Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Pratiwi
Abstrak :
Tasawuf sebagai salah satu aspek ajaran Islam memberikan sumbangan penting untuk membina manusia yang utuh baik lahir maupun batin. Ajaran tasawuf yang menekankan pentingnya moralitas serta keseimbangan aspek lahir dan batin menyebabkan studi akademis tentang tasawuf mengalami perkembangan pesat sehingga jumlah dan kajian tentang tasawuf meningkat. Perkembangan tasawuf ini diikuti oleh munculnya tarekat-tarekat. Tujuan tarekat ini sejalan dengan tujuan tasawuf yaitu peningkatan moral anggotanya. Pada tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah peningkatan moral ini dapat dicapai melalui suluk. Anggota yang telah melalui beberapa kali suluk dapat diangkat menjadi D-1 bagi perempuan dan Petoto sebutan bagi laki-laki. D-l dan Petoto adalah panutan bagi anggota-anggota yang lain, khususnya bagi anggota yang belum mencapai tingkat tersebut dan diharapkan menampilkan perilaku moral yang baik. Perilaku moral didasari oleh penalaran moral atau alasan yang mendasari suatu tindakan moral. Perkembangan moral ini didasari oleh aspek kognitif juga oleh rangsangan lingkungan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penalaran moral ini adalah The Defining Issues Test (DIT) dari Rest. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tahap penalaran moral anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berdasarkan tingkat keanggotaan, penelitian ini dilakukan pada 120 anggota tarekat naqsyabandiyah Khalidiyah yang terdiri dari masing-masing 30 orang anggota D-l, non-D-1, Petoto dan nonpetoto yang berada di Depok. Alat ukur yang digunakan adalah DIT dalam bentuk singkat yang terdiri dari 3 buah cerita dilema moral dengan reliabilitas sebesar 0,81. Berdasarkan perhitungan t-lest yang terdapat pada program SPSS 10.00 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan tahap penalaran moral anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berdasarkan tingkat keanggotaan Menurut peneliti hal itu disebabkan oleh tingkat pendidikan yang relatif setara pada anggota tarekat dalam penelitian ini, adanya seorang tokoh yang dijadikan model oleh semua anggota, adanya lingkup interaksi sosial yang luas, dan adanya rangsang lingkungan yang sama dalam lingkungan tarekat tersebut Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan metoda pengumpulan data yang lain seperti observasi dan wawancara.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S3408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai media massa menampilkan kasus penyimpangan perilaku yang tergolong perilaku antisosial, seperti tawuran SMU dan penggunaan narkoba yang banyak terjadi di kalangan pelajar SMU. Berdasarkan dua komponen perilaku antisosial, yaitu timbulnya perilaku antisosial dan hilangnya perilaku prososial. dapat dilakukan upaya pencegahan dengan cara mengembangan . perilaku prososial remaja, yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk menolong atau memiliki konsekuensi sosial positif yang berguna bagi kesejahteraan fisik dan psikologis orang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi timbulnya perilaku prososial adalah penalaran moral, yaitu cara berpikir atau alasan orang dalam menentukan suatu keputusan moral, baik dan buruk atau benar dan salah. Penalaran moral dalam penelitian ini diukur menggunakan the Defming Issnes Test (DIT) dari Rest. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara penalaran moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU. Selain itu, karena ada perbedaan pendapat mengenai peranan jenis kelamin, maka penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkap apakah ada perbedaan kecenderungan perilaku prososial dan penalaran moral remaja SMU berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan pada 100 remaja SMU IKIP Jakarta. Kuesioner kecenderungan perilaku prososial terdiri dari 40 pernyataan dengan reliabilitas koefisien alfa sebesar 0.89 dan kuesioner penalaran moral yang merupakan adaptasi DIT bentuk singkat, terdiri dari 3 cerita dilema moral dengan reliabilitas koefisien alfa sebesar 0.72. Berdasarkan perhitungan korelasi dengan teknik Pearson Product Moment dan perhitungan Mest yang ada pada program SPSS 10.0.5, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecenderungan perilaku prososial remaja SMU laki-laki dan perempuan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penalaran moral remaja SMU laki-laki dan perempuan. Menurut dugaan peneliti hal ini disebabkan karena ada kemungkinan kecenderungan perilaku prososial yang tinggi masih didasari oleh tahap-tahap penalaran moral di bawah penalaran moral berdasarkan prinsip, kuesioner kecenderungan perilaku prososial diduga mengandung bias social desirability, dan kurangnya motivasi subyek. Selain itu, perbedaan perilaku prososial laki-laki dan perempuan cenderung pada bentuk pertolongan yang dilakukan, sedangkan kuesioner kecenderungan prososial tidak mempertimbangkan bentuk pertolongan yang dilakukan orang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian kecenderungan perilaku prososial dengan mempertimbangkan bentuk perilaku prososial dan melakukan revisi pada kuesioner kecenderungan perilaku prososial agar terhindar dari bias social desirability.
2002
S3153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Citra Diani
Abstrak :
ABSTRAK
Peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) sangat diharapkan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Namun banyak kecurangan dan berbagaipraktik pelanggaran etika dan hukum yang mengakibatkan kerugian negara tidak berhasil diungkap oleh APIP, melainkan diungkap oleh pihak luar organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh level penalaran moral dan konflik peran terhadap perilaku whistleblowing APIP. Dengan menggunakan desainfaktorial 2x2 antarsubjek, eksperimen yang melibatkan 102 mahasiswa magister akuntansi, menemukan bahwa APIP dengan level penalaran moral yang tinggi memiliki perilaku whistleblowing lebih tinggi dibandingkan APIP dengan level penalaran moral yang rendah. APIP dalam kondisi konflik peran terbukti memiliki perilaku whistleblowing lebih rendah dibandingkan APIP dalam kondisi tidak ada konflik peran. APIP dengan level penalaran moral tinggi dan tidak ada konflik peran memiliki perilaku whistlblowing lebih tinggi dibandingkan dengan APIP dengan level moral rendah dan ada kondisi konflik peran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku whistleblowing APIP dengan level penalaran moral yang tinggi tidak berbeda signifikan dalam kondisi tidak ada konflik peran atau dalam kondisi tidak ada konflik peran.
Jakarta: Direktorat Litbang BPK RI, 2017
332 JTKAKN 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Puspadewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library