Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Fajar
Abstrak :
Teknologi informasi secara umum sudah dimanfaatkan oleh institusi pemerintah untuk menjalankan sebagian besar tugas pokok dan fungsinya. Seiring meningkatnya ketergantungan organisasi pemerintah terhadap ketersediaan layanan teknologi informasi, kekhawatiran terhadap terganggunya layanan akibat terjadinya bencana semakin meningkat. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual DJKI sebagai salah satu insititusi pemerintah yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat pada saat ini belum memiliki dokumen perencanaan terkait dengan perlindungan aset pada saat terjadi gangguan atau bencana. Karena itu perlu disusun sebuah dokumen perencanaan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi DJKI dalam upaya untuk memulihkan kondisi layanan SI/TI disaat kritis serta upaya untuk tetap terus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Disaster Recovery Plan DRP merupakan dokumen yang mendefinisikan setiap aktifitas, tindakan, serta prosedur yang harus dilakukan terkait pemulihan bencana. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah rancangan DRP bagi DJKI dengan menggunakan metodologi NIST SP 800-34 Rev. 1. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan identifikasi dan penilaian pada aset SI/TI yang dimiliki DJKI, untuk kemudian menentukan strategi dan teknologi yang tepat untuk proses pemulihan bencana. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah rancangan DRP yang telah disesuaikan dengan kondisi organisasi DJKI. Dokumen DRP yang dimiliki untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai panduan untuk membantu menjaga ketersediaan dan keandalan layanan sistem informasi yang dimiliki DJKI ketika terjadi gangguan maupun bencana.
Information technology is already used by government institutions to carry out most of their duties and functions. The concerns about the disruption of services due to the occurrence of disasters is increasing. Directorate General of Intellectual Property DGIP as one of the government institutions that provide services directly to the public, currently do not have a planning document relating to the asset protection in the event of disruption or disaster. It is necessary to develop a planning document that can serve as a reference for DGIP in an attempt to recover the services of IS IT in a crisis situation and helps to continue provide services to the public. Disaster Recovery Plan DRP is a document that defines each activity, action, and the procedures to be undertaken in disaster recovery. This research aims to create a design for DGIP DRP using the methodology of NIST SP 800 34 Rev. 1. This research was conducted with the identification and assessment of the assets of IS IT owned by DGIP, then determine the appropriate strategies and technologies for disaster recovery process. Results from this study is a DRP draft which has been adapted to the conditions of DGIP organization. DRP document can be used as a guide to help maintain the availability and reliability of information systems owned by DGIP when an interruption or disaster happened.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Yustika
Abstrak :
Tugas Karya Akhir ini membahas tentang kapital sosial pada fase pemulihan bencana di Asia dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kejadian bencana yang terjadi di Asia. Bencana sendiri mempengaruhi berbagai kapital, namun di antara semuanya, kapital sosial yang paling sedikit rusak. Kapital sosial menjadi salah satu dasar kapasitas komunitas untuk dapat merespon dan pulih dari bencana. Tugas Karya Akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan peran kapital sosial dalam fase pemulihan bencana pada komunitas di Indonesia, Filipina, Nepal dan Bangladesh dari penelitian terdahulu dalam rentang tahun 2018-2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan nonreaktif melalui kajian literatur jenis context review. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kapital sosial bonding, bridging, dan linking berperan selama proses pemulihan bencana pada keempat negara dengan menyediakan dukungan sosial seperti dukungan emosional, informasi, dan nyata. Hubungan bonding ditemukan bermanfaat bagi pemulihan jangka pendek diikuti dengan bridging dan linking yang semakin bermanfaat dalam jangka panjang. Hubungan bonding umumnya memberikan dukungan sosial dalam bentuk penyediaan kebutuhan dasar untuk sehari-hari. Selain kebutuhan dasar, hubungan bridging selangkah lebih maju dengan menyediakan bantuan dan akses informasi yang berguna tentang peluang pekerjaan, bantuan kemanusiaan, dan pengenalan kepada orang-orang berpengaruh yang awalnya tidak tersedia dari hubungan bonding. Selanjutnya, hubungan linking yang berperan dalam menghubungkan masyarakat kepada sumber daya yang lebih luas. Kepemimpinan, partisipasi masyarakat dan juga ikatan komunitas diikuti kepercayaan, jaringan dan norma mendorong partisipasi masyarakat untuk bekerjasama dalam aksi kolektif selama pemulihan bencana. Meskipun kapital sosial memiliki konsekuensi positif yaitu sebagai kontrol sosial, dukungan keluarga, sumber manfaat dari luar jaringan keluarga, tetapi terdapat konsekuensi negatif seperti pengecualian terhadap orang luar atas sumber daya. Walaupun kapital sosial mampu menghubungkan masyarakat dengan berbagai