurs in the human body. This final project is to study how far the mechanism of
wound healing process of the skin can be applied to the process of wound healing in space and how much space can be cured., In buildings such as malls, interiority become a very important aspect
because it can attract visitors to simply stop by or stay in a long time in a store. As
a transit space in the mall building, skywalk has traffic of visitors faster than other
areas. This makes the interiority of the skywalk not so pronounced in it, so there
aren’t many visitors who stop in a long time. Because of it, the skywalk classified
a space that is "wounded". The process of wound healing is a natural process that
occurs in the human body. This final project is to study how far the mechanism of
wound healing process of the skin can be applied to the process of wound healing in space and how much space can be cured.]"
2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi M Iqbal
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas peranan seni instalasi pada stasiun. Seni instalasi sebagai salah satu elemen ruang dapat mempengaruhi penggunanya baik secara fisik maupun membentuk sebuah persepsi lain terhadap ruang. Keberadaan seni instalasi ini juga mempengaruhi bangunan tempat seni instalasi itu berada. Stasiun sebagai ruang transit memiliki pola kegiatan sendiri, hal ini yang membedakan dengan ruang transit lainnya. Penambahan seni instalasi di stasiun harus mempertimbangkan kegiatan di dalamnya, dan bagaimana seni instalasi ini berperan mempengaruhi penggunanya. Untuk mengetahui peranan seni instalasi tersebut dilakukan studi kasus pada stasiun yang ada di beberapa negara. Hasil pembelajaran ini dapat diadopsi untuk stasiun Jakarta Kota, dan melihat seberapa jauh penambahan seni insatalasi dapat dilakukan.

ABSTRACT
This paper discusses the role of installation art on the station. Installation art as one of its elements of space can affect both physical and change perception of space.This installation art can affect the building too. Train stasion, as a transit space has its own activity that differentiates it from the other transit space. The addition of installation art at the station should consider the activities in it, and how this art can affect the user. Case studies takes into train station in several countries that using installation art, and how this installation art affect the user. Results of this study can be adopted for Jakarta Kota station, and see how far insttallation art affect.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Eryando
" ABSTRAK
Kemah merupakan sebutan bagi kawasan hunian sementara dengan naungan
sederhana yang biasanya terbuat dari material tipis seperti terpal atau jenis membran
lain. Naungan sederhana ini digunakan sebagai tempat perlindungan dari ancaman di
area rekreasi. Berdasar kepada teori-teori mengenai pengalaman, ruang, dan,
ineteraksi manusia dengan ruang, di skripsi ini saya menjabarkan pengalaman ruang
saat pendakian gunung dan menganalisis makna ruang bagi manusia. Melalui tulisan
ini saya juga mencoba meneliti kebutuhan manusia akan naungan berdasarkan
kegiatan pendakian gunung.

ABSTRACT
Camp refers to an area filled with temporary dwellings made of thin materials
such as membrane. Nowadays, these kinds of dwelling are used to protect men from
threats on recreational area. Refering to theories about experience, space, and
interaction between human and space, I look through space experiences in mountain
hiking trip to find their influences to the meaning of space and place for men. This
writing also observe how men fulfill their needs of shelter based on mountain hiking
experience.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harishazka Fauzan
"ABSTRAK
Kemunculan Anamorphic Art tercatat pada sejarah yang tertuang pada Codex Atlanticus (1485), sebagai sebuah cara lain untuk membuat suatu karya seni visual dengan satu sudut pandang tertentu. Eksplorasi seniman dengan metode ini sudah terjadi sejak jaman Renaissance, dalam bentuk lukisan fresco di langit-langit gereja St. Igantius-nya Andrea Pozzo, hingga Felice Varini saat ini.
Anamorphic Art bisa dilibatkan dan akan menjadi suatu pengalaman ruang tersendiri apabila diterapkan di dalam ruang interior. Skripsi ini mencoba untuk mengulas pengalaman ruang interior yang tercipta oleh elemen ruang yang berasal dari karya Felice Varini. Dengan melakukan perbandingan dalam studi kasus akan didapatkan faktor apa saja yang mempengaruhi karya Felice Varini untuk dapat menghasilkan pengalaman ruang yang tidak biasa.

