Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rheza Fauzi
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas mengenai upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pencegahan HIV AIDS sebagai masalah multisektor melalui Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dengan menggunakan pendekatan collaborative governance yang melibatkan Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Masyarakat. Upaya kolaborasi sudah dilakukan, namun, dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis proses kolaborasi dan hal-hal yang mempengaruhi dinamika kolaborasi pencegahan HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Teori yang digunakan adalah Collaborative Governance Regimes (CGR) dari Emerson dan Nabatchi (2015).  Pelaksanaan proses kolaborasi pencegahan HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta dilihat melalui tiga dimensi yaitu keterlibatan berprinsip, motivasi bersama, dan kapasitas melakukan aksi bersama. Peneliti menggunakan pendekatan Post Positivis dengan metode pengumpulan data kualitatif menggunakan menggunakan wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa kolaborasi pencegahan HIV AIDS sudah terbangun melalui keterlibatan pemerintah, LSM, dan masyarakat namun terdapat kendala dalam membangun keterlibatan berprinsip dan motivasi bersama antar aktor sehingga menghambat kinerja kolaborasi.Selain itu, aspek pemimpin kolaborasi dalam hal ini Komisi Penanggulangan AIDS memegang peranan penting yang mempengaruhi dalam mendorong dinamika kolaborasi pencegahan HIV AIDS.
ABSTRACT This thesis discusses the efforts of the DKI Jakarta Provincial Government in preventing HIV AIDS as a multisector problem through the Provincial AIDS Commission using a collaborative governance approach involving the Government, Non-Governmental Organizations, and the Community. Collaborative efforts have been made, however, from year to year the number of HIV AIDS cases in DKI Jakarta Province continues to increase. This research was conducted to analyze the collaborative process and the things that influence the collaboration dynamics of HIV AIDS prevention in DKI Jakarta Province. The theory used is Collaborative Governance Regimes (CGR) from Emerson and Nabatchi (2015). The implementation of the collaborative HIV prevention prevention process in DKI Jakarta Province is seen through three dimensions, namely principled engagement, shared motivation, and capacity for joint actions. The researcher used the Post positivist approach with qualitative data collection methods using interviews and literature. The results show that the collaborative process of HIV AIDS prevention has been built through the involvement of government, NGOs, and the community but there are obstacles in building principled engagement and shared motivation among actors that hamper collaboration performance. In addition, the leader's aspect of collaboration in this case is important in encouraging the collaboration dynamics of HIV AIDS prevention.

Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chahya Kharin Herbawani
Abstrak :
Laporan HIV/AIDS Triwulan 1 Tahun 2017 menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga, dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 12.302 kasus sampai bulan Maret 2017. Selain jumlah kasus yang terus meningkat, jumlah kumulatif AIDS menurut pekerjaan/status, ibu rumah tangga menempati urutan kedua terbesar yang menderita AIDS setelah kelompok lain-lain (Kemenkes RI, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Bagor. Desain penelitian adalah cross-sectional. Jumlah responden yang diperoleh adalah 150 ibu rumah tangga. Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah riwayat tes HIV (p=0,028) dan keterpaparan informasi tentang HIV/AIDS (p=0,014). Pada analisis regresi logistik multivariat diketahui bahwa riwayat tes HIV merupakan faktor yang paling mempengaruhi upaya pencegahan HIV/AIDS oleh ibu rumah tangga (p=0,028 95% CI: 1,06-13,54). Pada ibu rumah tangga yang telah terpapar informasi tentang HIV/AIDS memiliki peluang 3,787 kali lebih tinggi untuk melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS baik daripada ibu rumah tangga yang belum pernah melakukan tes HIV. Direkomendasikan kepada kementrian kesehatan, dinas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk mensosialikasikan tes HIV sejak pra-nikah dan melakukan pendidikan kesehatan terkait HIV/AIDS yang dapat menjangkau seluruh ibu rumah tangga. Seperti melalui kelompok PKK dan pengajian. Sehingga, ibu rumah tangga dapat terpapar informasi tentang HIV/AIDS. ...... The first quarter of HIV/AIDS report 2017 mentioned an increase in the number of AIDS cases among housewives, from 172 cases in 2004 to 12.302 cases by March 2017. Besides the increasing number of the HIV cases, the cumulative number of AIDS by occupation group showed that the housewives group was the second largest with AIDS after unidentified group (Indonesian Ministry of Health , 2017). The aim of this study was to determine the factors that influence the act of HIV/AIDS prevention among housewives in the work area of Bagor Community Health Centre. The study design was cross-sectional. The number