Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Pratiwi
"Tasawuf sebagai salah satu aspek ajaran Islam memberikan sumbangan penting untuk membina manusia yang utuh baik lahir maupun batin. Ajaran tasawuf yang menekankan pentingnya moralitas serta keseimbangan aspek lahir dan batin menyebabkan studi akademis tentang tasawuf mengalami perkembangan pesat sehingga jumlah dan kajian tentang tasawuf meningkat. Perkembangan tasawuf ini diikuti oleh munculnya tarekat-tarekat.
Tujuan tarekat ini sejalan dengan tujuan tasawuf yaitu peningkatan moral anggotanya. Pada tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah peningkatan moral ini dapat dicapai melalui suluk. Anggota yang telah melalui beberapa kali suluk dapat diangkat menjadi D-1 bagi perempuan dan Petoto sebutan bagi laki-laki. D-l dan Petoto adalah panutan bagi anggota-anggota yang lain, khususnya bagi anggota yang belum mencapai tingkat tersebut dan diharapkan menampilkan perilaku moral yang baik.
Perilaku moral didasari oleh penalaran moral atau alasan yang mendasari suatu tindakan moral. Perkembangan moral ini didasari oleh aspek kognitif juga oleh rangsangan lingkungan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penalaran moral ini adalah The Defining Issues Test (DIT) dari Rest.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tahap penalaran moral anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berdasarkan tingkat keanggotaan, penelitian ini dilakukan pada 120 anggota tarekat naqsyabandiyah Khalidiyah yang terdiri dari masing-masing 30 orang anggota D-l, non-D-1, Petoto dan nonpetoto yang berada di Depok. Alat ukur yang digunakan adalah DIT dalam bentuk singkat yang terdiri dari 3 buah cerita dilema moral dengan reliabilitas sebesar 0,81.
Berdasarkan perhitungan t-lest yang terdapat pada program SPSS 10.00 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan tahap penalaran moral anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berdasarkan tingkat keanggotaan Menurut peneliti hal itu disebabkan oleh tingkat pendidikan yang relatif setara pada anggota tarekat dalam penelitian ini, adanya seorang tokoh yang dijadikan model oleh semua anggota, adanya lingkup interaksi sosial yang luas, dan adanya rangsang lingkungan yang sama dalam lingkungan tarekat tersebut Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan metoda pengumpulan data yang lain seperti observasi dan wawancara."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S3408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
"ABSTRAK
Berbagai media massa menampilkan kasus penyimpangan perilaku yang
tergolong perilaku antisosial, seperti tawuran SMU dan penggunaan narkoba
yang banyak terjadi di kalangan pelajar SMU. Berdasarkan dua komponen
perilaku antisosial, yaitu timbulnya perilaku antisosial dan hilangnya perilaku
prososial. dapat dilakukan upaya pencegahan dengan cara mengembangan .
perilaku prososial remaja, yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk
menolong atau memiliki konsekuensi sosial positif yang berguna bagi
kesejahteraan fisik dan psikologis orang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi
timbulnya perilaku prososial adalah penalaran moral, yaitu cara berpikir atau
alasan orang dalam menentukan suatu keputusan moral, baik dan buruk atau
benar dan salah. Penalaran moral dalam penelitian ini diukur menggunakan the
Defming Issnes Test (DIT) dari Rest.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara penalaran
moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU. Selain itu, karena ada
perbedaan pendapat mengenai peranan jenis kelamin, maka penelitian ini juga
bertujuan untuk mengungkap apakah ada perbedaan kecenderungan perilaku
prososial dan penalaran moral remaja SMU berdasarkan jenis kelamin. Penelitian
ini dilakukan pada 100 remaja SMU IKIP Jakarta. Kuesioner kecenderungan
perilaku prososial terdiri dari 40 pernyataan dengan reliabilitas koefisien alfa
sebesar 0.89 dan kuesioner penalaran moral yang merupakan adaptasi DIT
bentuk singkat, terdiri dari 3 cerita dilema moral dengan reliabilitas koefisien alfa
sebesar 0.72.
Berdasarkan perhitungan korelasi dengan teknik Pearson Product
Moment dan perhitungan Mest yang ada pada program SPSS 10.0.5, disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan
kecenderungan perilaku prososial remaja SMU, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kecenderungan perilaku prososial remaja SMU laki-laki dan
perempuan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penalaran moral
remaja SMU laki-laki dan perempuan. Menurut dugaan peneliti hal ini
disebabkan karena ada kemungkinan kecenderungan perilaku prososial yang
tinggi masih didasari oleh tahap-tahap penalaran moral di bawah penalaran moral berdasarkan prinsip, kuesioner kecenderungan perilaku prososial diduga
mengandung bias social desirability, dan kurangnya motivasi subyek. Selain itu,
perbedaan perilaku prososial laki-laki dan perempuan cenderung pada bentuk
pertolongan yang dilakukan, sedangkan kuesioner kecenderungan prososial tidak
mempertimbangkan bentuk pertolongan yang dilakukan orang. Oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian kecenderungan perilaku
prososial dengan mempertimbangkan bentuk perilaku prososial dan melakukan
revisi pada kuesioner kecenderungan perilaku prososial agar terhindar dari bias
social desirability."