ABSTRAK
The emergence of Anamorphic Art is recorded in the Codex Atlanticus (1485), as a method to create visual artworks based on a particular point of view. Varioud artists have been experimenting with this method, from the time of the Renaissance, in the form of frescoes on the ceiling of the Church of St. Igantius by Andrea Pozzo, to Felice Varini in the contemporary era.
Anamorphic Art could be utilized and could offer a different experience when applied in interior space. This thesis attempts to describe the experience of interior space created by the elements of Felice Varini?s works. By doing comparative case studies, factors that affects particular spatial experience in Felice Varini?s works will be obtained."
2016
S64214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyid Fauzan Ilmi
"Ruang pamer umumnya berisikan objek-objek yang tidak dapat disentuh secara langsung dan bersifat dominan visual. Hal ini merugikan bagi khususnya orang tunanetra yang memiliki keterbatasan dalam melihat. Perancangan ruang pamer yang inklusif terhadap tunanetra perlu dicapai dengan metode khusus melalui interaksi multisensor. Salah satu diantara metode yang paling efektif dipakai pada pameran untuk tunanetra adalah dengan memakai audio (bunyi). Tulisan ini akan membahas bagaimana metode penyampaian pameran melalui audio dapat membantu tunanetra memahami sebuah objek visual. Pembahasan dilakukan melalui 2 buah studi kasus (“Oregon Project”; “IMG Exhibition”) yang menerapkan metode ini untuk tunanetra. Hasil studi kasus kemudian akan menjadi dasar pengetahuan mengenai efektivitas dan performa pameran untuk menghasilkan pengalaman yang baik bagi tunanetra.

Exhibitions generally contain objects that cannot be touched directly and are visually dominant. This is detrimental for especially blind people who have limited vision. The design of an exhibition that is inclusive of the visually impaired needs to be achieved by a special method through multisensory interaction. One of the most effective methods used at exhibitions for the blind is to use audio (sound). This paper will discuss how the method of delivering exhibitions through audio can help the visually impaired understand a visual object. The discussion was carried out through 2 case studies (“Oregon Project”; “IMG Exhibition”) that applied this method to the visually impaired. The results of the case studies will then become the basis for knowledge about the effectiveness and performance of the exhibition to produce a good experience for the visually impaired."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Azzahra Masnur
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan muslim terbanyak di dunia. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk beribadah di masjid sekitar. Masjid dengan ruang luar (outdoor) memiliki perbedaan kualitas spasial yang kontras. Sehingga perlu adanya transisi ruang yang berkesinambungan dan sesuai. Salah satu faktor dalam mencapai pengalaman transisi yang baik adalah dengan threshold space. Threshold space berfungsi sebagai penghubung dan pemisah antar ruang yang dapat memberikan pengalaman ruang yang bermakna. Threshold space dapat dianalisis lebih dalam dengan dikategorikan sebagai high dan low threshold. High dan low threshold dapat membantu dalam melihat keseluruhan pengalaman transisi dan beribadah di masjid. Dengan beberapa parameter menurut Boettger dan Zumthor, dapat mengidentifikasi dan menganalisis threshold space di Masjid Raya Pondok Indah dan Masjid Ukhuwah Islamiyah. Arsitektur, material, sekuen manusia, konteks, dan cahaya bisa menentukan high dan low dalam threshold space. Studi ini menggunakan metode studi literatur, studi kasus, dan observasi. Skripsi ini memberikan informasi bahwa high dan low threshold space dapat berpengaruh terhadap atmosfer dan pengalaman ruang interior maupun outdoor. Sehingga threshold space bersifat low atau high di masjid tidak hanya sebagai ruang transisi, tetapi juga berdampak dalam bagaimana manusia mengalami ruang shalat.

