Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Merlyn Rumiris
"Wabah COVID-19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020 lalu telah membawa dampak begitu besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi para UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Berdasarkan data dari salah satu lembaga riset Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) disebutkan bahwa UMKM merupakan sektor pertama yang paling terdampak dikarenakan adanya pembatasan ruang gerak yang mengakibatkan penjualan menurun drastis (CNN Indonesia, 2021). Dinamika tersebut dirasakan langsung oleh salah satu pengusaha di bidang pengerjaan kayu (woodworking) asal Bekasi, yaitu Arteacraft Mitra Jati yang telah berdiri sejak tahun 2018. Selain hambatan dari COVID-19, berdasarkan hasil analisis dan observasi yang telah dilakukan ditemukan juga bahwa Arteacraft Mitra Jati masih belum melakukan penajaman terhadap apa yang diinginkan konsumen dari produknya, sehingga belum dapat bertindak secara strategis dan menginformasikan, serta memposisikan produk atau layanan yang dimiliki ditengah persaingan kompetitor yang ketat. Tugas karya akhir ini dibuat untuk membantu Arteacraft Mitra Jati dalam memperkuat brand mereka di tengah ketatnya persaingan dengan memanfaatkan ekuitas brand yang diperoleh melalui brand audit melalui rangkaian program "Adjustable Your Woodthentic Needs”. Pengaplikasian program tersebut akan memanfaatkan keempat jenis media yang terdapat pada PESO, serta membuat positioning dan identitas brand yang lebih kuat. Sejumlah kegiatan yang akan dilakukan pada program ini terdiri dari pembuatan situs web dan halaman perusahaan di LinkedIn, pengoptimalan media sosial yang akan diikuti dengan pemasangan iklan di media sosial, kemudian akan ada kolaborasi dengan salah satu mitra kolaborator dan diakhiri dengan penyebaran rilis berita untuk mengoptimalkan publisitas dari brand. Rangkaian kegiatan pada program dipetakan ke dalam customer journey untuk menggambarkan hubungan, interaksi dan perjalanan yang dilalui oleh konsumen dengan brand. Target khalayak yang akan disasar dari program tersebut adalah masyarakat dari kalangan menengah dari usia 25-40 tahun yang menggunakan produk-produk berbahan kayu dalam kehidupan sehari-hari dengan wilayah Jabodetabek sebagai target sekunder dan juga sekitar Pulau Jawa untuk target primer, serta mengutamakan kepuasan akan hasil dengan memprioritaskan kualitas dan juga keautentikan dari suatu produk. Program ini memerlukan biaya sebesar Rp 25.200.000,- selama 4 bulan (Augustus - November 2022). Pada akhir program, akan dilakukan pengukuran keberhasilan akan dievaluasi melalui input, output dan outcomes untuk masing-masing kegiatan.

The COVID-19 outbreak that hit Indonesia in 2020 had a huge impact on people's lives, especially on MSMEs (Micro, Small and Medium Enterprises). Based on data from an Economist research institute, the Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), it was stated that MSMEs were the first sector most affected due to restrictions on space for movement which resulted in sales dropping drastically (CNN Indonesia, 2021). This dynamic was felt directly by one of the entrepreneurs in the woodworking sector from Bekasi, namely Arteacraft Mitra Jati which was established in 2018. In addition to the obstacles from COVID-19, based on the results of the analysis and observations that have been made, it was also found that Arteacraft Mitra Jati still has not sharpened what consumers want from their products, so they have not been able to act strategically and inform, and position their products or services in the midst of intense competition. This final project was created to help Arteacraft Mitra Jati in strengthening its brand in the midst of intense competition by utilizing brand equity obtained through a brand audit through a series of "Adjustable Your Woodthentic Needs" programs. The application of this program will utilize the four types of media contained in PESO, and create a stronger brand positioning and identity. A number of activities that will be carried out in this program consist of creating a website and company page on LinkedIn, optimizing social media which will be followed by advertising on social media, then there will be a collaboration with one of the partner's collaborators and ends with the dissemination of news releases to optimize the publicity of the brand. The series of activities in the program are mapped into the customer journey to describe the relationship, interaction, and journey that consumers take with the brand. The target audience of the program will be a are people from the middle class from the age of 25-40 years who use wood-based products in their daily lives with the Jabodetabek area as a secondary target and also around Java Island as primary targets, and prioritizes satisfaction with results by prioritizing the quality and authenticity of the product. a product. This program costs IDR 25,200,000,- for 4 months (August - November 2022). At the end of the program, success measurements will be evaluated through inputs, outputs, and outcomes for each activity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khoirnafiya