sumber daya, kelompok termarjinalisasi seperti lanjut usia, perempuan dan juga masyarakat yang tinggal di desa terpencil tidak jarang terkecualikan karena memiliki hubungan bridging dan linking yang lemah, terlebih jika eksklusi didorong oleh norma dan nilai setempat. Ada pun praktik yang menggerus hubungan bridging diantara anggota komunitas yang menimbulkan rasa iri, ketidakpercayaan dan dan konflik seperti korupsi dan favoritisme. ......This study aims to explain social capital in the disaster recovery phase in Asia from the view of Social Welfare Science. This research is motivated by frequent occurrences of natural disasters in Asia. Disasters affect the various capitals, to which social capital is the least damaged. Social capital is one of the foundations of a community's capacity to respond and recover from disasters. This study aims to describe the forms and role of social capital in the disaster recovery phase of communities in Indonesia, the Philippines, Nepal, and Bangladesh from previous research throughout 2018-2022. This study is descriptive and non-reactive research through a context review type of literature review. The findings from this study indicate that bonding, bridging, and linking through forms of social capital play an important role in disaster recovery. Bonding social capital is relevant for the short-term, followed by bridging and linking social capital that grew increasingly beneficial in the long-term recovery process. There is also the role of social capital in the disaster recovery phase between connecting with existing aid resources and providing social support such as emotional, informational, and tangible support. In general, bonding relationships contribute to the provision of basic daily needs. In addition to basic needs, the bridging relationships step ahead in providing assistance and access to important information about job opportunities, humanitarian aid, and access to influential people that were not initially available from bonding relationships. Lastly, linking relationships is crucial as it connects communities to broader resources. Leadership, community participation, and community bonds coupled with trust, networks, and norms encourage community participation in collective action during disaster recovery. Even though social capital has positive consequences throughout the disaster recovery phase, as a source of social control, family support, and benefits from extrafamilial networks, it also generates negative consequences, such as the exclusion from resources. Although social capital may well connect people with various resources, marginalized groups such as senior citizens, women, and people who live in remote villages often get excluded because they have weak bridging and linking relationships due to the norms and values a place may hold. In addition, certain practices such as corruption and favoritism erode bridging relationships among community members, which generate jealousy, distrust, and conflict.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dany Pus Apriyanto
Abstrak :
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 mewajibkan Penyelenggara Sistem Elektronik melakukan pengamanan terhadap Sistem Elektronik. Kementerian Luar Negeri Kemenlu melakukan evaluasi tingkat kesiapan pengamanan informasi menggunakan Indeks Keamanan Informasi KAMI guna memenuhi standar Sistem Manajemen Pengamanan Informasi. Hasil penilaian Indeks KAMI Tahun 2015 menyatakan bahwa Sistem Elektronik Kemenlu berada dalam kategori strategis, namun tingkat kesiapan pengamanan informasi Kemenlu berada dalam kategori tidak layak. Berdasarkan kondisi tersebut, aspek availability layanan TIK Kemenlu tidak terpenuhi ketika terjadi pemeliharaan jaringan listrik kantor Kemenlu di Pejambon. Seluruh layanan TIK Kemenlu tidak dapat diakses selama 10 jam, padahal Kemenlu sudah memiliki fasilitas pusat pemulihan bencana di Cijantung. Berdasarkan analisis fishbone, salah satu sebab permasalahan tidak layaknya pengamanan informasi Kemenlu adalah belum adanya rencana keberlangsungan layanan TIK serta rencana pemulihan bencana. Untuk meningkatkan nilai Indeks KAMI dan untuk menjaga keberlangsungan layanan TIK Kemenlu dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada maka perlu disusun rancangan rencana kontingensi pusat data Kemenlu. Perancangan rencana kontingensi dalam penelitian ini mengacu pada kerangka kerja NIST 800-34 Rev.1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kategori studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap pejabat pengelola TIK Kemenlu dan pejabat pemilik atau pengguna layanan TIK serta melalui observasi lapangan. Proses analisis dampak bisnis dilakukan guna mendapatkan tingkat kekritisan sistem informasi terhadap kegiatan utama Kemenlu. Strategi pemulihan layanan teknologi informasi disusun berdasarkan urutan tingkat kekritisan sistem informasi dari yang tertinggi hingga terendah. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tingkat kekritisan layanan sistem informasi yang terkait dengan kegiatan utama Kemenlu beserta kebutuhan sumber daya pendukungnya. Berdasarkan tingkat kekritisan tersebut, tiga layanan membutuhkan strategi pemulihan fault tolerance, 13 hot site, dan sisanya warm site. Strategi kontingensi tersebut kemudian dituangkan dalam dokumen usulan rencana kontingensi pusat data Kemenlu.
