Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hana Maulida
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan dan manfaat program pendidikan seksual di jenjang sekolah dasar bertajuk Girl's Talk dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa tujuan, materi, dan metode yang dimiliki program Girl's Talk sejalan dengan konsep pendidikan seksual komprehensif. Adanya program Girl's Talk memberikan manfaat bagi sekolah dan anak. Namun terdapat beberapa hal yang disarankan kepada pihak sekolah agar manfaat program lebih luas yaitu membuat kurikulum dan panduan pelaksanaan program, mengadakan pelatihan tentang pendidikan seksual bagi guru, dan peningkatan kreatifitas guru dalam metode penyampaian.
ABSTRACT
This research aims to describe the implementation and benefits of Girl's Talk as a sexual education program in elementary school using qualitative descriptive research method. The results of the research shows that the program's purposes, materials, and methods are in line with the concept of Comprehensive Sexual Education. The implementation of Girl's Talk benefits school and students. However, there are suggestions to broaden the benefits of the program that can be implemented by the school for the program : create a program's guide and curriculum, organize a sexual education training for teachers, and upgrading teachers' creativity on giving the materials.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisya Salsabila
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pemahaman mengenai persetujuan seksual pada laki-laki dan perempuan dewasa muda Indonesia menggunakan metode penelitian kualitatif. Partisipan merupakan dewasa muda berusia 18 – 40 tahun yang pernah atau sedang menjalin hubungan romantis/seksual, serta pernah mendapat pendidikan seksual secara formal/informal. Enam partisipan yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan diwawancara, kemudian hasilnya dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menemukan bahwa perjalanan memproses dan memahami persetujuan seksual dipengaruhi oleh beberapa hal: minimnya pendidikan seksual formal yang didapat ketika sekolah, sulitnya membuka pembicaraan mengenai seksualitas dengan orang tua, kesadaran diri setelah terpapar pengetahuan seksual yang bersumber dari internet, serta pengalaman yang didapat dari menjalin hubungan romantis atau seksual. ......The study aims to observe how young Indonesian male and female adults comprehend sexual consent using qualitative research methods. Participants are young adults between 18 – 40 years old who have been or are in a romantic/sexual relationship and have received formal or informal sexual education. Six participants consisting of three men and women were interviewed, and the results were analyzed using thematic analysis. The results of the study found that the journey of processing and understanding the concept of sexual consent was influenced by several things: the lack of formal sexual education obtained at school, the difficulty of talking about sexuality with parents, self-awareness after being exposed to sexual knowledge from the internet, and their romantic or sexual relationship history.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
Depok: Rajawali Pers, 2022
372.372 HAD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidya Fadhilah
Abstrak :
Angka literasi seksual di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data dari riset yang dilakukan oleh UNICEF, remaja Indonesia memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kesehatan reproduksi dan AIDS sehingga menempatkan mereka pada risio tinggi memiliki kehamilan yang tidak diinginkan atau terinfeksi oleh penyakit menular seksual. Menurut survey pada tahun 2011, hanya 20 dari penduduk Indonesia dari umur 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan secara lengkap mengenai H.I.V. Melihat data tersebut, Ruang Anak Dunia Foundation, sebagai lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam isu anak, membuat kampanye pemasaran sosial yang bertujuan untuk meningkatkan literasi seksual anak sesuai dengan The International Guidelines on Sexuality Education. Kampanye pemasaran sosial `Lebih Mengerti agar Dapat Dimengerti` mengajak orangtua untuk belajar agar mengerti apa yang harus diberitahu kepada anak dalam pendidikan seksual sejak dini. Kampanye ini menggunakan pendekatan rasional yang menarik agar target adopter tergerak untuk melakukan perubahan perilaku. Kampanye ini dilakukan mengacu kepada strategi pemasaran sosial dengan total biaya Rp23,825.000,-