"Disertasi ini membahas tentang gerakan kebangkitan kembali (revival) Penghayat-Kejawen yang dalam arti luas juga merupakan gerakan kepercayaan, adat, dan tradisi. Keberadaan gerakan ini menunjukkan adanya dinamika gerakan kembali kepada Kepercayaan, adat, dan tradisi di tengah-tengah gencarnya gerakan keagamaan yang berbasis trans-nasional yang cenderung kosmopolitan. Bingkai gerakan kebangkitan mengartikulasikan ajaran, praktik ritual keseharian, aksi resistensi (perlawanan), serta aksi-aksi lain yang dikonstruksi dan digunakan dalam gerakan kebangkitan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memotret kekompleksan kondisi dan akvitas Penghayat-Kejawen dalam penelitian. Kerja lapangan (fieldwork) dalam penelitian ini dilakukan dengan etnografi multisitus, mengikut gerak dari Penghayat. Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam, dan analisis konten terhadap media sosial yang dipergunakan Penghayat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada artikulasi faktor pendorong munculnya gerakan kebangkitan Penghayat-Kejawen. Gerakan kebangkitan itu didorong oleh berbagai determinan (penentu), yaitu landskap, sejarah, dan nilai-nilai Kejawen yang saling terkait. Nilai-nilai Kejawen menjadi penting ketika dipandang sebagai ideologi dari aktivis yang mendorong aksi gerakan. Dalam teori gerakan sosial, konstruksi nilai-nilai tersebut adalah bingkai budaya yang menunjukkan bahwa perjuangan Penghayat-Kejawen adalah perjuangan budaya (simbolik/identitas/nilai) melampaui perjuangan kelas yang dilakukan oleh aktor (aktivis) Penghayat dalam merespon kesempatan politik dan mengkonstruksi sumber daya. Hasilnya pada era sekarang, Penghayat-Kejawen melakukan caracara mobilisasi “baru”, yaitu artikulasi cara-cara/strategi dengan memadukan cara-cara tradisional (ritual) dan modern (kelembagaan dan media internet/media sosial) dalam berbagai bentuk bukan serta opoisisi (resistensi), tetapi pemosisian dengan kolaborasi, negosiasi, dan lobi. Jika asumsi bahwa Penghayat-Kejawen bersifat mistis dan ekslusif (tertutup), penelitian ini justru menunjukkan bahwa mereka menjalin interaksi dengan berbagai pihak yang menjadi aliansi (sekutu), yaitu berkolaborasi dengan orang atau kelompok lain yang berada di pemerintahan (negara) dan lembaga swadaya masyarakat. Interaksi tersebut menentukan eleman gerakan Penghayat-Kejawen dan menciptakan bentuk gerakan revivalisme/nativisime “baru” yang dilakukan oleh Penghayat-Kejawen yang berbeda dengan gerakan Penghayat era kolonialisme.

This dissertation discusses Penghayat-Kejawen and their revival movement, generally defined as a movement of belief, custom and tradition. Its presence indicates a dynamics of returning to belief, custom, and tradition, amid the vigorous movement of trans-national and relatively cosmopolitan religiosity. Its framework articulates teachings, daily ritual practice, resistance, and other actions that are constructed and applied in the revival movement.
This research applies qualitative method to portray Penghayat-Kejawen’s condition complexity and activity. Fieldwork during this research was conducted by means of multi-sited ethnography, by following the movement of Penghayat. Data was collected using participatory observation and in-depth interview, as well as content analysis of social media used by Penghayat.
Research result indicates that the revival of Penghayat-Kejawen is encouraged by articulation factor, with its various determinants, i.e., landscape, history, and related values of Kejawen. The values become crucial when viewed as ideologies of activists encouraging the movement. In the theory of social movement, construction of the values is a cultural framework, indicating that the struggle of PenghayatKejawen is a cultural struggle (related to symbol/identity/value), surpassing class struggle performed by actors (activists) of Penghayat in responding to their political opportunity and reconstructing resources. As a result, Penghayat-Kejawen performed “new” mobilization method, i.e., method/strategy articulation by integrating traditional method (rituals) and modern (institutional method and internet/social media) in various forms, i.e., positioning by means of collaboration, negotiation, and lobby, instead of opposition (resistance). In spite of the assumption that Penghayat-Kejawen is mystical and exclusive, this research reveals that they interact with various alliance parties, by collaborating with other person or groups of people under the goverment (state) and non-governmental organization. The interaction determines the element of Penghayat-Kejawen and creates “new” revivalism/nativism movement which differs from Penghayat during colonialism era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhuha Hadiyansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi kebahasaan dan makna konotasi untuk membangun citra dan pemosisian iklan praktik perdukunan. Penelitian ini fokus pada empat iklan perdukunan di majalah Misteri dan Mystic dengan mengggunakan metode kualitatif. Keempat iklan tersebut adalah iklan praktik perdukunan Ki Joko Bodo, Gus Ridho, Ust Lukman HAR, dan Nyi Husna. Tiap-tiap dukun yang diteliti membangun citra yang berbeda-beda. Ki Joko Bodo ingin mencitrakan dirinya sebagai orang yang kesaktiannya tiada tanding, tetapi tetap gaul dan nyentrik, dengan lebih banyak menggunakan teknik kebahasaan berupa metafora. Dia menargetkan konsumen dari kalangan masyarakat yang cukup ekslusif, kalangan kelas menengah atas dari agama apa pun. Gus Ridho mencitrakan dirinya sebagai dukun yang religius, terkenal dan berkelas internasional. Dengan menggunakan beberapa slogan, dia menargetkan (positioning) masyarakat Islam yang religius. Ust Lukman HAR juga menonjolkan karakternya yang religius dan terkenal, tetapi citra religiusitasnya lebih kuat daripada Gus Ridho, yaitu dengan mengutip ayat dari Kitab Suci untuk melegitimasi praktik perdukunanya. Dia juga menggunakan beberapa slogan, dan memposisikan jasa dan produknya untuk kalangan Islam yang religius. Sementara itu, satu-satunya dukun perempuan, Nyi Husna, membangun citra dirinya sebagai dukun spesialis cinta. Dengan menggunakan beberapa ekspresi metaforis, dia menargetkan pangsa pasar perempuan.

