Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Surabaya: Pustaka Indis, 2023
001.42 MET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: Pustaka Indis, 2023
001.42 MET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gottschalk, Louis
Jakarta: UI-Press, [date of publication not identified]
907.2 GOT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Pengembangan Museum Nasional, 1984
959.8 MER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Alida Putra
"Mission civilisatrice menjadi motivasi imperialisme Republik III Prancis, tujuan motivasi ini adalah untuk menuntun bangsa terjajah agar mengadopsi budaya Prancis. Salah satu bidang penerapan mission civilisatrice pada bidang pendidikan dengan dasar hukum loi 1881 & 1882, kedua loi ini menjadi dasar pendidikan Prancis yang gratis, wajib, dan sekuler. Vietnam sebagai wilayah jajahan Prancis menjadi tempat penerapan mission civilisatrice ini. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana Prancis menerapkan mission civilisatrice pada pendidikan di Vietnam. Penelitian ini kemudian berfokus menemukan apakah pendidikan yang diterapkan di Vietnam sudah gratis, wajib, dan sekuler. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah mission civilisatrice benar-benar digunakan Prancis untuk memberadabkan orang-orang Vietnam. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen loi 1881 & 1882 serta peraturan pendidikan umum Indochina 1917. Untuk mencari hubungan kedua dokumen tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (Kuntowijoyo, 2013) dengan metodologi naratif (Kuntowijoyo, 2008). Hasil temuan dari penelitian ini adalah Prancis tidak menerapkan mission civilisatrice secara penuh pada pendidikan di Vietnam berdasarkan loi 1881 & 1882.

Mission civilisatrice became the motivation of the French Third Republic imperialism, the purpose of this motivation was to guide the colonised nation to adopt French culture. One of the areas of application of mission civilisatrice was the field of education with the legal basis of loi 1881 & 1882, these two loi became the basis of free, compulsory and secular French education. Vietnam as a French colony became the place where this mission civilisatrice was implemented. Therefore, it is necessary to know how France applied mission civilisatrice to the education in Vietnam. This research focuses on finding out if the education implemented in Vietnam is free, compulsory and secular. The purpose of this research is to prove if mission civilisatrice was really used by France to civilise the Vietnamese people. The data sources used in this research are the loi 1881 & 1882 documents as well as the 1917 Indochina General Education Regulations. To find the relationship between the two documents, this research uses historical research method (Kuntowijoyo, 2013) with narrative methodology (Kuntowijoyo, 2008). The findings of this research are that France did not fully apply mission civilisatrice to the education in Vietnam based on loi 1881 & 1882."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Pradjoko
"ABSTRAK
Peristiwa krisis nasional yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965 merupakan salah satu Iembaran kelam dalam sejarah Indonesia. Oleh pemerintah Orde Baru, lembaran kelam tersebut dikenal dengan Peristiwa G30S/PKI, mengapa demikian? Karena Pemerintahan Soeharto yang mewakili bagian dari Angkatan Darat (AD) yang pada waktu itu 1960-1965 merupakan musuh politik dari Partai Komunis Indonesia yang justru mengalami masa puncaknya dan berhasil membuat Presiden Soekarno memuji PKI sebagai kekuatan revolusi anti neokolonialisme yang didengung-dengungkan Soekarno. Pihak AD sebagai musuh politik PKI dan pada akhirnya juga menjadikan Soekarno sebagai target yang harus diganti karena dianggap terlalu melindungi PKI. PKI sebagai partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis Cina, PKI memiliki basis massa yang cukup besar di Indonesia.
Peristiwa Krisis Nasional 1965 menempatkan PKI dan juga pendukungnya sebagai pihak yang kemudian mengalami penghancuran baik oleh pihak aparat keamanan yang mendukung pihak AD dan juga dari musuh-musuh politik PKI di kalangan organisasi Islam yang selama tahun 1960-an mengalami penggayangan oleh PKI. Akibatnya banyak anggota dan simpatisan PKI yang terbunuh dalam konflik vertikal dan horizontal tersebut.
Peristiwa tersebut kemudian dijadikan oleh para sastrawan Indonesia yang mengalami sendiri jaman itu menuliskannya secara imajinatif dalam tulisan cerita-cerita pendek mereka yang dimuat dalam majalah Sastra dan Horizon antara tahun 1966-1974. Dengan demikian peristiwa­-peristiwa kemanusiaan yang muncul sebagai akibat peristiwa krisis nasional 1965 dijadikan sebagai latarbelakang dalam penulisan karya kreatif mereka. Dengan caranya sendiri mereka para sastrawan tersebut membuat jalinan kisah-kisah kemanusiaan yang kadang dapat dibaca sebagai 'kenyataan' yang membuat para pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan kemanusiaan terkait dengan lembaran kelam yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia.
Untuk melihat bagaimana hubungan peristiwa Sejarah seperti krisis nasional pada 1965 dikaitkan dengan penciptaan karya sastra, dalam hal ini adalah penciptaan karya pendek maka perlu disampaikan pandangan seorang Sejarawan dalam melihat hubungan sastra dan sejarah. Menurut Prof. Dr. Taufik Abdulllah, sangat penting melihat hubungan timbal balik diantara keduanya. Karena banyak sejarawan atau sastrawan yang melupakan aspek-aspek bahwa karya sastra tidak hanya sebagai pengungkapan dirinya (an sich), tetapi karya sastra juga merupakan hasil dari masanya atau jamannya. Seperti halnya periode balai Pustaka tahun 1920-an, periode Pujangga baru tahun 1930-an, Angkatan '45, "Angkatan '66" dan seterusnya. Banyak dari para penulis sastra Indonesia modern yang melihat rentetan peristiwa tersebut hanya mewakili peristiwa sastra dan belum dilihat dalam kaitan timbal baliknya dengan seluruh situasi sejarah. Hal ini berarti bahwa sebuah karya sastra tidak dapat dipahami selengkapnya apabila dipisahkan dengan lingkungan atau kebudayaan yang telah menghasilkannya, karena pada dasarnya setiap karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural dan ini berarti karya sastra bukanlah gejala yang berdiri sendiri. ("Sastra dan Ilmu Sejarah di Indonesia", Budaya Jaya, No. 102, Nopember 1976, hal. 653)"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library