of respondent who had obtained was 150 housewives. The data were analyzed with logistic regression. The result of the study showed that factor corellated with HIV/AIDS prevention among housewives were HIV testing (p=0,028) and information exposure about HIV/AIDS (p=0,014). In multivariate logistic regression analysis was known that HIV testing was the most influencing factor for HIV/AIDS prevention in housewives (p=0,028 95% CI: 1,06-13,54). The housewives who have been done the HIV testing have 3,787 times higher chace to doing HIV/AIDS prevention than those who have not do it. It is recommended to the ministry of health, health offices and health workers to conduct the reproductive health education related to HIV/AIDS include the HIV testing as pre-marital program, also health education that can reach all housewives such as with organization of husewives group. Thus, housewives can be exposed to information about HIV/AIDS.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dari sekitar 40 juta pengidap HIV/AIDS di dunia pada akhir tahun 2003,lebih dari 7 juta orang berada di kawasan Asia dan Pasifik.Ham 2 juta di antaranya ada di negara-negara Greater Mekong Subregion (GMS) Kambija ,Laos ,Myanmar,Thailand Vietnam dan prpinsi Yunnan Cina.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dari sekitar 40 juta di dunia pada akhir tahun 2003,lebih dari 7 juta orang berada di kawasan Asia dan Pasifik. Hampir 2juta di antaranya ada di negara-negara Greater Mekong Subregion (GMS): Kamboja,Laos,Myanmar,Thailand,Vietnam dan Propinsi Yunnan Cina.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
Abstrak :
Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravinka Ayundra Putri
Abstrak :
Upaya pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan berkaitan dengan perilaku yang berfokus pada pandangan dan keyakinan individu. Hasil studi tentang penularan HIV pada pasangannya ditemukan bahwa 25% ditularkan oleh pasangannya yang positif HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan di yayasan Grapiks Bekasi.Metode:Penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam secara daring melalui aplikasi yang menyediakan fitur percakapan suara.Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan yaitu sebagain besar tidak konsisten menggunakan kondom namun patuh mengkonsumsi obat ARV, sedangkan semua pasangan serokonkordan konsisten menggunakan kondom dan patuh mengkonsumsi obat ARV. Semua ODHA telah mengungkapkan statusnya kepada pasangannya. Namun tidak semua mengungkapkan kepada keluarganya. Semua pasangan memiliki pengetahuan yang cukup baik seperti faktor penularan, pencegahan dan pengobatan. Namun, kurang baik mengenai mutasi virus akibat jika tidak menggunakan kondom bagi pasangan serokonkordan. Pola relasi suami istri pada pasangan serodiskordan adalah head complement (istri bekerja dirumah dan keputusan diakhir tetap pada suami)sedangkan pasangan serokonkordan yaitu head complementdan HIV prevention efforts in serodiscordant and seroconcordant couples are associated with behaviors that focus on individual views and beliefs. The results of a study of HIV transmission in partners found that 25% was transmitted by HIV positive partners. The purpose of this study was to determine the description of HIV prevention behavior in serodiscordant and seroconordant couples at the Grapiks foundation in Bekasi. Method This study uses a case study design with a qualitative approach. The method used is in-depth interviews via call: The results showed that HIV prevention behaviors in serodiscordant couples were, for the most part inconsistent in using condoms but compliant in taking ARV drugs, whereas all serokonkordan couples consistently use condoms and adhere to ARV drugs. All ODHA have revealed their status to their partners. But not all revealed to his family. All couples have pretty good knowledge such as transmission, prevention and treatment factors. However, it is not good about the mutation of the virus due to if not using a condom for seroconcordant couples. The pattern of husband and wife relations in serodiscordant couples is head complement (the wife works at home and the final decision remains on the husband), while the seroconcordant pair is the head complement and senior junior partner (the wife can contribute to the economy and the wife's decision can influence). Serodiscordant couples are aware of the risk of HIV transmission but are willing to accept consequences such as happiness, death, and family life, while seroconcordant couples are aware of the risk of transmission and hope that it is not severe, the consequences of which are family life, shame and pain. Serodiscordant pairs have lower benefits than seroncordant couples. Serodiscordant pairs have a higher resistance than seroconcordant pairs. All couples received in-depth information about HIV / AIDS from health workers through consultations and NGOs, namely peer support groups and study clubs conducted in the form of counseling.There are differences in HIV prevention behavior in serodiscordant couples and seroconcordant couples in the Bekasi Grapiks Foundation in 2020
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library