Government Regulation Number 82 Year 2012 obligates all electronic system operators to secure their electronic systems. The Ministry of Foreign Affairs of Indonesia Kemenlu has used the Information Security KAMI Index to evaluate the level of information security preparedness to meet the standards of Information System Security Management. The results of 2015 KAMI Index stated that the Kemenlu rsquo s electronic system is classified as strategic, however its level of information security preparedness is in the category of not reliable. According to these conditions, Kemenlu could not meet the aspect of ICT services availability, for it could not provides its ICT services to users during power outage incidences at Kemenlu Headquarter in Pejambon. Although Kemenlu has built a Disaster Recovery Center facility in Cijantung, at the time of power outages, the entire Kemenlu rsquo s ICT services could not be accessed, for as long as 10 hours. According to fishbone analysis, one of causes that contributed to Kemenlu rsquo s information security preparedness unreliability is the lack of continuity plans for ICT services and disaster recovery plans. To increase its KAMI Index and maintain its ICT services continuity, Kemenlu needs to design data center contingency plan by utilizing the existing infrastructure. The design of data center contingency plan in this research is based on NIST 800 34 Rev.1 framework which was adjusted for Kemenlu data center. This research applies a qualitative research method using a case studies. Data gathering and fact finding were done by interviewing Kemenlu rsquo s ICT supervisors, owners, and users, as well as on site observation. Business impact analysis was performed to evaluate the impact of information system unavailability to Kemenlu rsquo s main activities. Contingency strategies are created based on the order of information system criticality, from most critical to less critical. This research has successfully identified the degree of criticality of information systems related to Kemenlu rsquo s main activities as well as its necessary ICT resources. Based on the findings of the criticality degree, there are three information system that require fault tolerance as recovery strategy, 13 require hot site and the remaining require warm site.This contingency strategy are then documented into proposed data center contingency plan.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana Rachel Sentausa
Abstrak :
Kehadiran bencana tidak dapat diduga atau dihindari. Definisi bencana sendiri telah mengalami perubahan makna dari bencana alam menjadi keadaan darurat yang berpengaruh negatif bagi kelangsungan bisnis dan industri. Dalam menjalankan proses bisnis Bank X terdapat beberapa potensi gangguan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mengganggu proses bisnis Bank X. Bagi Bank X, terjadinya gangguan tidak hanya mengakibatkan kerugian sesaat, namun akan bertambah parah apabila Bank X tidak mampu mengembalikan proses bisnis utama dalam periode waktu yang dapat diterima. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu direncanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam memulihkan keadaan dan proses bisnis pasca terjadinya bencana yang tepat dan sesuai dengan karakteristik Bank X. Pertimbangan dalam melakukan pemulihan keadaan pasca bencana antara lain proses bisnis yang diprioritaskan, aset yang dibutuhkan, waktu tertunda yang dapat diterima, biaya yang dapat ditoleransi serta prioritas pemulihan dan derajat kritikalitas dari masing-masing aset. Penelitian ini difokuskan pada 9 aplikasi kritikal yang dimiliki Bank X, yang akan membahas secara lebih detail tentang analisa dampak bencana terhadap kelangsungan proses bisnis masing-masing aplikasi, penentuan prioritas pemulihan dan rekomendasi metode backup sebagai upaya pemulihan aplikasi kritikal pada saat terjadi keadaan darurat.