The number of sexual literacy in Indonesia is still relatively low. According to data from research conducted by UNICEF, Indonesian adolescents have limited knowledge about reproductive health and AIDS, thus putting them at high risk of having unwanted pregnancies or being infected by sexually transmitted diseases. According to a survey conducted in 2011, only 20 of Indonesia`s population from 15-24 years old have complete knowledge of H.I.V. Looking at the data, Ruang Anak Dunia Foundation, as a non-governmental organization that deals with children`s issues, creates a social marketing campaign aimed at improving children`s sexual literacy according to The International Guidelines on Sexuality Education. Social marketing campaigns Lebih Mengerti agar Dapat Dimengerti invites parents to learn to understand what to tell the child in early sexual education. This campaign uses a rational approach that appeals to target adopters to change behavior. This campaign was conducted based on social marketing strategy with total cost Rp23,825,000, -
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Wiwik Oktaviani
Abstrak :
[ABSTRAK
Remaja merupakan kelompok berisiko untuk perilaku seksual. Dampak perilaku seksual berisiko remaja mengalami perasaan bersalah, depresi, putus sekolah, kehamilan tidak diinginkan, sampai aborsi. Tujuan penelitian mengidentifikasi hubungan fungsi afektif keluarga dengan perilaku seksual berisiko yang terjadi pada remaja. Jumlah sampel penelitian 108 responden, rancangan menggunakan cross sectional, dan tehnik pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan hubungan bermakna antara fungsi afektif keluarga dengan perilaku seksual berisiko pada remaja (p value<0,05). Hasil penelitian menjadi masukan bagi orang tua untuk meningkatkan fungsi afektif keluarga dengan memberikan afektif fisik, membina keakraban serta komunikasi asertif dalam menanamkan norma dan harapan keluarga untuk mencegah perilaku seksual berisiko pada remaja.
ABSTRACT
Adolescents are at risk to risky sexual behavior. Risky sexual behavior may lead to the feelings of guilt, depression, dropping out of school, unwanted pregnancy and abortion. The purpose of this research was to identify the relationships between affective function of families and risky sexual behavior in adolescents. This study used cross sectional design. The number of 108 respondents were selected using simple random sampling. The results showed that there was a significant relationship between family affective functions and sexual risk behavior in adolescents (p value < 0,05). This study recommends parents to stengthen their family fuction through providing physical affective, improving family engagement, and enhancing assertive communication in living the norm and creating the family expectation, that eventually would protect adolescent from risky sexual behaviour., Adolescents are at risk to risky sexual behavior. Risky sexual behavior may lead to the feelings of guilt, depression, dropping out of school, unwanted pregnancy and abortion. The purpose of this research was to identify the relationships between affective function of families and risky sexual behavior in adolescents. This study used cross sectional design. The number of 108 respondents were selected using simple random sampling. The results showed that there was a significant relationship between family affective functions and sexual risk behavior in adolescents (p value < 0,05). This study recommends parents to stengthen their family fuction through providing physical affective, improving family engagement, and enhancing assertive communication in living the norm and creating the family expectation, that eventually would protect adolescent from risky sexual behaviour.]
2015
T44623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Sulastri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap orang tua terkait pendidikan seksual. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan 105 sampel yang diambil dengan metode proportional stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan proporsi sikap mendukung orang tua terkait pendidikan seksual adalah 51,4%. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap orang tua terkait pendidikan seksual (p=0,000). Pengetahuan yang baik dapat memengaruhi orang tua untuk bersikap mendukung terhadap pendidikan seksual sehingga penting bagi orang tua meningkatkan pengetahuannya.
ABSTRACT
This study aimed to identify the correlation between parents?s knowledge and attitude towards sexual education. This study used cross sectional design involving 105 samples selected by proportional stratified random sampling. The result showed that the proportion of parents who supported sexual education was 51,4%. The result of Chi square analysis showed that there was a significant correlation between parents knowledge and attitude towards sexual education in parents (p=0,000). Appropriate knowledge about sexual education may influence parents?s attitude toward sexual education, therefore it is important for the parents to increase their knowledge.