This study aims to analyze the verbal strategies and connotations to build brand image and positioning in quackery practice advertisements. This study focuses on four magazine advertisements in Misteri and Mystic magazine with a qualitative method. The four quackery practice advertisements are Ki Joko Bodo's, Gus Ridho's, Ust Lukman HAR's, and Nyi Husna's. Each quack builds different images. Ki Joko Bodo wants to portray himself having unmatched supernatural power, but he is 'social butterfly' and quirky, with more use of metaphors as his verbal techniques. He targets consumers from quite exclusive society class, upper middle class of any religion. Gus Ridho portrays himself as a religious, famous and internationally classy quack. Using some slogans, he targets (positioning) religious Muslim community. Ust Lukman HAR also highlights his religious and famous character, but his religiosity image is stronger than that of Gus Ridho, by quoting verses from the Holy Book to legitimate his quackery practices. He also uses some slogans and targets his products and services for religious Muslim circles. In the meantime, the only female quack, Nyi Husna, builds her image as a love specialist quack. By using some metaphorical expressions, she targets a market share of women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T30861
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Melisa Ayu Angelina
"Smart campus telah menjadi salah satu tren teknologi yang diterapkan di berbagai universitas. Salah satu layanan yang dihasilkan dari smart campus adalah layanan berbasis lokasi (LBS) yang dapat digunakan untuk berbagai kegunaan, seperti navigasi indoor. Implementasi LBS memerlukan teknologi indoor positioning system (IPS) agar dapat menentukan posisi seseorang secara akurat dalam lingkup suatu gedung atau ruangan (indoor). Salah satu metode yang populer digunakan dalam IPS adalah fingerprinting dengan teknik mengukur received signal strength indicator (RSSI) dan menggunakan teknologi penunjang Wi-Fi. Metode fingerprinting terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data fingerprint (tahap offline) dan prediksi (tahap online). Proses pengumpulan fingerprint untuk tahap offline memiliki overhead yang sangat tinggi. Pada penelitian ini, tim penulis mengemukakan IPS berbasis semi-autonomous fingerprint collection untuk mengatasi overhead yang sangat tinggi tersebut dengan menerapkan konsep smart campus. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa IPS yang dikembangkan dapat mengurangi overhead pengumpulan fingerprint manual sebanyak 550.550 data fingerprint, dengan tingkat accuracy IPS sebesar 52%. Dengan data training yang lebih banyak dan bervariasi yang digunakan untuk melatih model machine learning, hasil eksperimen menunjukkan bahwa performa IPS semi-autonomous fingerprint collection mampu bersaing dengan IPS manual fingerprint collection.

Smart campus has become one of the technology trends applied in various universities. One of the services that arose due to smart campus is location-based service (LBS) which can be used for various purposes, such as indoor navigation. The implementation of LBS requires indoor positioning system (IPS) technology that determines a person's position accurately within the scope of a building or room (indoor). One of the popular methods used in IPS is fingerprinting by measuring received signal strength indicator (RSSI) and with the help of Wi-Fi technology. The fingerprinting method consists of two stages, namely the fingerprint data collection stage (offline stage) and the prediction stage (online stage). The fingerprint collection process for the offline stage has a very high overhead. In this research, the author team proposes a semi-autonomous fingerprint collection-based IPS to overcome the very high overhead using smart campus. The evaluation results show that the developed IPS can reduce the overhead of manual fingerprint collection by 550,550 fingerprint data, with an IPS accuracy level of 52%. With larger amount and more varied training data used to train the machine learning model, the experimental results show that the performance of the semi-autonomous fingerprint collection IPS can compete with the manual fingerprint collection IPS."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library