Indonesia is one of the countries with the most muslims population in the world. It has become a routine for the community to pray and worship in mosque. Mosque has contrasting spatial qualities with the outdoor space. Therefore, there needs to be a continuous and appropriate transition space. One of the factor in achieving good transition experience is the threshold space. Threshold space connects and separates spaces that can give meaningful spatial experience. Threshold space can be analyzed more deeply by categorized as high and low threshold. High and low threshold can help to seeing overall transition experience and worshiping in mosque. With several parameters, according to Boettger and Zumthor, uses for identify and analyze threshold space in Pondok Indah Grand Mosque and Ukhuwah Islamiyah Mosque. Architecture, materiality, sequence, context, and light and shadow can determine the highs and lows in threshold space. This research uses literature study, case study, and observation methods. This research provides information that high and low threshold space can affect the atmospheres and spatial experience of interior or outdoor space. Therefore, threshold space as high or low in mosque not only act as transitional space, but also has an impact on how human experience worshiping in mosque."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aditya Aulia
"Dalam menjalankan bisnis, sebuah merek menggunakan media pop up store dalam meningkatkan kesadaran akan identitas merek dengan cara menggunakan media up store untuk campaign atau launching sebuah produk. Pop up store ini memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan toko permanen, dimana harus mempertimbangkan berbagai limitasi, seperti waktu, material, besaran, tetapi memiliki fleksibilitas akan lokasi yang ingin dibangung. Oleh karena itu dalam pembentukan sebuah pop-up store perlu mempertimbangkan dalam menghadirkan dan mengkomposisikan elemen-elemen ruang seperti: ukuran, jarak, skala, latar depan dan latar belakang, komposisi garis, warna, cahaya, komposisi dan ritme yang dibutuhkan dalam menghasilkan pengalaman ruang pada sebuah pop-up store.

In running a business, a brand uses pop-up store in increasing brand awareness by using the pop-up store as media to campaign or launch a product. Pop-up store has its uniqueness if compared to a permanent store. A pop-up store must consider various limitations, such as time, material, size, and a flexible location of the pop-up store. Therefore in the making of a pop-up store needs to consider in presenting and composing space elements such as size, distance, scale, foreground and background, line composition, colour, light, composition and rhythm needed to produce space experiences on a pop-up store."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Andhika Putri
"Perkembangan informasi dan teknologi telah menghasilkan suatu ruang baru yang dinamakan dengan cyberspace. Cyberspace ini dapat dijadikan sebagai tempat berkegiatan manusia sehingga membuka potensi baru dalam arsitektur. Melalui penggunaan komputer yang disertai internet seseorang telah memasuki cyberspace, maka disini indera penglihatan memegang peranan penting.
Penulisan ini mencoba mencari tahu sejauh mana penerapan aspek visual dapat berperan dalam pembentukan persepsi manusia ketika mengalami ruang di cyberspace, tanpa hadirnya indera lain. Metode studi kasus dilakukan dengan cara menganalisis pengalaman ruang di cyberspace pada permainan online Second Life oleh penulis dan responden, dikaitkan dengan isu persepsi visual (teori Gestalt dan affordance).
Berdasarkan kesimpulan, didapatkan bahwa pengalaman ruang melalui visual saja mampu memberikan berbagai macam persepsi yang mempengaruhi tindakan seseorang ketika berada di ruang tersebut. Namun dalam penerapannya, aspek visual ini tergantung pula dengan pengalaman atau memori yang dimiliki sebelumnya, avatar pengguna ketika berada di cyberspace, dan informasi berupa teks.

