Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regita Sari Cahya Ningsih
Abstrak :
Tuli memiliki potensi untuk mengalami risiko imaturitas emosi yang akan berdampak pada pengambilan keputusan termasuk pada pemilihan pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan yang tidak tepat dalam memilih pelayanan kesehatan dapat mengakibatkan keterlambatan pendeteksian dini suatu penyakit seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi serta karakteristik tuli dengan pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-analitik cross-sectional dengan melibatkan 100 responden melalui metode purposive sampling dengan pendekatan convenient sampling. Pengukuran kematangan emosi menggunakan kuesioner modifikasi Emotional Maturity Scale, sedangkan variabel pengambilan keputusan menggunakan kuesioner Decision Making. Pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan pada masyarakat tuli berhubungan dengan tingkat pendidikan (p < 0,0001; 95% CI), penghasilan (p < 0,0001; 95% CI) dan kematangan emosional (r = 0,738; p < 0,0001; 95% CI). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan, yakni apabila semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin baik pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan. Penelitian ini merekomendasikan pembuatan program pengelolaan emosi seperti konseling terkait kontrol emosi; serta meningkatkan literasi bagi tingkat pendidikan; dan memberikan dukungan finansial pada masyarakat tuli sehingga dapat berdampak pada pengambilan keputusan. ...... Deafness has the potential to experience the risk of emotional immaturity which will have an impact on decision making including the selection of health services. Incorrect decision making in choosing health services can lead to delays in the early detection of a persons illness. This study aims to determine the relationship between emotional maturity and deafness characteristics with decision making in choosing health services. This study used a cross-sectional descriptive-analytic research design involving 100 respondents through a purposive sampling method with a convenient sampling approach. Measurement of emotional maturity using a modified Emotional Maturity Scale questionnaire, while the decision-making variable uses the Decision Making questionnaire. Decision making in choosing health services in deaf communities is related to emotional maturity (r = 0.738; p <0.0001; 95% CI), education level (p <0,0001; 95% CI), and income (p <0, 0001; 95% CI). The results of the analysis show that there is a significant relationship between emotional maturity and decision making in choosing health services, namely if the higher emotional maturity, the better the decision making in choosing health services. This study recommends making an emotional management program such as counseling related to emotional control and increase literacy for education level and provide financial support to deaf people so that it can have an impact on decision making.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arundhati Naysa Ekhaputri
Abstrak :
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina dan seringkali ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit Plasmodium. Berbagai pendekatan matematika dengan variasi kombinasi intervensi telah digunakan untuk menganalisis penyebaran malaria. Dalam penelitian ini, dikonstruksi model transmisi penyebaran malaria dengan mempertimbangkan empat intervensi, yaitu vaksinasi, penggunaan kelambu berinsektisida, pendeteksian dini, dan fumigasi. Dari model yang telah dikonstruksi, dihitung bilangan reproduksi kontrol dan mencari eksistensi dan analisis kestabilan dari titik-titik keseimbangan bebas penyakit. Kemudian, dilakukan pembentukan model masalah kontrol optimal bertujuan untuk meminimumkan jumlah manusia terinfeksi dan nyamuk dengan biaya intervensi yang paling minimum. Model ini dibangun menggunakan prinsip maksimum Pontryagin dengan mempertimbangkan semua intervensi bergantung pada waktu. Simulasi numerik dilakukan dengan empat skenario kombinasi intervensi, yaitu kombinasi satu intervensi, dua intervensi, tiga intervensi, dan empat intervensi. Analisis keefektifan biaya dihitung dengan tiga indikator, yaitu infection averted ratio (IAR), average cost-effectiveness ratio (ACER), dan the incremental cost-effectiveness ratio (ICER). Dari hasil simulasi numerik, dapat disimpulkan bahwa intervensi yang paling efektif dalam hal biaya adalah intervensi pendeteksian dini. Namun, intervensi yang paling efektif dalam hal jumlah individu terinfeksi yang terhindarkan adalah kombinasi intervensi vaksinasi, penggunaan kelambu berinsektisida, dan fumigasi. ......Malaria is a mosquito-borne infectious disease that is often found in tropical and subtropical regions. Malaria is transmitted by female Anopheles mosquitoes that are infected with the Plasmodium parasite. Various mathematical approaches with variations in intervention combinations have been used to analyze the spread of malaria. In this study, a malaria transmission model was constructed considering four interventions, namely vaccination, insecticide-treated bed nets, early detection, and fumigation. The constructed model was used to calculate the basic reproduction control and to identify the existence and stability of disease-free equilibrium points. Then, an optimal control problem model was developed with the objective of minimizing the number of infected humans and mosquitoes with the minimum intervention cost. The model was built using the Pontryagin’s maximum principle, considering all interventions over time. Numerical simulations were performed with four intervention combination scenarios, namely one-intervention, two intervention, three-intervention, and four-intervention combinations. Cost-effectiveness analysis was calculated using three indicators, namely infection averted ratio (IAR), average cost-effectiveness ratio (ACER), and incremental cost-effectiveness ratio (ICER). The numerical simulation results showed that, if considering interventions from a cost perspective, the use of early detection intervention is the optimal intervention because it has the minimum cost (cost-saving). However, in terms of infection averted, the combined use of vaccination, the use of insecticide-treated bed nets, and fumigation is the most optimal strategy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library