2016
S63391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestilia Nurul Marifah
Abstrak :
Remaja tunagrahita berhak mendapatkan informasi kesehatan termasuk pendidikan seksualitas. Sebagai orang yang dipercaya menyampaikan informasi, guru dapat dijadikan promotor pendidikan seksualitas bagi remaja tunagrahita. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang gambaran praktik pendidikan seksualitas yang telah dilakukan guru di SLB-C Dharma Asih Depok Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure RAP . Informan penelitian terdiri dari 8 guru SLB-C Dharma Asih. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Pengolahan data dilakukan dengan menyusun transkrip, membuat matriks, mengidentifikasi hubungan antar variabel dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pendidikan seksualitas di SLB-C Dharma Asih dilakukan secara klasikal dan insidental. Guru memiliki pengetahuan yang memadai tentang pendidikan seksualitas dan menganggap pendidikan seksualitas perlu diberikan kepada remaja tunagrahita sedini mungkin. Kendala yang dihadapi, guru belum memiliki modul terkait pendidikan seksualitas dan belum ada sarana edukasi yang menunjang pendidikan seksualitas di sekolah. Sekolah belum memiliki kebijakan khusus terkait pendidikan seksualitas bagi remaja tunagrahita. Kerjasama antara guru, orang tua, puskesmas, dan dinas pendidikan belum optimal untuk mendorong pendidikan seksualitas. Disarankan hendaknya ada program atau kebijakan khusus terkait pendidikan seksualitas bagi remaja tunagrahita dengan mendorong keterlibatan seluruh stakeholder.
Adolescents with intellectual disabilities have the right to receive health information including sexuality education. As a person who is trusted to convey information, teachers can be promoters of sexuality education for mental retarded adolescents. This study aims to obtain information about the description of sexuality education practices that had been done by teachers in SLB C Dharma Asih Depok 2018. The study used a qualitative approach with Rapid Assessment Procedure RAP design. The research informant consisted of 8 teachers of SLB C Dharma Asih. Data collection was done by in depth interview and observation. Data processing is done by arranging transcripts, creating matrices, identifying relationships between variables and drawing conclusions. The results showed that the practice of sexuality education in SLB C Dharma Asih done in a classical and incidental. Teachers have adequate knowledge of sexuality education and consider sexuality education to be given to adolescent tunagrahita as early as possible. Constraints faced, the teacher does not have a module related to sexuality education and there is no educational tools that support sexuality education in schools. Schools do not have specific policies related to sexuality education for adolescents tunagrahita. Cooperation between teachers, parents, primary health care, and education offices has not been optimal to encourage sexuality education. It is suggested that there should be special program or policy related to sexuality education for adolescents tunagrahita by encouraging the involvement of all stakeholders.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Trikusuma Putri
Abstrak :
Pendidikan seksual kepada remaja merupakan salah satu metode dalam melakukan promosi kesehatan, namun pelaksanaannya belum optimal karena perawat belum berperan secara optimal sebagai edukator dalam memberikan pendidikan seksual kepada remaja. Tujuan dari systematic review ini adalah untuk menganalisis faktor yang memengaruhi perawat dalam melaksanakan perannya sebagai pemberi pendidikan kesehatan kepada remaja. Penelitian yang digunakan dalam systematic review ini dicari dengan 8 database (Clinical Key, Proquest, Science Direct, Wiley Online, Springerlink, Scopus, Oxford Journal, dan Sage journal) pada bulan April-Juni 2020. Terdapat 11 artikel dari berbagai negara yang dianalisis. Sampel penelitian ini mulai dari 9 sampai dengan 394 partisipan. Terdapat lima sub tema mengenai faktor yang memengaruhi perawat dalam melaksanakan pendidikan seksual yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, budaya, dan kebijakan. Kelima sub tema tersebut dikategorikan menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Perawat perlu diberikan pelatihan dan dukungan terkait pelaksanaan pendidikan kesehatan seksual kepada remaja guna mencegah terjadinya perilaku seksual berisiko dan meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja.
Sexual education for adolescents is one of methods of health promotion, but its implementation is inadequate because nurses have not played an optimal role as educators in providing sexual education to adolescents. The purpose of this systematic review was to analyze the factors that influence nurses in carrying out their role as health education providers to adolescents. The research articles used in this systematic review was searched from 8 databases (Clinical Key, Proquest, Science Direct, Wiley Online, Springerlink, Scopus, Oxford Journal, and Sage journal) during April-June 2020. There were 11 research articles from various countries being analyzed. The sample of this study ranged from 9 to 394 participants. There are five sub-themes regarding the factors that influence nurses in implementing sexual education, namely knowledge, attitudes, beliefs, culture, and policies. The five sub-themes are categorized into two categories, namely internal factors and external factors. Nurses need to provided training and support related to the implementation of sexual health education to adolescents to prevent risky sexual behavior and improve sexual and reproductive health in adolescent.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>