Information and technology development has produced a new space called cyberspace, which can be used as a place for human activities. This kind of new space become a potential space for architecture. Through the use of computer with internet, someone is entering the cyberspace. So the visual plays an important aspect here.
This essay examines how far the visual could be used in creating human perception while experiencing the cyberspace, without involving the other senses. The method is achieved by analyzing the spatial experience in cyberspace-Second Life online game by myself and respondent based on the issue of visual perception (Gestalt and affordance theory).
Consequently, the visual experience can give various perceptions that affect the actions in this space. But this visual aspect also depends on the memory or the experiences before, the avatar's user in cyberspace, and text based information."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51600
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Handayani
"Tesis desain ini membahas tentang pembentukan sebuah ruang arsitektur yang dihasilkan dari memahami respon inderawi yang dihasilkan dari seseorang yang memiliki keterbatasan visual (low vision) yang berproses memahami ruang secara bertahap. Proses terbentuknya sebuah ruang diturunkan dari pendekatan bagaimana seorang penderita low vision bergerak dan beraktifitas dalam lingkungannya. Riset ini dilakukan menggunakan tiga metode berbeda, yaitu yang pertama mengamati pengalaman visual dalam mengapresiasi media film, yang kedua memahami aktifitas keseharian di dalam ruang diri yang sudah dikenali, dan yang ketiga adalah memahami ruang diri yang baru pertama kali dialami.
Pendekatan narasi yang terbentuk dalam memahami ruang menghasilkan beberapa proposisi penting yaitu penggunaan karakter ruang dengan warna-warna kontras, metode berjalan dan berhenti untuk melakukan reorientasi posisi, pengabaian aspek detail dan pengutamaan aspek fungsional, dan faktor-faktor pendukung lainnya. Low vision dalam kondisi yang sangat umum, terjadi tidak hanya pada satu kelompok differently-able saja, tetapi dapat digeneralisasi terjadi juga pada generasi lanjut usia (elderly).
Pendekatan arsitektural berbasis narasi ini diterapkan dalam desain sebuah fasilitas publik untuk kelompok lanjut usia (elderly). Kecenderungan kenaikan jumlah penduduk lanjut usia dalam komposisi penduduk suatu kota menunjukkan pentingnya perhatian khusus terhadap eksistensi mereka dalam ruang publik. Mengakomodasi kebutuhan mereka secara arsitektural menjadi sangat perlu agar mereka sebagai kelompok yang memiliki keterbatasan secara visual mampu bergerak dan beraktifitas secara mandiri dalam ruang hidupnya.

This design thesis develops a method of forming an architectural space generated from the understanding of the sensory response of a person with visual limitations (low vision) in the process of understanding the space gradually. The process of space formation is derived from how a person with low vision moves and conducts activities in the environment. The research was conducted through three different methods, the first one is observing the visual experience with the film as a media, the second one is understanding the spatial experiences in the daily activities within familiar space, and the third one is understanding the spatial experiences in non-familiar space.
The resulting narrative approach produced several important propositions, namely the use of spatial qualities with contrasting colors, the method of moving, walking and stopping to reorient the position, ignored details and enhanced functional aspects, and other supporting factors. Low vision in a very common condition, occurs not only in a differently-able group, but it can also generally occurs in the elderly group.
This narrative-based architectural approach is then applied in the design of a public facility for the elderly. The increasing tendency in the number of elderly in the urban population suggests the importance of special attention to their existence in public space. Architecture that could accommodate the spatial needs of people with visual limitations become necessary to enable them to move and to experience their life space independently.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T28803
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nicolaus Ferderio Padeng
"ABSTRAK
Dalam mengalami sebuah ruang arsitektural, pengguna berupaya untuk berinteraksi dengan ruang melalui serangkaian proses persepsi menggunakan tubuhnya. Namun, ada saatnya interaksi yang terjadi tidak melibatkan pengguna secara utuh dengan ruang karena ruang tersebut mempunyai kriteria yang mengalienasi pengguna sehingga pengguna merasakan anxiety. Melalui kajian terhadap beberapa karya arsitektur, ditemukan tiga kriteria desain yang membuat pengguna merasakan hal ini; 1 Kurangnya sense of depth yang menciptakan axis bergerak 2 Kurangnya sense of edge antara ruang luar dalam 3 Komposisi desain yang cenderung aditif daripada subtraktif, adalah kriteria yang dapat menciptakan terjadinya anxiety. Tulisan ini diharapkan dapat membuka wawasan terkait desain dan respon pengguna.

ABSTRACT
In our effort of experiencing certain architectural space, we managed to interact with surrounding environment through process of perception with our body. Sometimes, this interaction process does not engage us as a design user because of certain criteria the design employs to alienate us and bring us to state of anxiety. After studying several designs and literature review, three main criterions were found to be the source of this non engaging experience 1 Lack of sense of depth which useful in creating axis of movement 2 Lack of sense of edge between inside and outside 3 Emphasize on additive composition than subtractive composition. I hope this research can be helpful in enlightening us about various user responses of certain architectural design."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>