Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggun Nurjannah
Abstrak :
Korupsi merupakan masalah tak berujung yang sulit dihilangkan begitu mengakar. Ada banyak metode untuk mengurangi korupsi yang didokumentasikan dalam literatur; salah satu solusinya adalah dengan menggunakan pendidikan. Tesis ini bertujuan untuk menggali apakah akses pendidikan anak usia dini di Desa dapat menekan kasus korupsi. Tesis ini menganalisis program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Indonesia pada tahun 1990-an, yang bertepatan dengan pemberlakuan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang baru saat itu. Kandidat politik di Desa yang terekspos dan tidak terekspos akan menjadi identifikasi utama efek pengobatan. Set up melibatkan 13.251 kelompok perlakuan dan 10.326 kelompok kontrol desa. Kumpulan data PODES ini mencakup beberapa ukuran hasil yang menarik, termasuk kasus korupsi kepala desa dan korupsi di tingkat desa. Perkiraan kami mengungkapkan bahwa kurikulum memiliki dampak yang beragam terhadap korupsi di desa. Sedangkan pendidikan anak usia dini dapat menurunkan jumlah kasus korupsi di tingkat desa; di sisi lain, meningkatkan kemungkinan korupsi elit desa. Kami juga menemukan sedikit bukti yang mendukung bahwa efek positif korupsi memang mengubah tingkat pendidikan mereka karena tingkat pendidikan menengah. Temuan ini mengimplikasikan efek sederhana dari kurikulum pendidikan dini pada hasil jangka panjang di sektor publik melalui efek positifnya pada pemerintahan para pemimpin lokal. ......Corruption is an endless problem that difficult to eliminate once entrenched. There have been many methods on reducing corruption documented in the literature; one of the solutions is to using education. This thesis aims to explore whether access to early childhood education in the Village can reduce corruption cases. This thesis analyse the Indonesian Early Childhood Education (ECE) program in the 1990s, which coincided with the new implementation of the new Curriculum of Early childhood Education (ECE) the time. The political candidate in the Village exposed and did not exposed will be main identification of treatment effect. The sets up involve 13,251 treated and 10,326 control groups of villages. The data variables from the village potential –(PODES)- of 1993, 2006, 2008, 2011, 2014, and 2018. These data sets cover some measure of outcomes of interest, including corruption cases of the village head and corruption at the village level. The experimental strategy utilises an instrumental variable and double difference approach to estimate the relation between childhood education of the village head and their year of education the mediator to reduce corruption cases in the village. Our estimates reveal that the curriculum has a mixed impact on the village’s corruption. While experiencing childhood education can lower the village level number of corruption cases; on the other hand, it increases the possibility of the village elite’s corruption. We also find a shred of supportive evidence that the positive effect on corruption did change in their education level due to the intermediate level of education attainment. The finding implicates the modest effect of early education curriculum on long-term outcomes in the public sector via their positive effect on the governance of the local leaders.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose, Janet
Abstrak :
This essential book focuses on the adult role within early years education and care. The book introduces the concept of the 'plural' practitioner', which acknowledges that the role of the adult in early years settings is complex and entails many different responsibilities
Maidenhead: Open University Press, 2012
372.21 ROS r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mahliani Devinta Saputri
Abstrak :
Keterlibatan aktif seorang anak didik terwujud dalam proses pendidikan anak usia dini (PAUD). Latar belakang pemikiran pendidikan anak baik secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis menjadi penerapan terhadap filsafat pendidikan pragmatisme John Dewey yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dalam menganalisa pendidikan anak usia dini dengan konsep pengalaman aktif anak didik. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pendidikan anak yang memprioritaskan pengembangan individu, hal tersebut memberikan relevansi terhadap proses pendidikan manusia yang menghargai faktor internal individu seperti bakat dan potensi anak dan juga faktor sosial. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman terhadap proses pendidikan yang memperhatikan nilai-nilai individu dan nilai sosial di dalamnya sehingga tidak ada dominasi antara pendidik dan anak didik. Hal ini dapat dipahami melalui keterlibatan aktif anak didik dalam proses pengajarannya yang akan membentuk pengalaman-pengalaman berdasarkan konsep pendidikan John Dewey. John Dewey melihat kondisi pendidikan melalui bentuk pengalaman yang bersifat kontinue. ......The active involvement of the individual embodied in the process of early childhood education (PAUD). The basic reason of this view as well as ontological, epistemological and axiological into the application of the education philosophy of John Dewey’s pragmatism become a basic in this research. This research uses the descriptive analysis for analyzing early childhood education with the concept of active experience of the student. The purpose of this study is to explain the education of children who prioritize individual development; it gives relevance to the educational process which is respects of human internal factors such as the individual talents and potential of children and social factor too. The results of this research is an understanding of the educational process who takes into account individual values and social values in them, so there is no dominance between educators and students. This can be understood through the active involvement of student in the process of study that will shape the experiences based on the concept of education John Dewey. John Dewey’s view is the condition of education through continuous experience.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chalimatu Sadiah
Abstrak :
Kesiapan sekolah siswa merupakan hal yang menjadi pondasi bagaimana siswa dapat mengikuti program yang diterapkan di sekolah baik dalam menerima pelajaran maupun menaati peraturan. Menyadari pentingnya kesiapan sekolah membuat lembaga internasional dan nasional mengembangkan program pendidikan usia dini agar anak-anak memiliki pembekalan sebelum mereka memulai pendidikan di Sekolah Dasar. Mulai dari pemberian dana untuk membangun Kelompok Bermain sampai mewajibkan anak-anak untuk mengikuti program TK-B sebagai prasyarat masuk Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah ada pengaruh dari partisipasi anak di pendidikan usia dini khususnya tingkat taman kanak-anak dalam kesiapan sekolah siswa. Menggunakan data Bank Dunia yang diambil dari 310 desa miskin di Indonesia serta menggunakan Early Development Instrument sebagai alat pengukuran kesiapan sekolah dan menggunakan analisis regresi OLS, penelitian ini menemukan bahwa partisipasi anak-anak di taman kanak-kanak tidak berpengaruh signifikan terhadap skor EDI yang menggambarkan kesiapan sekolah siswa. Kemungkinan hal ini dikarenakan peran orang tua lebih mendominasi dalam memengaruhi skor physical well-being anak, untuk domain language and cognitive development serta domain communication and general knowledge dikarenakan oleh pendidikan dan pengalaman guru dalam pendidikan usia dini terbilang rendah, dan untuk domain social competence serta domain emotional maturity dikarenakan adanya spill-over effect dan tingginya peran keluarga. Jadi untuk penelitian selanjutnya perlu dianalisis mengenai aspek keluarga dan sekolah mengenai kesiapan sekolah siswa. ...... The foundation for kids' ability to follow the programs put in place at school, both in receiving instruction and adhering to rules, is their preparedness for school. International and national organizations have created early childhood education programs in recognition of the significance of school preparation so that kids are prepared before entering primary school. From providing funding to create play groups to requiring kids to participate in the TK-B program as a requirement for entering primary school, there are many ways to make this happen. This study intends to investigate whether early childhood education, particularly at the kindergarten level, has an impact on students' preparedness for school. This study found that children's participation in kindergarten has no significant impact on the EDI score, which describes readiness for the student's school, using World Bank data from 310 impoverished Indonesian villages and the Early Development Instrument as a tool to measure school readiness. For the language and cognitive development domain as well as the communication and general knowledge domain, as well as the social competence domain and domain emotional maturity due to the spillover effect and the high role of the family, it is possible that this is the case. Teachers' education and experience in early childhood education may also play a part in these findings. Analysis of home and school factors relating to students' preparedness for school is therefore important for further research.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin berkembangan dalam suatu masyarakat yang tidak siap menerima hal-hal baru dan bersedia merubah prinsip dan pengetahuan yang selama ini diakui kebenerannya, jika kemudian terdapat fakta ilmiah yang membuktikan kesalahan pengetahuan tersebut. Ilmu pengetahuan dan teknologi hanya akan lahir dan berkembang di tengah masyrakat yang bersikap kritis empiris. Pendidikan ilmu pengetahuan sejak dini merupakan upaya untuk menanamkan budaya ilmiah pada anak didik. Ada lima sikap ilmiah yang perlu ditanamkan sejak dini, yakni komunalisme, universalisme, ketidakberpihakan, skeptisme terorganisir dan kejujuran. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh nilai budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat, karenanya membangun masyarakat berbudaya iptek adalah dengan membangun sikap kritis, jujur dan adil melalui pendidikan di masyarakat sejak usian dini.
Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi, {s.a.}
600 TEKIN
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library