2002
S3153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Citra Diani
"ABSTRAK
Peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) sangat diharapkan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Namun banyak kecurangan dan berbagaipraktik pelanggaran etika dan hukum yang mengakibatkan kerugian negara tidak berhasil diungkap oleh APIP, melainkan diungkap oleh pihak luar organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh level penalaran moral dan konflik peran terhadap perilaku whistleblowing APIP. Dengan menggunakan desainfaktorial 2x2 antarsubjek, eksperimen yang melibatkan 102 mahasiswa magister akuntansi, menemukan bahwa APIP dengan level penalaran moral yang tinggi memiliki perilaku whistleblowing lebih tinggi dibandingkan APIP dengan level penalaran moral yang rendah. APIP dalam kondisi konflik peran terbukti memiliki perilaku whistleblowing lebih rendah dibandingkan APIP dalam kondisi tidak ada konflik peran. APIP dengan level penalaran moral tinggi dan tidak ada konflik peran memiliki perilaku whistlblowing lebih tinggi dibandingkan dengan APIP dengan level moral rendah dan ada kondisi konflik peran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku whistleblowing APIP dengan level penalaran moral yang tinggi tidak berbeda signifikan dalam kondisi tidak ada konflik peran atau dalam kondisi tidak ada konflik peran."
Jakarta: Direktorat Litbang BPK RI, 2017
332 JTKAKN 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Puspadewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yemima
"[ABSTRAK
Penelitian dirancang untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dan penalaran moral pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Indonesia. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale (FACES) II dan Family Communication Scale (FCS) berdasarkan Circumplex Model of Marital and Family System, sedangkan penalaran moral diukur dengan Defining Issues Test (DIT). Ada sebanyak 608
yang tersebar di 14 fakultas. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan penalaran moral (r=0.016, p>0.05). Rata-rata keberfungsian keluarga responden tergolong adekuat (M=170.47), sedangkan rata-rata penalaran moral responden tergolong sedang.

ABSTRACT
This study was designed to investigate correlation between family functioning and moral reasoning among freshmen in Universitas Indonesia. Family functioning was measured by Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale (FACES) II and Family Communication Scale (FCS) in Circumplex Model of Marital and Family System, and moral reasoning was measured by Defining Issues Test (DIT). There were 608 participants from 14 faculties in Universitas Indonesia. The result show insignificant correlation between family functioning and moral reasoning (r=0.016, p>0.05). Mean of participants had adequate family functioning (M=170.47), and had moderate moral reasoning., This study was designed to investigate correlation between family functioning and moral reasoning among freshmen in Universitas Indonesia. Family functioning was measured by Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale (FACES) II and Family Communication Scale (FCS) in Circumplex Model of Marital and Family System, and moral reasoning was measured by Defining Issues Test (DIT). There were 608 participants from 14 faculties in Universitas Indonesia. The result show insignificant correlation between family functioning and moral reasoning (r=0.016, p>0.05). Mean of participants had adequate family functioning (M=170.47), and had moderate moral reasoning.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanness Callista Lafida
"Kecurangan akademik merupakan masalah yang kerap ditemukan di dunia pendidikan padahal perbuatan tersebut memberikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Masalah ini semakin berkembang terutama dengan kehadiran internet yang semakin memfasilitasi perilaku tersebut. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kecurangan akademik adalah penalaran moral yang berkaitan dengan penilaian mahasiswa terhadap benar atau tidaknya suatu hal. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa sarjana. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa sarjana (N = 100) di Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Pengukuran variabel kecurangan akademik dengan internet menggunakan alat ukur Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan penalaran moral menggunakan Defining Issues Test (DIT). Hubungan kedua variabel diuji menggunakan metode Spearman correlation dan ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet, (r(98) = -0,100, p = 0,320, two-tailed). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih menjelaskan hubungan antara kedua variabel. Akan dibahas beberapa permasalahan, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Academic dishonesty is a prevalent issue in the educational world, causing harm to both individuals and others. This problem has been exacerbated by the presence of the internet, which increasingly facilitates such behavior. One factor related to academic dishonesty is moral reasoning, which pertains to students' judgments about the rightness or wrongness of actions. The hypothesis of this study is that there is a significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty among undergraduate students. This research was conducted on undergraduate students (N = 100) in Indonesia aged 18-25 years. The measurement of the academic dishonesty variable with the internet used the Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS), and moral reasoning was measured using the Defining Issues Test (DIT). The relationship between the two variables was tested using the Spearman correlation method, and it was found that there was no significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty (r(98) = -0.100, p = 0.320, two-tailed). Therefore, further research is expected to better explain the relationship between these two variables. Several issues, limitations, and suggestions for future research will be discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library