Disaster can't be predicted or avoided. The definition itself has changed from natural disaster to an emergency situation that causes negative imply to business and industries. Dealing with the business process of Bank X, there are some potential risks that can happened and affected the business process of Bank X directly or indirectly. For Bank X, impact of disaster will be worse if the business process not recovered in an acceptable period. To anticipate the need, a plan of activities in order to recover the business processes have to be composed correctly based on the characteristic of the Bank. There are some considerations in disaster recovery such as prioritized business process, asset that should be able, acceptable period, tolerable cost, prioritized recovery and degree of criticality of assets. This research is focusing on 9 critical applications in Bank X. In this paper we will discuss about impact analysis of the critical applications' business processes, recovery priorities, and backup methods as one of disaster recovery technologies to be implemented in emergency situations.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.07.08.67 Sen r
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Syalli Adha
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tingkat kesiapan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam menghadapi bencana. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif berdesain cross sectional dengan sampel sebanyak 417 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sudah siap terhadap bencana diantaranya dalam hal validitas sumber edukasi bencana, pengetahuan tentang langkah respon tanggap darurat, pengetahuan tentang adanya klinik di sekitar kampus, kesadaran terhadap potensi bencana di kampus, kesadaran persiapan bencana, dan kepemilikan asuransi bencana. Namun dibutuhkan peningkatan terhadap beberapa hal seperti pengetahuan sistem peringatan dini di lingkungan kampus, keikutsertaan dalam pelatihan dan simulasi bencana, langkah persiapan menghadapi bencana, dan persepsi tentang tingkat kesiapan bencana.
ABSTRACT
This study discusses the readiness level of Public Health Faculty of University of Indonesia students in facing disasters. The design of this study uses a descriptive quantitative method with a cross sectional approach and a total sample of 417 respondents. The results of this study concludes that generally, Public Health Faculty of Indonesia students are prepared in facing disasters, specifically in terms of the validity of disaster education source, knowledge of disaster response, knowledge of health clinics around the campus area, awareness of the potential of disasters on campus, awareness of disaster preparation, and owning disaster insurance. However there are also several factors, such as preparation for disasters, knowledge towards early warning systems, involvement in training or simulations for disasters, readiness in facing disasters, and perception towards the level of readiness in facing disasters that needs to be improved.
2017
S67594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Irianto
Abstrak :
Pada era informasi saat ini, penggunaan teknologi informasi sudah umum digunakan dalam menjalankan operasi di sebuah organisasi. Pada organisasi yang memiliki ketergantungan terhadap teknologi informasi, kekhawatiran terhadap terganggunya operasi akibat terjadinya bencana pada teknologi informasi semakin meningkat. Kekhawatiran tersebut yang menjadi pemicu tuntutan untuk membuat perencanaan pemulihan bencana bagi organisasi. Astra Daihatsu Motor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Dalam kegiatannya, Astra Daihatsu Motor menggunakan berbagai teknologi informasi untuk menjalankan operasi bisnisnya. Terjadinya bencana yang membuat terhentinya layanan teknologi informasi akan mengakibatkan terganggunya proses bisnis di Astra Daihatsu Motor. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk membuat perancangan rencana pemulihan bencana yang sesuai dengan kebutuhan Astra Daihatsu Motor. Perancangan dilakukan dengan menggunakan metode Manufacturing Operations Recovery and Resumption yang dibuat oleh Iyer dan Sarkis pada tahun 1998. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai tim divisi Corporate Information and Technology dan beberapa orang didalam proses bisnis Astra Daihatsu Motor. Hasil dari pengumpulan data tersebut adalah rumusan kebutuhan fungsional dalam bentuk analisis dampak bisnis. Kebutuhan fungsional tersebut kemudian dianalisis untuk menjadi usulan rencana pemulihan bencana untuk Astra Daihatsu Motor.
In current information age, use of information technology has been commonly used in the operation of an organization. Organization that has dependency on information technology concerns about disruption of operations due to the disaster in information technology is increasing. Such concerns become the trigger for disaster recovery planning for the organization. Astra Daihatsu Motor is a company engaged in manufacturing. In its activities, Astra Daihatsu Motor using a variety of information technology to run their business operations. The disaster that stop information technology services will lead to disruption of business processes at Astra Daihatsu Motor. Based on this, research done to make the design of disaster recovery plan that fits the needs of Astra Daihatsu Motor. The design is done using Manufacturing Operations Recovery and Resumption methods made by Iyer and Sarkis in 1998. Data was collected by interviewing Corporate Information and Technology team and some people in the business process of Astra Daihatsu Motor. Results from the collection of such data is the formulation of functional requirements in the form of a business impact analysis. The functional requirement is then analyzed to be proposed as a disaster recovery plan for Astra Daihatsu Motor.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library